Istri Simpanan

Bab 56 - Kopi Tumpah



Bab 56 - Kopi Tumpah

0Sesuai permintaan Soo Yin, Jean membawakan dua cangkir kopi ke ruangan Dae Hyun. Terlebih dahulu ia mengetuk pintu namun lama tidak jawaban. Jean takut jika langsung masuk tanpa meminta izin takut mengganggu. Sampai akhirnya terdengar suara langkah kaki dari dalam.     

Ceklek.     

Pintu terbuka, Jean membelalakan mata saat melihat pria yang kini berada di depannya. Pria itu berdiri di pintu dengan senyuman yang sangat menawan hingga membuat hatinya rasanya ingin meleleh. Jean menatap Kim Soo Hyun terus menerus dengan nampan yang berada di tangannya yang hampir jatuh. Tanpa sadar menelan salivanya.     

Kim Soo Hyun menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Jean karena gadis itu terus terdiam sambil menatapnya. Sampai akhirnya gadis itu tersadar dan menundukkan wajahnya karena malu.     

"Ada apa?" tanya Kim Soo Hyun. Merasa bingung karena sepertinya tidak meminta dibuatksan kopi oleh pelayan.     

"Soo Yin menyuruhku mengantarkan kopi ke ruangan ini, Tuan," ujar Jean sembari menunduk.     

"Lalu di mana Soo Yin?" tanya Kim Soo Hyun. Melongok ke belakang Jean untuk mencari keberadaan Soo Yin.     

"Dia sedang ke luar sebentar, lagi pula ini sudah waktunya jam makan siang," ujar Jean.     

"Ya sudah, taruh saja kopinya di meja." Kim Soo Hyun kembali memasuki ruangan yang diikuti oleh Jean di belakangnya.     

Kim Soo Hyun kembali duduk di sofa. Sehingga Jean perlahan menurunkan kopi tersebut di depannya namun cangkirnya terasa panas. Tangan Jean terasa seperti terbakar, karena sedikit gugup cangkir itu tergelincir membuat kopi itu tumpah di depan Kim Soo Hyun.     

"Arghh!" teriak Kim Soo Hyun yang dadanya tiba-tiba saja terasa panas.     

Jean sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Tubuhnya gemetar karena telah membuat kesalahan.     

"Maafkan aku, Tuan." Jean bergegas mengambil tisue yang ada di meja. Membantu Kim Soo Hyun membersihkan kopi di bajunya.     

"Ya ampun, apa kau tidak bisa hati-hati?" ujar Kim Soo Hyun sembari memandang Jean dengan tatapan tajam.     

"Sekali lagi aku minta maaf," ujar Jean seraya membungkukan tubuhnya. Dirinya benar-benar takut jika ini akan berimbas pada pekerjaannya. Jika sampai dipecat maka dirinya tidak bisa membayar biaya rumah sakit untuk ibunya.     

"Kau sungguh membuatku kesal!" umpat Kim Soo Hyun.     

Umpatan pria itu membuat Jean merasa ingin menangis. Dengan gerakan tiba-tiba, Jean langsung berlutut di hadapan Kim Soo Hyun. Tidak memperdulikan harga dirinya jika itu bisa membuatnya tidak pecat dari hotel tersebut, baginya tidak masalah.     

Dae Hyun yang baru saja kembali ke ruangannya, mengerutkan keningnya saat melihat Jean yang memang diketahuinya sebagai sahabat Soo Yin berlutut seperti itu.     

"Ada apa ini?" tanya Dae Hyun memandang kedua orang itu secara bergantian.     

"Kakak, dia menumpahkan kopi ke bajuku," gerutu Kim Soo Hyun sambil menunjuk Jean dengan terlunjuknya.     

"Aku benar-benar minta maaf, aku sungguh tidak sengaja melakukannya." Jean tidak berani mendongakkan wajahnya. Matanya berkaca-kaca seperti akan menangis.     

"Aku mohon jangan memecatku," sambung Jean sembari terisak-isak.     

"Hei, siapa yang akan memecatmu?" Kim Soo Hyun justru bingung dengan ucapan gadis itu.     

"Jean, bangunlah, tidak akan ada yang memecatmu hanya karena kau menumpahkan kopi," ujar Dae Hyun.     

"Benarkah?" Jean lirih kemudian mendongakkan wajahnya untuk memastikan kebenarannya.     

"Lain kali kau harus hati-hati," timpal Kim Soo Hyun.     

"Terima kasih, Tuan." Jean perlahan bangkit berdiri sembari kembali menundukkan kepalanya.     

"Di mana Soo Yin? kenapa kau yang kemari?" tanya Dae Hyun yang tidak melihat keberadaan Soo Yin di mejanya. Sepertinya tadi Kim Soo Hyun menyuruh Soo Yin bukannya Jean.     

