Istri Simpanan

Bab 7 - Tersesat



Bab 7 - Tersesat

0The Silla Seoul Hotel     

Dae Hyun mengadakan rapat bulanan dengan para penanaman saham untuk membicarakan penghasilan bulan ini. Saat Dae Hyun tengah mempresentasikan pemasukan tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia melihat sekilas, ternyata Bibi Xia yang menghubunginya.     

Dae Hyun meminta izin untuk mengangkat telepon sebentar. Ia segera ke luar ruangan rapat.     

"Ada apa, Bi?" tanya Dae Hyun setelah menjawab panggilan.     

"Tuan ... Nona ... Tuan ...." ujar Bibi Xia terbata, suaranya gemetar tidak berani mengatakan yang sebenarnya.     

"Ada apa dengan Soo Yin?" desak Dae Hyun yang sudah tidak sabar.     

"Nona Soo Yin tidak ada di kamarnya," jawab Bibi Xia dengan panik.     

"Apa? mungkin saja dia ada di kamar mandi," ujar Dae Hyun.     

"Kami sudah mencari ke setiap sudut villa tapi tetap tidak menemukannya," ujar Bibi Xia.     

"Apakah semua sudah mencari ke segala tempat?" tanya Dae Hyun.     

"Sudah, Tuan. Kami hanya menemukan robekan gaun Nona Muda di dekat pagar tembok belakang," jawab Bibi Xia.     

"Baiklah, aku akan segera ke sana. Suruh Chung Ho beserta anggota lain untuk mencarinya!"     

Begitu menutup sambungan telepon, Dae Hyun Hyun langsung berpamitan kepada semua orang yang ada di ruang rapat. Dia melimpahkan semuanya kepada Manajer Han. Semua orang merasa heran kepentingan mendadak seperti apa yang membuat Dae Hyun meninggalkan rapat. Selama ini Dae Hyun tidak pernah bertindak seperti ini.     

Dae Hyun langsung berlari melewati kamar-kamar hotel untuk menemukan lift. Saat ini pria itu benar-benar merasa khawatir dengan keadaan Soo Yin. Ia takut Soo Yin tersesat di gunung, karena gadis itu belum mengetahui keadaan di sana.     

°     

°     

Dae Hyun menyusuri jalanan dengan sangat cepat. Dia tidak peduli sampai harus menerobos lampu merah. Beruntung hari sudah malam sehingga tidak terlalu ramai dan sudah tidak ada polisi yang berjaga.     

Sambil mengemudi Dae Hyun berulang kali menghubungi nomor ponsel Soo Yin. Tapi ternyata tidak aktif sama sekali. Dari sinilah dia yakin kalau Soo Yin sudah tersesat, karena di gunung memang susah signal.     

Dae Hyun tidak kembali terlebih dahulu ke villa. Ia lebih memilih berbelok ke arah gunung. Tak lupa dirinya mencoba melacak ponsel Soo Yin. Karena tidak ada signal maka tidak Soo Yin tidak bisa terlacak keberadaannya.     

Dae Hyun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan untuk menyusuri jalan menanjak dengan berjalan kaki. Jalan kerikil yang sempit tidak memungkinkan baginya menggunakan mobil.     

Dae Hyun menghubungi Chung Ho, untuk mengetahui mereka berada di mana saat ini.     

"Apa kalian sudah menemukannya?" seru Dae Hyun dengan nada tinggi.     

"Maaf Tuan, kami masih terus berpencar untuk mencarinya," ujar Chung Ho.     

"Kalau sampai Soo Yin tidak ketemu, bersiaplah kalian akan dipecat!" Dae Hyun langsung mematikan sambungan telepon. Dia sangat marah dengan anak buahnya. Bagaimana mungkin menjaga seorang wanita saja tidak bisa.     

Dae Hyun menyusuri jalan yang terjal dan landai tiba-tiba ponselnya berkedip itu menandakan nomor ponsel Soo Yin terlacak tapi kemudian menghilang kembali.     

Salju mulai turun perlahan. Keadaan ini membuat cuaca semakin dingin.     

"Soo Yin!" teriak Dae Hyun sambil terus melangkahkan kakinya dengan senter sebagai penerangan.     

