Istri Simpanan

Bab 47 - Jangan tinggalkan aku



Bab 47 - Jangan tinggalkan aku

0Dae Hyun tidak menyangka semua itu akan terjadi begitu cepat. Kakinya tidak sanggup untuk menopang berat badan tubuhnya. Tenggorokannya seperti tercekat sehingga tidak sanggup untuk mengeluarkan suaranya.     

Ia baru saja pulang dari pulau Nami, langsung terkejut saat melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Banyak karangan bunga yang terdapat di halaman villa Pyeongchang-dong.     

Dae Hyun berjalan dengan sangat pelan. Kakinya tidak sanggup untuk berlari kencang. Saat memasuki rumah sudah banyak orang di sana.     

Mereka tengah mengelilingi seseorang yang tengah ditutup kain putih. Dae Hyun terus berusaha menyeret kakinya untuk mendekat namun jaraknya terasa begitu jauh sehingga tidak sampai-sampai.     

Begitu melihat siapa yang tengah berbaring, Dae Hyun terduduk lemas.     

"Tidakkkkk! jangan tinggalkan aku." Dae Hyun mengguncang tubuh yang tubuhnya sudah begitu dingin.     

"Jangan tinggalkan aku!" teriak Dae Hyun dengan histeris.     

Derrttt ... Derrttt ....     

Dae Hyun terbangun saat merasakan ponselnya bergetar. Keringat bercucuran ke luar dari tubuhnya. Napasnya terengah-engah karena ketakutan.     

Dilihat jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Menghela napas lega sembari mengusap dadanya karena semua itu hanyalah mimpi. Padahal semua itu terlihat seperti sangat nyata.     

Dae Hyun membuka ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya di tengah malam seperti ini. Tangannya bergetar saat mengetahui ternyata itu adalah Bibi Xia. Seketika berpikir pasti sesuatu yang buruk telah terjadi.     

"Ada apa, Bibi? malam-malam seperti ini menelepon?" tanya Dae Hyun sembari menenangkan hatinya agar tidak panik. Jantungnya masih berdebar-debar karena ketakutan.     

"Tuan, Nona ... Nona ...." Bibi Xia di telepon tidak sanggup mengucapkan kata-katanya.     

"Bibi, kenapa istriku?" Dae Hyun merasa darah di tubuhnya seketika membeku. Hingga tidak bisa mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Bibi Xia.     

"Dokter Eun Ji sedang memeriksa keadaannya sekarang," ujar Bibi Xia.     

Dae Hyun mematikan sambungan telepon tanpa bertanya lagi bagaimana keadaan Soo Yin. Pikirannya terasa kosong namun beberapa saat kemudian seger tersadar kembali. Ia langsung bergegas turun dari ranjang. Mengganti pakaian dengan tergesa-gesa.     

'Sayang, aku mohon tunggu aku pulang.' Dae Hyun langsung berhambur ke luar dari tempatnya menginap. Tidak ada waktu lagi untuk berbenah barang-barangnya. Hanya membawa tas yang berisi beberapa dokumen dan laptopnya.     

Dae Hyun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tanpa memperdulikan jalanan. Untung saja saat ini sudah larut malam sehingga tidak begitu banyak kendaraan yang lewat.     

Begitu sampai bandara Dae Hyun langsung ke tempat pembelian tiket namun ternyata paling cepat ada penerbangan sekitar 2 jam lagi. Ini membuat tubuh Dae Hyun benar-benar lemas saat ini.     

:two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts:     

Villa Pyeongchang-dong     

Soo Yin perlahan membuka matanya meski pandangannya masih kabur. Mulai menggerakkan jemarinya yang terasa kaku.     

Bibi Xia yang baru saja mengakhiri panggilannya dengan Dae Hyun sangat terkejut sekaligus sangat bahagia. Akhirnya gadis itu bangun juga setelah hampir satu bulan tidak sadarkan diri.     

Mudah-mudahan saja Dae Hyun mendengarkannya saat mengatakan kalau Soo Yin sudah sadar sehingga bisa cepat kembali.     

Dokter Eun Ji melepas satu persatu peralatan yang menempel di tubuh Soo Yin. Setelah memeriksa keadaannya sudah sangat jauh dari kata baik. Soo Yin tidak membutuhkan semua itu lagi.     

"Dokter, apa Nona benar-benar sudah sembuh?" Bibi Xia merasa seperti bermimpi.     

"Ini lebih cepat dari pada yang kami kira. Meski sudah sadar tapi mungkin dia masih susah menggerakkan tubuhnya karena sudah lama tidak bergerak," ujar Dokter Eun Ji menjelaskan.     

