Istri Simpanan

Bab 1 - Terlambat



Bab 1 - Terlambat

0Berulang kali dering alarm berbunyi tapi Soo Yin masih saja tidak mendengarnya. Hingga dering yang ke sepuluh baru ia terbangun. Meraba ponselnya sambil mengucek matanya dengan sebelah tangan. Ketika samar-samar melihat jam, gadis itu langsung membelalakan mata.     
0

"Sial, aku hari ini terlambat lagi!" umpat Soo Yin. Langsung bergegas turun dari ranjang menuju kamar mandi. Ia membiarkan kondisi ranjang yang sangat berantakan.     

Tidak ada waktu untuk membersihkan diri. Ia hanya mencuci muka saja kemudian mengobrak-abrik lemari pakaian untuk menemukan baju seragam kerjanya. Ia benar-benar panik dan buru-buru saat ini. Ia merasa sangat yakin kalau nanti akan mendapatkan masalah.     

°     

°     

The Silla Seoul Hotel     

Soo Yin berlari sambil mengatur napasnya yang ngos-ngosan setelah turun dari taksi yang dinaikinya. Hari ini ia harus terlambat masuk kerja akibat bangun kesiangan. Ia bekerja di sebuah bintang lima yang terletak di Seoul, Korea Selatan. Pekerjaannya hanyalah sebagai Housekeeping atau tukang bersih-bersih dan merapikan ruangan. Tugasnya adalah membersihkan tamu sampai lobby hotel. Dia hanya sekolah lulusan menengah atas. Saat ini umurnya masih 18 tahun. Ia bekerja di hotel itu juga karena belas kasihan dari suaminya yang merupakan pemilik hotel tersebut.     

Soo Yin langsung menuju lobi hotel untuk mengisi daftar hadir hari ini. Saat dirinya tengah menulis tanpa sadar ada seorang pria yang tengah berdiri di belakangnya. Pria adalah Manajer Han yang sudah bersiap-siap untuk memarahinya.     

"Hmmm." Suara Manajer Han menggema ditelinga Soo Yin. Ia langsung menoleh ke belakang ke arah sumber suara.     

"Jam segini kau baru datang! kau pikir hotel ini milik keluargamu, sehingga kau bisa seenaknya sendiri!" teriak Manajer Han.     

"Maaf, Tuan." Soo Yin hanya menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang manajer.     

Seandainya kau tau aku adalah isteri dari Dae Hyun, apa kau masih berani membentak diriku? ~ rutuk Soo Yin dalam hati. Tapi ia segera tersadar kalau dia adalah isteri yang tidak dianggap.     

"Sudah berapa kali kau terlambat masuk bulan ini?" tanya Han dengan suara lantang. Beruntung tamu hotel masih jarang yang keluar sehingga tidak melihat keributan yang terjadi.     

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya seorang pria yang baru saja tiba. Dia adalah Dae Hyun, pemilik dari hotel tersebut.     

"Maaf, Tuan. Gadis ini selalu saja datang terlambat," ujar Han sambil menunjuk Soo Yin yang masih menunduk.     

"Sudah, biarkan saja! suruh saja dia nanti menemuiku," ujar Dae Hyun. Dia memijat dahinya, merasa pusing dengan keributan yang terjadi.     

"Baik, Tuan." jawab Han seraya menunduk sopan.     

Dae Hyun melirik sekilas saat tengah berjalan melewati Soo Yin. Ingin ia mengatakan sesuatu tapi kemudian mengurungkan niatnya. Memilih langsung pergi ke ruang kerjanya.     

"Kau dengar apa kata Tuan Dae? bersiaplah kau akan segera dipecat," ujar Han kemudian meninggalkan gadis itu yang masih berdiri.     

Walaupun ada rasa kesal karena pagi-pagi sudah berurusan dengan Manajer Han tapi Soo Yin bisa bernapas lega setelah kedua orang itu pergi. Ia langsung menuju pantry tempat dimana ia biasa meletakkan barang bawaannya. Soo Yin mengambil air putih satu gelas kemudian meneguknya hingga habis. Ia memegang perutnya juga yang terasa perih karena tidak sempat untuk sarapan. Jangankan untuk sarapan, mandi saja tidak sempat. Ia hanya menyemprotkan minyak wangi banyak-banyak sebelum berangkat.     

