Istri Simpanan

Bab 55 - Tidak Menghargai



Bab 55 - Tidak Menghargai

0Begitu mendengar kalau Kim Soo Hyun sudah tiba dan sekarang berada di hotel, Dae Hyun langsung bergegas menuju hotel. Takut adiknya berbuat sesuatu yang tidak diinginkan. Kerap kali dirinya berbuat onar jika berada di hotel.     

Dae melangkahkan kakinya dengan cepat, bahkan tidak sabar saat berada di dalam lift. Ingin segera sampai di ruangannya. Begitu membuka pintu Dae Hyun memasang ekspresi tidak suka segera membanting pintu dengan kuat saat melihat Soo Yin dan adiknya saling berhadapan.     

Soo Yin tampak berusaha meraih sesuatu yang ada di tangan Kim Soo Hyun.     

"Kim Soo Hyun, apa yang kau lakukan?" ujar Dae Hyun dengan nada dingin sembari berjalan menghampiri mereka.     

Soo Yin menurunkan tangannya ketika Dae Hyun datang. Gadis itu memasang wajah cemberut.     

"Kakak, aku lapar. Tapi sekretarismu bahkan tidak merelakan makanan yang dibawanya untuk diriku," gerutu Kim Soo Hyun sambil menenteng kotak bekal.     

Dae Hyun memandang Soo Yin sejenak. Tidak biasanya istrinya membawa bekal jika bekerja.     

"Kenapa kau tidak pergi ke restoran saja? atau kau juga bisa memesan pada pelayan," ujar Dae Hyun sembari memijat kepalanya. Kelakuan saudara satu-satunya itu terkadang membuatnya sangat pusing.     

"Aku sudah tidak tahan lagi. Perutku sangat lapar," ucap Kim Soo Hyun sembari mengangkat kotak makanan Soo Yin. Mencium aromanya sesaat yang membuat cacing di perutnya minta jatah.     

"Soo Yin, berikan saja padanya," ucap Dae Hyun dengan lembut dan tatapan memohon pada istrinya.     

"Tapi ...." ujar Soo Yin terpotong.     

"Tidak apa-apa, nanti akan memesan pada pelayan. Makanan di restoran yang ada di hotel ini juga sangat enak, lebih enak dari bekal yang kau bawa," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin sungguh terkejut saat Dae Hyun mengatakan itu. Dirinya tidak rela jika makanan yang dibuatnya untuk orang yang dicintainya justru dimakan oleh orang lain. Yang lebih membuatnya sedih Dae Hyun justru mengatakan kalau makanannya tidak enak.     

Soo Yin mengepalkan tinjunya, hatinya terasa sangat sakit kali ini. Tanpa berkata apa-apa, Soo Yin kembali ke meja kerjanya. Hatinya sedih, menyesal sudah menyiapkan semua itu namun Dae Hyun bahkan sama sekali tidak menghargainya.     

Dae Hyun tidak bisa berbuat apa-apa jika masih ada Kim Soo Hyun di ruangan itu. Membiarkan duduk di sofa sembari menikmati Bibimbap yang dibawa Soo Yin yang kelihatan sangat enak.     

Sesekali melirik Soo Yin dari balik kaca. Gadis itu tampak murung tidak seperti biasanya.     

"Setelah selesai, pulanglah! Ayah sudah menunggumu di rumah," ujar Dae Hyun. Memang sengaja mengusir saudaranya secara halus. Ada dia di ruangannya membuatnya tidak nyaman dan tidak bisa bebas berbicara dengan Soo Yin. Padahal dirinya merindukan istri kecilnya.     

"Kakak mengusirku?" Kim Soo Hyun yang sedang menyantap makanan langsung mendongakkan wajahnya.     

"Lagi pula untuk apa kau berada di sini? lebih baik kau istirahat saja," ujar Dae Hyun sembari memeriksa beberapa berkas. Ternyata ada yang perlu dicopy.     

Dae Hyun segera bangkit kemudian menghampiri Soo Yin yang tengah memegang mouse di tangannya. Gadis itu tidak memandang Dae Hyun sama sekali. Pura-pura sedang sibuk.     

"Soo Yin, bolehkah aku meminta tolong?" ujar Dae Hyun.     

"Katakan saja," ucap Soo Yin dengan nada datar dan tidak menyunggingkan senyum sedikitpun.     

"Tolong copy semua ini menjadi masing-masing 5 lembar," ujar Dae Hyun sembari menyodorkan beberapa lembar kertaa. Mengernyitkan dahinya karena merasa aneh dengan sikap Soo Yin kali ini. Tidak biasanya bersikap cuek seperti ini.     

Soo Yin mengambil berkas yang ada di tangan Dae Hyun kemudian segera pergi tanpa sedikitpun memandang wajah suaminya.     

"Dasar tidak punya perasaan!" umpat Soo Yin saat sudah berada di tempat fotocopy. Dengan kesal menekan tombol secara asal-asalan. Tidak peduli jika salah mencopy. Rasanya ingin marah sehingga Soo Yin mengambil kertas kosong kemudian merobeknya dengan penuh emosi.     

Tanpa memperdulikan tugasnya, Soo Yin langsung menyodorkannya pada Dae Hyun tanpa sepatah katapun kemudian segera bergegas kembali ke mejanya.     