"Nona, akhirnya anda bangun." Bibi Xia langsung memeluk tubuh Soo Yin.     

"Dokter, apa boleh aku membantunya duduk?" ujar Bibi Xia yang melihat Soo Yin yang kesusahan menggerakkan tubuhnya.     

"Sebaiknya biarkan saja, dia akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir," ujar Dokter Eun Ji yang juga merasa sangat bahagia karena pasien yang dirawatnya telah bangun.     

"Bibi, aku kenapa?" tanya Soo Yin dengan suara serak sembari berusaha untuk duduk. Kini pandangannya sudah mulai jelas. Soo Yin mengamati di samping ranjangnya yang terdapat peralatan medis.     

"Kenapa tubuhku terasa kaku?" Soo Yin terus berusaha menggerakkan kaki dan tangannya terasa berat.     

"Apa kau merasa pusing?" tanya Dokter Eun Ji untuk memastikan keadaan kepalanya.     

Soo Yin menggeleng pelan. Sama sekali tidak pusing namun hanya terasa sedikit pegal lehernya. Gadis itu menggerakkan kakinya untuk turun dari ranjang.     

"Sebaiknya anda berbaring saja untuk sementara," saran Dokter Eun Ji.     

"Aku ingin ke kamar mandi," ujar Soo Yin.     

Begitu baru saja memijakkan kakinya di lantai, kakinya terasa lemas sehingga membuatnya jatuh ke lantai. Bibi Xia langsung membantunya untuk berdiri. Kemudian mendudukkannya di ranjang.     

"Dokter, apa Nona sungguh baik-baik saja?" tanya Bibi Xia yang merasa sangat khawatir.     

"Itu memang wajar. Yang perlu Bibi lakukan bantulah dia untuk berjalan," ujar Dokter Eun Ji.     

"Untuk mengecek keadaannya lebih lanjut sebaiknya nanti kita membawanya kembali ke rumah sakit. Tapi aku harus pergi terlebih dahulu," sambung Dokter Eun Ji berpamitan karena ada sedikit urusan.     

"Baiklah." Bibi Xia mengantarkan Dokter Eun Ji sampai di pintu kamar. Kemudian berbalik lagi menghampiri Soo Yin. Tidak ingin meninggalkan gadis itu terlalu lama.     

"Bibi, sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Soo Yin sama sekali tidak mengingat apapun.     

"Anda tidak sadarkan diri setelah hampir satu bulan," jawab Bibi Xia.     

"Benarkah?" Soo Yin tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya.     

"Apa Nona tidak mengingatnya?" ujar Bibi Xia.     

Soo Yin menggeleng pelan. Hanya mengingat terakhir kali saat berada di taman. Setelah itu tidak mengingat apa-apa lagi.     

Bibi Xia menjelaskan apa yang terjadi padanya dengan detail. Mulai dari Soo Yin yang pamit pergi ke taman hingga celaka saat mencoba untuk menyelamatkan Jo Yeon Ho. Dengan bantuan Bibi Xia akhirnya Soo Yin perlahan mengingat satu per satu kejadian yang menimpanya meski belum semuanya.     

"Lalu di mana Dae Hyun? apa dia sering datang kemari?" Soo Yin sangat ingin tahu bagaimana keadaan pria yang kini ada di hatinya.     

"Saat ini Tuan tengah berada di pulau Nami mengurus pekerjaan di sana. Tentu saja Tuan sering kemari, dia merawat Nona dengan penuh kesabaran dan kasih sayang," ujar Bibi Xia sembari mengingat bagaimana Dae Hyun merawat dan membacakan kisah cinta romantis setiap malam. Berharap agar Soo Yin agar segera bangun.     

Tanpa sadar Soo Yin meneteskan air mata. Gadis itu merasa sangat bahagia mendengar cerita Bibi. Padahal selama ini sudah meragukan ketulusan hatinya.     

"Nona tidak perlu khawatir, karena bibi semalam sudah mengabari Tuan Dae Hyun. Pasti ia akan kembali besok pagi," ujar Bibi Xia sembari tersenyum.     

"Baiklah, mudah-mudahan dia segera pulang," ujar Soo Yin. Kembali membaringkan tubuhnya di ranjang.     

"Mungkin sebaiknya Nona menghubungi Tuan lagi," saran Bibi Xia.     

"Tidak perlu, biarkan saja Tuan menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Bibi, terima kasih sudah merawatku," ujar Soo Yin berkaca-kaca. Bertemu dengan Bibi Xia membuatnya seperti memiliki ibu kembali. Bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.     

Bibi Xia hanya menganggukan kepalanya. Begitu tersentuh dengan gadis yang kini ada di depannya. Dirinya memang sudah menganggap Soo Yin seperti putrinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.