"Kau terlambat lagi?" tanya seorang gadis seusianya yang bernama Jane. Gadis itu merupakan blasteran Korea- Jerman.     

Soo Yin hanya bernapas panjang sambil meletakkan gelas kembali ke meja.     

"Begitu pulang bekerja aku semalam ke rumah sakit untuk menemui ayahku," ujar Soo Yin sambil menunduk dengan raut wajah yang sedih. Ayahnya menderita sakit jantung sehingga harus di rawat di rumah sakit. Saat ini hanya ayahnya yang dia miliki.     

"Apa sudah ada perubahan?" tanya Jane. Ia duduk di depan Soo Yin.     

Soo Yin menggeleng pelan. Ia mengepalkan jemarinya hingga kukunya menusuk di telapak tangannya. Ia sangat ingin menghabisi ibu tirinya setiap mengingat apa yang telah wanita itu lakukan pada keluarganya. Gara-gara ibu tirinya mereka memiliki hutang dan akhirnya usaha mereka bangkrut. Hingga ayahnya mengalami serangan jantung.     

"Ya sudah, ayo kita mulai bekerja! jangan sampai Manajer Han melihat kita," tukas Jane.     

"Aku harus ke ruangan tuan Dae Hyun terlebih dahulu," ujar Soo Yin.     

Soo Yin segera menuju ke ruangan Dae Hyun dengan perasaan malas. Ia benar-benar enggan menemui pria itu. Pria yang sudah menikahinya namun tidak menganggapnya sebagai istri sama sekali. Padahal sudah tiga bulan mereka menikah. Sebenarnya dia juga enggan untuk bekerja di hotel milik Dae Hyun. Hanya saja keadaan ekonomi keluarganya yang memprihatinkan dan kondisi ayahnya yang sakit sehingga mengharuskan gadis itu harus bekerja keras.     

Soo Yin menarik napasnya dalam-dalam saat berada di depan ruangan Dae Hyun. Berdiri di depan pintu hingga beberapa saat. Berulang kali Mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu tapi menurunkannya lagi.     

Tok ... tok ... tok.     

Akhirnya Soo Yin memberanikan diri mengetuk pintu. Ia enggan berlama-lama di sana.     

"Masuk!" seru Dae Hyun dari dalam.     

Soo Yin bergegas masuk ke dalam ruang kerja Dae Hyun kemudian menutup pintu.     

"Ada apa memanggilku?" ujar Soo Yin cuek. Dia memang selalu bersikap cuek jika di hadapan Dae Hyun. Tak pernah sekalipun bersikap manis. Baginya tidak perlu bersikap baik dengan pria yang sudah membuat dirinya menjadi wanita simpanan. Masih beruntung dirinya bukanlah gadis yang gila harta sehingga tidak perlu membeberkan rahasia mereka ke publik.     

Dae Hyun menatap gadis yang saat ini berada tepat di depannya. Menatap bola matanya yang berwarna hitam kecoklatan. Kulit bersih seputih salju dan rambut panjang yang diikat seperti ekor kuda. Ada rasa bersalah saat menatap gadis itu.     

Soo Yin memalingkan wajahnya saat Dae Hyun menatapnya.     

"Ambillah!" ujar Dae Hyun sambil menyodorkan kertas di depan Soo Yin. Kertas itu berisi cek untuk dicairkan.     

Soo Yin hanya melirik sekilas cek yang berada di atas meja tanpa berniat untuk mengambilnya. Ia hanya kembali memandang Dae Hyun dengan kesal.     

"Ambilah! kau pasti membutuhkannya," tukas Dae Hyun dengan pelan. Ia berjalan ke arah di mana Soo Yin tengah berdiri kemudian menyerahkan cek tersebut padanya.     

Soo Yin beringsut mundur ketika Dae Hyun berdiri di depannya.     

"Aku yakin kau pasti butuh uang untuk membayar biaya rumah sakit ayah," ujar Dae Hyun.     

Ayah? apa aku tidak salah dengar. Sejak kapan dia memanggil ayahku dengan sebutan 'ayah'. ~ gerutu Soo Yin dalam hati dengan rasa semakin kesal.     