"Soo Yin bilang sedang ingin ke luar sebentar untuk mencari angin setelah itu akan pergi ke kantin," sahut Jean.     

"Baiklah, kau boleh pergi," ujar Dae Hyun.     

Sebelum Jean pergi meninggalkan ruangan itu, sekali lagi mengucapkan permintaan maaf pada Kim Soo Hyun.     

"Sebaiknya kau pulang untuk berganti baju." Dae Hyun pikir ini adalah saat yang tepat untuk menyuruh saudaranya pergi dari ruangannya.     

"Ughh, baiklah." Kim Soo Hyun terpaksa setuju untuk pulang ke rumah. Tidak mungkin tetap mengenakan bajunya yang basah dan lengket seperti itu. Dengan rasa kesal dirinya pergi meninggalkan ruangan Dae Hyun.     

Dae Hyun sekarang bisa bernapas lega dan bisa kembali bekerja dengan tenang. Setengah jam berlalu semenjak Soo Yin pergi, namun hingga saat ini belum juga kembali. Baru saja hendak berdiri tiba-tiba sudah ada suara ketukan pintu.     

"Masuk!" ujar Dae Hyun seraya duduk kembali.     

Ternyata yang datang adalah Chang Yuan sembari membawa sesuatu di tangannya.     

"Tuan, saya menemukan ini." Chang Yuan menyerahkan sebuah rekaman berupa kartu memori pada Dae Hyun.     

Dae Hyun mengerutkan keningnya. Tanpa menjawab langsung memasukkannya ke dalam laptop. Tak lama kemudian Dae Hyun segera memutar rekaman tersebut.     

Di dalamnya terdapat video rekaman Aeri tengah ke luar dari area kawasan Namsan Park sambil menelepon. Itu merupakan kejadian saat Jo Yeon Ho yang hampir diculik. Tidak lama kemudian Aeri meninggalkan lokasi itu.     

Dae Hyun mengepalkan tinjunya setelah melihat rekaman itu. Berarti apa yang dikatakan oleh Aeri selama ini adalah bohong. Sebenarnya Dae Hyun sudah mencurigainya namun dirinya sungguh tidak menyangka jika Aeri benar-benar meninggalkan putranya seorang diri di taman tersebut.     

"Apa ada yang lain lagi?" tanya Hyun untuk mengumpulkan barang bukti lebih banyak lagi agar wanita itu tidak bisa mengelak.     

"Seseorang mengirimkan foto padaku." Chang Yuan memperlihatkan foto yang dikirim seseorang padanya. Foto itu diambil saat Aeri tengah pesta di sebuah apartemen hingga membuatnya lupa waktu.     

"Dasar wanita jal*ng!" Dae Hyun menggebrak mejanya dengan kuat hingga membuat Chang Yuan terkejut. Namun tidak berani memprotes apa yang telah dilakukan oleh bosnya.     

Dae Hyun sungguh merasa geram dengan tingkah Aeri. Sudah lama menaruh curiga setiap wanita itu jarang pulang dan mengurus anak mereka. Tapi Dae Hyun tidak memperdulikannya. Toh, dirinya tidak mencintainya sehingga terserah wanita itu akan berbuat apa dirinya tidak peduli sama sekali.     

Tapi untuk kali ini sangat berbeda. Begitu tega seorang ibu meninggalkan putranya sendirian tanpa didampingi seorang pengasuh. Dae Hyun tidak bisa membayangkan jika tidak ada Soo Yin waktu itu mungkin Jo Yeon Ho akan celaka. Yang membuat Dae Hyun lebih marah kali ini adalah karena hampir saja kehilangan nyawa gadis yang sangat dicintainya.     

Dae Hyun mengepalkan tinjunya dengan tatapan yang berapi-api. Seperti seekor harimau yang akan menerkam mangsanya.     

"Mulai sekarang, suruh orang agar mengikutinya kemanapun dia pergi," ujar Dae Hyun. Dirinya ingin memiliki lebih banyak bukti lagi agar bisa lepas dari jerat Aeri. Sudah lama ingin terlepas namun selalu gagal karena wanita itu selalu berhasil mengambil hati orang tuanya.     

"Baiklah, Tuan." Chang Yuan segera undur diri untuk pergi meninggalkan ruangan itu.     

Dae Hyun kembali melihat jam di tangannya, ada sekitar 15 menit lagi waktu istirahat. Sekilas memandang meja kerja Soo Yin yang masih kosong. Dirinya butuh melihat seseorang untuk meredam kemarahannya saat ini. Hanya melihat pujaannya, entah mengapa hatinya terasa tenang dan damai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.