Istri Simpanan

Chapter 625 - Tak sadarkan diri



Chapter 625 - Tak sadarkan diri

0Dua bulan kemudian.     

The Silla Seoul Hotel.     

Dae Hyun masih harus melakukan pekerjaannya. Namun mendadak kepalanya terasa sangat sakit. Padahal sebelumnya keadaannya baik-baik saja.      

"Kenapa kepalaku sakit sekali?" keluh Dae Hyun sambil memijat pelipisnya. Apakah karena pagi tadi tidak sempat sarapan sehingga kepalanya sakit?     

Dae Hyun menutup kembali laptopnya lalu menyandarkan kepalanya. Matanya terpejam, berharap mampu mengurangi rasa sakitnya.     

Tok … tok …..     

Pria itu tidak merespon meski bisa mendengar suara ketukan pintu. Perutnya kini juga terasa mulai mual.     

"Kakak, apakah kau sakit?" tanya Kim Soo Hyun yang sudah menyelonong masuk.     

"Hmmm, entahlah. Mendadak kepalaku sangat sakit. Padahal pagi tadi masih baik-baik saja," ungkap Dae Hyun sembari memijat pelipisnya.     

"Ayo kuantarkan ke rumah sakit. Kau harus berobat agar tidak semakin parah," ajak Kim Soo Hyun.     

"Tidak perlu, aku hanya butuh makanan. Tolong kau hubungi Chang Yuan agar memesankan makanan untukku."     

"Kupikir kau terlalu lama di Maldives sehingga jadi seperti ini. Aku baru dengar orang pergi bulan madu sampai berbulan-bulan. Padahal aku hanya memesankan penginapan untuk seminggu," goda Kim Soo Hyun. Meski awalnya sangat berat, tapi kini dia sudah merelakan Soo Yin.     

"Jika tidak ingat pekerjaan, aku mungkin belum pulang," ungkap Dae Hyun.     

"Apa yang kalian lakukan selama di sana?" tanya Kim Soo Hyun penasaran.     

"Tentu saja membuat anak," sahut Dae Hyun dengan santainya.     

"Sial," gerutu Kim Soo Hyun. Dia tidak menyangka kakaknya kini justru berniat untuk memanas-manasinya.     

"Cepatlah menikah agar kau merasakannya," sindir Dae Hyun.     

Kim Soo Hyun menghela nafas panjang. Seandainya saja dirinya tidak menyakiti Jean, pasti sekarang mereka sudah bisa menikah. Namun dirinya tidak ingin menyesal karena Chang Yuan sudah menjaga Jean lebih baik darinya.     

"Lupakan apa yang terjadi di masa lalu. Tidak usah terlalu berlarut di dalam kesedihan. Kau juga berhak bahagia," ujar Dae Hyun.      

"Untuk sekarang aku ingin sendiri dulu," sahut Kim Soo Hyun.     

"Jangan terlalu lama agar ibu tidak sedih."     

"Hmmm," sahut Kim Soo Hyun sembari tersenyum getir.     

Setelah urusannya selesai, Kim Soo Hyun pergi meninggalkan ruangan Dae Hyun. Terlalu lama disana, Dae Hyun justru semakin mendesaknya harus segera menikah. Mentang-mentang sudah pernah menikah dua kali sehingga berbicara seenaknya sendiri.     

Tidak lama kemudian, terdengar kembali suara pintu yang terbuka. Dae Hyun tidak menolehkan kepalanya karena dia pikir Chang Yuan yang datang.     

Soo Yin mengerutkan keningnya memandang suaminya yang kali ini diam saja. Padahal biasanya selalu menyambut kedatangannya.     

"Sayang," panggil Soo Yin setelah berdiri di depan meja kerja Dae Hyun.     

"Soo Yin? Kupikir Chang Yuan?" Dae Hyun menguatkan diri lalu menegakkan kepalanya kembali.      

"Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat pucat?" tanya Soo Yin.     

"Benarkah? Aku baik-baik saja," sanggah Dae Hyun lalu membenarkan posisi duduknya agar tegap.     

Soo Yin berjalan menghampiri Dae Hyun lalu menempelkan punggung tangannya di dahi suaminya. Suhu tubuhnya normal, tapi kenapa dia terlihat pucat?     

"Sudah kubilang aku baik-baik saja." Dae Hyun meraih tangan Soo Yin lalu mengecupnya dengan lembut.      

"Katakan apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Soo Yin. Sebenarnya sudah sejak pagi dia melihat Dae Hyun berbeda.     

"Aku hanya pusing sedikit. Tidak usah terlalu mencemaskanku."     

"Sepertinya kita terlalu lama di dekat laut," ucap Soo Yin hanya sekedar menerka karena mereka baru saja pulang kemarin. Bisa saja Dae Hyun masih kelelahan setelah perjalanan yang cukup jauh.     