"Apa kau mendengarku?" seru Dae Hyun.     

Sudah cukup jauh Dae Hyun berjalan tapi tidak kunjung menemukan gadis itu. Ia mengusap gusar wajahnya. Tiba-tiba saja Dae Hyun mendengar seperti ada orang menangis. Ia berjalan mengikuti arah sumber suara, semakin lama semakin terdengar jelas suaranya.     

Ketika mengarahkan senter ke pinggir jalan, di sana ada seseorang yang tengah meringkuk. Meletakkan wajahnya di antara kakinya.     

"Soo Yin!" panggil Dae Hyun. Ia mengenali pakaian yang dikenakan oleh gadis itu.     

Soo Yin mendongak sambil menutupi matanya karena merasa silau.     

"Dae Hyun," ucap Soo Yin lirih.     

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Dae Hyun. Saat ini ia jongkok di depan gadis itu sambil mengamatinya.     

Ternyata kepala Soo Yin terluka. Menyebabkan ada tetesan darah di pelipisnya yang sudah mulai mengering.     

"Dae Hyun, aku takut." Soo Yin yang dikenal cuek dan pemarah kini terisak menahan tangisannya.     

"Tenanglah, aku ada di sini."Dae Hyun mendekap Soo Yin ke dalam pelukannya. Tubuh Soo Yin terasa sangat dingin saat ini. Dae Hyun segera membuka mantelnya kemudian memakaikannya di tubuh Soo Yin.     

"Aku tidak bisa berjalan, kakiku terasa sakit," ujar Soo Yin dengan cemberut.     

Dae Hyun memijat pelan kaki Soo Yin. Terlihat kaki gadis itu juga terdapat goresan-goresan terkena batu yang tajam.     

"Ayo kita pulang, naiklah ke punggungku!" Dae Hyun berjongkok membelakangi Soo Yin.     

Soo Yin tidak beranjak. Ia menggigit bibir bawahnya karena merasa ragu.     

"Cepatlah! lukamu harus segera diobati," ujar Dae Hyun.     

Pelan-pelan Dae Hyun membantu Soo Yin untuk berdiri kemudian berjongkok. Soo Yin dengan hati-hati menaiki punggung Dae Hyun.     

Untunglah tubuh Soo Yin kecil sehingga tidak begitu bersusah payah dalam melewati jalan menurun yang cukup licin.     

Soo Yin merasa tubuhnya terasa hangat saat bersentuhan dengan punggung Dae Hyun.     

"Apa kau tidur?" tanya Dae Hyun.     

"Tidak," jawab Soo Yin singkat sambil memegang senter di tangannya.     

"Kenapa kau kabur?" tanya Dae Hyun.     

"Aku tidak mau tinggal bersama denganmu," jawab Soo Yin jujur.     

"Kau membuatku khawatir. Bagaimana kalau tersesat dan diterkam binatang buas? apa yang aku harus katakan pada ayahmu?" tanya Dae Hyun dengan kesal.     

"Itu salahmu karena tidak membiarkanku pulang. Aku juga harus bekerja, aku tidak ingin mendapatkan masalah dari Manajer Han," jawab Soo Yin.     

1

"Sudahlah, kau tidak perlu bekerja lagi. Aku akan membiayai kehidupanmu bersama dengan Ayah," ujar Dae Hyun.     

"Aku tidak mau," jawab Soo Yin.     

"Dasar keras kepala!" gerutu Dae Hyun. Dia tidak menyangka gadis manja seperti Soo Yin tidak mau menerima uang yang di berikan padanya.     

"Kenapa kau selalu menolak pemberian dariku?" tanya Dae Hyun.     

"Aku tidak mau menerima pemberian dari suami wanita lain," ujar Soo Yin.     

"Kau selalu saja menganggap diriku seperti itu," ujar Dae Hyun. Ucapan Soo Yin membuat hati Dae Hyun merasa sakit.     

Dae Hyun memilih tidak berkata apa-apa lagi. Memang benar perkataan Soo Yin kalau dirinya memang masih suami dari Aeri. Dae Hyun merasakan kalau ternyata punggungnya terasa berat.     

"Soo Yin!" panggil Dae Hyun.     