Terpaksa Soo Yin mengulurkan tangan untuk mengambil cek tersebut sambil memutar bola matanya. Melihatnya untuk beberapa saat tapi kemudian langsung merobek cek tersebut hingga menjadi serpihan kecil. Menaburkan cek tersebut tepat di depan wajah Dae Hyun.     

"Apa kurang banyak uang yang aku berikan padamu?" tanya Dae Hyun dengan suara keras.     

"Aku tidak butuh uangmu!" teriak Soo Yin.     

"Bukankah ayah membutuhkan biaya rumah sakit?" Dae Hyun merendahkan nada suaranya mencoba untuk meredam kemarahannya.     

"Sejak kapan kau menjadi anak ayahku?" tukas Soo Yin dengan sinis.     

"Soo Yin, ayahmu adalah ayahku juga." Dae Hyun berusaha berkata dengan lebih lembut.     

"Ayahku tidak memiliki seorang putra, dia hanya memiliki aku seorang diri," ujar Soo Yin.     

"Soo Yin, apa kau lupa kalau kau adalah istriku?" tanya Dae Hyun sambil memijat pelipisnya.     

"Tentu saja, aku ingat kalau aku adalah istri kedua dari seorang pemilik hotel bintang lima di Seoul," ujar Soo Yin dengan suara keras dan penuh penekanan. Ia memandang Dae Hyun dengan tatapan mengejek.     

"Soo Yin, pelankan suaramu!" tukas Dae Hyun.     

"Kau takut ada orang yang mendengarnya?" tanya Soo Yin sambil tersenyum mengejek.     

"Aku hanya tidak ingin terjadi salah paham. Jangan bersikap keras kepala seperti ini!" ujar Dae Hyun.     

"Kau pasti takut kalau istri pertamamu tau kan?" bisik Soo Yin di telinga Dae Hyun.     

"Cukup, Soo Yin!" Dae Hyun sudah habis kesabarannya saat menghadapi gadis itu.     

"Tenanglah aku tidak akan memberitahukan rahasia kita kepada siapapun, karena aku juga tidak ingin kekasihku tau kalau aku sudah menikah," ujar Soo Yin.     

"Jadi kalian masih berhubungan?" tanya Dae Hyun dengan suara meninggi.     

"Tentu saja. Kita tidak benar-benar menikah jadi apa salahnya aku masih menjalin hubungan dengan orang lain," tukas Soo Yin.     

"Kau benar-benar gadis ...." Dae Hyun melangkahkan kakinya agar lebih dekat dengan Soo Yin. Mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu yang beringsut mundur tapi tubuhnya sudah membentur tembok.     

Saat ini Soo Yin terjebak di antara tubuh kekar Dae Hyun dan juga tembok.     

"Apa perlu aku buktikan kalau kita sudah menikah?" tanya Dae Hyun sembari memegang dagu Soo Yin.     

"Lepaskan aku!" Soo Yin memberontak, mendorong dada bidang Dae Hyun dengan tangannya, berusaha melepaskan dirinya. Tapi tubuh Dae Hyun terlalu kuat dibandingkan tubuhnya yang berukuran kecil.     

Soo Yin dapat merasakan hembusan napas Dae Hyun menerpa wajahnya. Jarak wajah mereka hanya hitungan sentimeter saja. Soo Yin benar-benar merasa takut saat ini, ia takut kalau Dae Hyun akan melakukan apa yang dia katakan.     

Tok ... tok ....     

Terdengar suara ketukan pintu.     

Soo Yin bisa bernafas lega karena ada yang datang.     

"Kembalilah bekerja lagi!" Dae Hyun melepaskan cengkeraman tangannya dan mundur beberapa langkah dari Soo Yin.     

"Aku akan mengunjungi ayah nanti malam," ujar Dae Hyun kemudian berbalik badan dan melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya.     

Soo Yin memegang dada sebelah kirinya. Jantungnya berpacu sangat kencang. Padahal tadinya dia berniat untuk membuat Dae Hyun marah kemudian segera menceraikannya.     

Soo Yin buru-buru ke luar dari ruangan Dae Hyun. Saat di pintu ia berpapasan dengan Manajer Han. Ia hanya membungkuk kemudian segera pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.