Istri Simpanan

Bab 54 - Perubahan Aeri



Bab 54 - Perubahan Aeri

0Di tempat yang berbeda di saat waktu bersamaan.     

Sinar mentari muncul dari bayang-bayang korden jendela. Dae Hyun mengerjapkan kedua matanya. Mungkin karena sudah lama tidak kurang tidur, semalam begitu nyenyak tidurnya hingga tidak terbangun sama sekali.     

"Soo Yin." Dae Hyun meraba-raba sampingnya, masih teringat kalau ia berada di villa Pyeongchang-dong.     

Begitu pandangannya sudah jelas, ternyata itu bukanlah kamar yang biasa di tempati bersama Soo Yin. Ini adalah kamar dirinya bersama Aeri. Dae Hyun segera bangkit, sekilas di liriknya pakaian yang masih menempel di tubuhnya. Merasa lega karena itu artinya tidak terjadi sesuatu apapun semalam. Sudah memiliki tekad tidak akan menghianati kepercayaan yang sudah diberikan oleh Soo Yin padanya.     

Setelah jatuh cinta untuk yang pertama kalinya waktu sekolah ini adalah jatuh cinta kedua kali selama hidupnya yaitu jatuh pada sosok gadis yang umurnya jauh lebih muda. Tidak peduli bagaimana rintangannya kali ini akan memperjuangkan cinta untuk Soo Yin. Tidak ingin mengulangi kesalahan di masa lalu.     

Dae Hyun segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena sudah pukul setengah delapan. Biasanya sudah bersiap-siap untuk berangkat namun kali ini justru baru terbangun. Memang tidak masalah baginya untuk datang terlambat bekerja. Namun sebagai seorang pimpinan dirinya tidak boleh memberikan contoh yang buruk bagi karyawannya.     

Aeri masuk ke dalam kamar berjalan mengendap-endap ke depan pintu kamar mandi. Menempelkan telinganya di sana ternyata terdengar suara gemericik air dari dalam. Sehingga Aeri langsung bergegas berjalan kembali ke sisi ranjang. Begitu mendengar pintu terbuka, Aeri segera merapikan tempat tidur dan melipat selimut agar terlihat rapi.     

Dae Hyun hanya melirik sekilas Aeri, merasa aneh saat melihat istri pertamanya melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah dilakukannya. Selama menikah dengan Aeri tidak pernah sekalipun melihatnya mau melakukan pekerjaan rumah kecuali jika ada orang tuanya berada di rumah ini.     

Dae Hyun memilih pura-pura tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Aeri. Memilih mengeringkan rambut dengan sebuah handuk kecil sembari berdiri di depan cermin.     

Setelah merapikan tempat tidur, Aeri segera menghampiri Dae Hyun. Ini adalah kesempatannya untuk memperlihatkan kalau dirinya benar-benar sudah berubah.     

"Biarkan aku yang melakukannya," ujar Aeri seraya mengambil handuk yang ada di tangan Dae Hyun.     

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

"Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku? apakah aku tidak berarti apa-apa di hidupmu setelah apa yang kita lakukan malam itu di hotel?" Aeri menundukkan kepalanya. Mengucapkan dengan lirih dan memasang ekspresi sedih.     

"Aku hanya sudah terbiasa melakukannya sendiri. Tidak usah mengungkit kejadian itu karena aku sama sekali tidak mengingatnya," ujar Dae Hyun dengan nada penuh penekanan. Kesalahan dilakukannya waktu itu adalah karena ada seseorang yang memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya. Jika tidak, mana mungkin dirinya akan melakukan perbuatan serendah itu.     

"Sayang, tolong beri aku kesempatan sekali lagi," ujar Aeri dengan nada memohon.     

"Kemana saja kau selama ini?" Dae Hyun tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi setelah permintaannya agar Aeri meninggalkan pekerjaannya namun tidak dihiraukan sama sekali.     

"Aku sungguh menyesal," ujar Aeri dengan tatapan mata yang teduh dan berkaca-kaca seperti akan menangis.     

"Sudahlah, sebaiknya mulai sekarang berhentilah untuk berusaha."     

"Hiks ... hiks ... hiks, kau sungguh tega." Aeri terisak-isak kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi.     

Dengan terpaksa Dae Hyun menyeret kakinya menuju kamar mandi. Segera mengetuk pintu untuk menenangkannya. Jika orang tuanya tidak sedang berada di rumah ini, pasti akan membiarkannya begitu saja. Karena selama ada Ny. Park maka meskipun Aeri yang salah tetap saja Dae Hyun yang akan disalahkan dan akan menceramahinya habis-habisan. Dae Hyun terkadang bertanya-tanya sebenarnya dirinya atau Aeri yang anaknya.     