Tidak ada jawaban dari Soo Yin. Dae Hyun menoleh ke belakang dan mendapatkan kalau Soo Yin sudah memejamkan matanya.     

Setelah cukup jauh berjalan akhirnya mereka ke tempat mobil Dae Hyun. Dae Hyun segera memasukkan Soo Yin ke dalam mobilnya. Ia meletakkan gadis itu di kursi belakang. Dae Hyun merasakan tubuh Soo Yin yang memanas. Dae Hyun langsung bergegas menuju villanya.     

°     

°     

Villa Pyeongchang-dong     

Begitu melihat Dae Hyun datang dengan membopong tubuh istrinya, Bibi Xia langsung berjalan dengan cepat ke arahnya.     

"Syukurlah, Nona bisa ditemukan," ujar Bibi Xia. Dirinya mengikuti Dae Hyun ke atas, takut mungkin saja Tuannya membutuhkan bantuan.     

"Bibi, tolong bersihkan tubuh Soo Yin, aku akan menghubungi Dokter Kang agar kemari," ujar Dae Hyun setelah menaruh tubuh Soo Yin di ranjang.     

Dae Hyun juga menghubungi anak buahnya agar kembali karena Soo Yin sudah di temukan. Dia akan mengurus siapa yang malam ini berjaga sehingga Soo Yin bisa kabur.     

"Kenapa Nona Muda terluka seperti ini, Tuan?" tanya Bibi Xia ketika melihat luka di bagian kepala dan goresan luka di kaki mulus Soo Yin. Bibi Xia membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel dengan handuk kecil dan air hangat.     

"Dia terpeleset sehingga berguling di tanah," jawab Dae Hyun yang berjalan kesana kemari sambil menunggu Dokter Kang.     

"Tubuhnya juga sangat panas," ujar Bibi Xia. Ia mengompres kepala Soo Yin dengan air dingin.     

"Ibu, jangan tinggalkan aku! aku ingin ikut Ibu ... Ibu ...." Kondisi tubuhnya semakin panas sehingga Soo Yin mengigau di dalam tidurnya.     

"Soo Yin, bangun!" Dae Hyun segera duduk di sisi ranjang sambil mengguncang tubuh istrinya. Pria itu sangat panik saat ini.     

Untunglah Dokter Kang segera datang. Ia mengernyitkan dahinya ketika melihat Soo Yin.     

"Siapa gadis ini?" tanya Dokter Kang sambil memeriksa kondisi Soo Yin.     

"Dia istriku," jawab Dae Hyun datar.     

"Bukankah istrimu itu Aeri? apa kau selingkuh dari Aeri?" tanya Dokter Kang sambil memandang Dae Hyun.     

"Aku selama ini tidak pernah mencintai Aeri. Dia juga selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Padahal sudah berulang kali aku menyuruhnya berhenti," ujar Dae Hyun.     

Dae Hyun menikah dengan Aeri hanyalah sebuah kecelakaan. Saat itu Dae Hyun tengah mabuk dan tidak mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Yang ia tahu saat itu dirinya bersama dengan Aeri di hotel. Kemudian Aeri hamil sehingga terpaksa menikahinya.     

Profesi Aeri sebagai model membuatnya jarang pulang ke rumah sehingga terkadang membuat Dae Hyun merasa kesepian. Bagaimanapun juga Dae Hyun adalah laki-laki normal. Dia membutuhkan perhatian dari wanita.     

"Usianya sepertinya berbeda jauh darimu?" tanya Dokter Kang saat mengamati wajah Soo Yin yang masih muda.     

"Sekarang tidak masalah umur kami berbeda jauh. Yang terpenting kami saling mencintai," ujar Dae Hyun.     

"Aku merasa tidak yakin kalau gadis ini mencintaimu. Dia bahkan berusaha untuk kabur," goda Dokter Kang sambil tersenyum.     

"Aku menyuruhmu datang kemari agar memeriksanya, bukan ikut campur hubungan kami!" ucap Dae Hyun merasa kesal.     

"Dia baik-baik saja. Aku akan memberikan resep obat untuknya," ujar Dokter Kang.     

Dae Hyun merasa lega mengetahui keadaan Soo Yin yang baik-baik saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.