"Mungkin aku hanya kelelahan. Setelah minum obat pasti akan sembuh." Dae Hyun menarik tubuh Soo Yin pelan lalu mendudukkannya di pangkuan.     

"Aku akan menghubungi Dokter Kang untuk memeriksamu." Soo Yin ingin mengeluarkan ponsel dari tasnya tapi Dae Hyun sudah menahan pergelangan tangannya terlebih dahulu.     

"Tidak perlu, aku sudah sembuh jika melihatku," tolak Dae Hyun.     

"Dae Hyun, jangan seperti ini. Bagaimana kalau ada yang melihat kita?" ujar Soo Yin saat Dae Hyun hendak mendaratkan ciuman di bibirnya.     

"Memangnya kenapa? Sekarang kita tidak perlu takut lagi. Kita bisa bermesraan di depan semua orang," ungkap Dae Hyun. Aroma tubuh Soo Yin yang wangi sangat memabukkan untuknya.     

Soo Yin menepuk dahinya pelan. Terlalu lama menjalin hubungan tersembunyi dengan suaminya, Soo Yin terkadang lupa kalau mereka tidak perlu menyembunyikan hubungan mereka.     

Dae Hyun membelai rambut Soo Yin pelan.     

"Aku sangat mencintaimu," ucap Dae Hyun.     

"Akupun sama," balas Soo Yin lalu menyatukan bibir mereka sekilas karena tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu.     

Soo Yin buru-buru hendak berdiri tapi Dae Hyun justru menahannya.     

"Tetaplah disini."     

"Di luar ada karyawan," protes Soo Yin.     

"Sssttt." Dae Hyun meletakkan jarinya di bibir Soo Yin ketika hendak protes kembali.     

"Masuklah," seru Dae Hyun.     

Chang Yuan melangkah masuk sambil membawa nampan di tangannya. Dia tidak merasa heran sama sekali dengan pemandangan yang biasa dilihatnya. Karena sejak dulu sudah terlalu sering, beruntung sekarang sudah menikah sehingga bisa mempraktekkannya.     

"Ini pesanan anda, Tuan." Chang Yuan meletakkan makanan di meja yang ada di depan sofa.     

"Asisten Chang, apakah ada acara hari ini?" tanya Dae Hyun.     

"Ada, Tuan. Anda harus pergi menemui Mr. Arthur dari Italia," terang Chang Yuan.     

"Sepertinya aku tidak bisa datang. Biarkan Kim Soo Hyun nanti yang akan menemuinya." Kini kepala Dae Hyun terasa mulai berat. Daripada tidak fokus lebih baik tidak pergi.     

"Baik, Tuan."     

Dae Hyun menutupi mulutnya dengan telapak tangan karena ada perutnya bergejolak seperti ada sesuatu yang hendak keluar.     

"Sayang, kau kenapa?" tanya Soo Yin sembari beranjak dari pangkuan Dae Hyun.     

Tanpa menjawab pertanyaan sang istri, Dae Hyun langsung berlari masuk ke kamar mandi.     

"Apa yang terjadi pada tuan?" tanya Chang Yuan.     

"Aku tidak tahu, sebaiknya hubungi dokter Kang agar cepat kemari. Aku cemas dengan kesehatannya," perintah Soo Yin dengan panik. Dia merasa trauma mengingat bayangan Dae Hyun yang sangat lama terbaring di ranjang rumah sakit.     

Tanpa menunggu lama, Chang Yuan segera menghubungi Dokter Kang. Sedangkan Soo Yin berdiri di depan pintu kamar mandi. Ingin menyusul masuk tapi dikunci dari dalam.     

"Dae Hyun, apakah kau baik-baik saja?" Kaki Soo Yin terasa lemas mendengar Dae Hyun yang terus muntah.     

"Tenanglah, Nona. Sebentar lagi Dokter Kang akan datang memeriksa," terang Chang Yuan.     

Soo Yin menghela nafas panjang. Mencoba berpikir positif Dae Hyun baik-baik saja.     

Di dalam kamar mandi tidak terdengar aktivitas apapun. Soo Yin langsung menempelkan telinganya untuk memastikan.     

"Dae Hyun, apakah kau bisa mendengarku?" seru Soo Yin dari luar hingga beberapa kali tapi tidak ada jawaban dari dalam.     

"Asisten Chang, cepat buka pintunya," ujar Soo Yin dengan mata berkaca-kaca seperti hendak menangis.     

Baru saja Chang Yuan hendak bersiap, pintu sudah terbuka.      

Dae Hyun melangkah keluar dengan tubuh sempoyongan. Wajahnya tampak pucat pasi dan langsung ambruk di depan Chang Yuan.     

"Tuan!" Buru-buru Chang Yuan menopang tubuh bosnya.     

"Dae Hyun?" ujar Soo Yin histeris. Kakinya sangat lemas mengetahui Dae Hyun yang sudah tidak sadarkan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.