Dae Hyun melihat berkas dari Soo Yin, memijat kepalanya saat melihat hasilnya. Ternyata tidak semuanya dicopy. Ada beberapa lembar yang tertinggal. Bahkan ada yang jumlah salinannya berlebih. Ada juga yang tidak tersalin dengan benar dan acak-acakan.     

Mungkin jika orang lain yang melakukannya dia akan langsung marah atau menegurnya. Tapi kali ini dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya mencoba untuk lebih bersabar menghadapi istri kecilnya itu. Terlebih lagi ada Kim Soo Hyun yang sepertinya tidak berniat untuk pergi.     

Dengan terpaksa Dae Hyun menyalin berkas sendiri. Takut menyakiti hati Soo Yin jika sampai menegurnya. Lagi pula suasana hati gadis itu tampak sedang tidak baik.     

"Bukankah sudah kubilang agar kau pulang? keberadaanmu di sini mengganggu pekerjaanku," ujar Dae Hyun sembari memandang Kim Soo Hyun. Baru saja kembali dari ruangan fotocopy.     

"Kau tidak sabaran, sebentar lagi aku juga akan pulang. Oh iya, Kak, sekretarismu terlihat masih sangat muda," puji Kim Soo Hyun sembari tersenyum nakal memandang Soo Yin dari bilik kaca yang transparan.     

"Lalu?"ujar Dae Hyun.     

"Apa dia belum punya pacar?" tanya Kim Soo Hyun merasa penasaran.     

"Untuk apa kau menanyakan hal itu?" Dae Hyun yang tengah fokus menatap layar komputer mengalihkan pandangannya untuk melihat Kim Soo Hyun.     

"Aku hanya bertanya saja," jawab Km Soo Hyun menyunggingkan senyum di bibirnya. Membuat Dae Hyun merasa curiga.     

"Hentikan pikiran burukmu jika kau ingin macam-macam aku tidak akan membiarkannya," ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Sudah tahu apa yang dipikirkan Kim Soo Hyun, pasti dia berniat akan mendekatinya. Adiknya memang sudah terkenal di kalangan wanita. Dengan mudahnya jatuh cinta namun mudah juga untuk melupakannya. Memang usianya sudah menginjak 25 tahun. Namun sikapnya masih seperti remaja. Selalu ingin mendapatkan kesenangan tanpa memikirkan segala konsekuensinya.     

"Kak, bisa aku minta nomor ponselnya?" Kim Soo Hyun mencondongkan tubuhnya untuk menatap Dae Hyun lebih dekat.     

"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu." Dae Hyun menatap tajam ke arah adiknya. Sangat geram, jika sampai dia mendekatinya maka dirinya akan mengibarkan bendera perang.     

"Kau sangat pelit pada adikmu sendiri," gerutu Kim Soo Hyun sembari menyandarkan kepalanya di sofa.     

"Lebih kau menemui Li Sa, pasti dia sekarang sangat merindukanmu," goda Dae Hyun. Memang sengaja untuk mengganti topik pembicaraan.     

"Tidak usah membicarakannya." Kim Soo Hyun memasang wajah cemberut. Dirinya tidak ingin mendengarkan nama gadis itu lagi. Gadis yang selalu mengejarnya dan bahkan berterus terang rela jika hanya menjadi selingkuhannya.     

Kim Soo Hyun segera beranjak dari sofa, jika terus berada di dekat Dae Hyun pasti akan membicarakannya lagi. Berjalan menghampiri Soo Yin karena merasa penasaran dengan gadis itu.     

"Hai," ujar Kim Soo Hyun sembari membaca nama yang ada di mejanya.     

"Soo Yin, nama kita begitu mirip," ujar Kim Soo Hyun dengan tersenyum senang.     

Soo Yin yang sedang merasa kesal tidak berminat untuk meladeni saudara suaminya itu. Hanya menatapnya sekilas kemudian mengalihkan pandangannya.     

"Bisakah aku meminta tolong? aku ingin minum kopi," ucap Kim Soo Hyun.     

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan," ucap Soo Yin memasang wajah datar. Dengan malas melangkahkan kakinya menuju pantry. Belum sampai di pantry ternyata dirinya bertemu dengan Jean di lorong hotel.     

"Jean, apa aku bisa minta tolong?" ucap Soo Yin. Sangat kebetulan sekali ada sahabatnya itu di saat seperti ini.     

"Katakan saja," ujar Jean dengan tersenyum.     

"Bisakah kau membawakan secangkir kopi ke ruangan Tuan Dae Hyun? jangan secangkir mungkin sebaiknya dua karena ada dua orang di sana," ujar Soo Yin. Saat ini dirinya ingin mencari udara segar terlebih dahulu. Apa lagi sebentar lagi waktunya makan siang. Perutnya butuh diisi karena tidak makan sejak pagi. Harapannya bisa makan berdua dengan suaminya menjadi kacau.     

"Tentu saja, dengan senang hati aku melakukannya untukmu. Memangnya ada tamu?" tanya Jean yang penasaran.     

"Adiknya Tuan Dae Hyun yang bernama Kim Soo Hyun tengah berada di sana."     

"Lalu kemana kau akan pergi?" tanya Jean.     

"Aku akan ke luar sebentar untuk mencari angin segar. Setelah selesai segera ke kantin, aku menunggumu di sana." Soo Yin langsung berlenggang pergi .     

"Baiklah," ujar Jean sembari mengangkat jempolnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.