"Aeri, cepatlah ke luar. Maaf jika perkataanku membuatmu terluka. Jika kau tidak mau memaafkanku, terserah padamu saja," ujar Dae Hyun dengan tidak sungguh-sungguh.     

"Apa kau tidak akan mengulangi ucapanmu?" Aeri merasa sangat senang. Hanya ini kesempatan untuk meluluhkan hati suaminya.     

"Terserah kalau kau tidak percaya." Dae Hyun memilih meninggalkan pintu kamar mandim. Segera mengenakan pakaian di ruang ganti karena sudah tidak ada waktu lagi. Tak lama kemudian berjalan ke luar sambil memakai Dasi.     

Ternyata Aeri sudah ke luar dari kamar mandi, bergegas menghampiri menghampiri Dae Hyun, kemudian meraih dasi yang melingkar di leher pria itu. Berniat untuk memakaikannya.     

'Sejak kapan dia seperti ini? apakah dia sudah benar-benar berubah?' ~ ucap Dae Hyun dalam hati. Bukannya merasa senang dengan perubahan Aeri tapi entah mengapa hatinya malah merasa curiga.     

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Dae Hyun sembari merapikan dasinya.     

"Aku lihat kau sangat kelelahan sehingga aku tidak tega membangunkanmu." Aeri meletakkan jemarinya di dada Dae Hyun. Mengusapnya perlahan sembari menempelkan pipinya di dada bidang itu.     

Dae Hyun merasa risih sehingga menggeser tubuhnya untuk melepaskan diri. Jika Aeri berubah empat tahun yang lalu kemungkinan dirinya akan luluh. Meski sekarang Aeri akan berusaha keras menjadi lebih baik lagi, itu semua sudah terlambat. Yang ada di hati dan pikirannya saat ini adalah Soo Yin.     

Tok...     

Tok...     

Dae Hyun segera melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.     

"Ayah," sapa Jo Yeon Ho dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Anak itu terlihat sangat bahagia.     

"Sayang, kau mau berangkat ke sekolah?" Dae Hyun menggendong tubuh mungil Jo Yeon Ho.     

"Mulai hari ini aku akan berangkat bersama dengan Ibu," ujar Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun mengerutkan dahinya setelah mendengarkan perkataan putranya. Baginya terasa sangat aneh kali ini, sejak kapan Aeri peduli dengan putranya. Meski begitu Dae Hyun tidak ingin merubah suasana hati putranya.     

"Kau sudah siap, Sayang?" ujar Aeri mencium pipi Jo Yeon Ho.     

Merekapun segera turun ke bawah untuk terlebih dahulu sarapan. Aeri bergelayut manja mengaitkan tangannya di lengan Dae Hyun. Pria itu tidak bisa menolaknya karena ada Jo Yeon Ho di gendongannya. Meski hubungan mereka tidak pernah harmonis selama ini namun Dae Hyun selalu menutupinya dari Jo Yeon Ho. Dia hanya seorang anak yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa sehingga tidak perlu tahu masalah orang tuanya.     

Ny. Park dan Park Ji Hoon saling bertukar pandangan ketika melihat pemandangan yang sangat jarang terjadi. Setelah lama tidak tinggal bersama dengan putra dan menantunya ternyata kini hubungan mereka telah jauh berubah. Mereka berpikir Dae Hyun sudah menerima kehadiran Aeri dalam hidupnya.     

Pada saat pernikahan, Dae Hyun hampir saja kabur. Namun akibat bujukan dan ancaman sang ayah akhirnya rela melakukannya. Jika sampai pernikahan itu gagal maka akan mempermalukan seluruh anggota keluarganya. Termasuk usaha mereka juga akan mengalami imbasnya.     

Berkat Aeri juga yang menjadikan hotel mereka melaju pesat. Itu semua karena Aeri mempromosikan kepada semua teman model atau artis jika berkunjung ke Seoul harus menginap di hotelnya. Berkat Aeri juga mereka memiliki banyak relasi untuk bekerja sama agar saling menguntungkan.     

"Selamat pagi," sapa Aeri pada mertuanya dengan senyuman menawan terukir di bibirnya.     

"Ayo kita sarapan," ujar Ny. Park.     

Dae Hyun mendudukkan Jo Yeon Ho pada kursi yang berada di sampingnya.     

Mereka sarapan dengan penuh ketenangan, terlebih lagi Dae Hyun hanya sedikit bicara. Sepertinya harus berhati-hati mulai sekarang agar tidak terjebak pada permainan wanita yang berada di sampingnya. Dae Hyun merasa ada rencana tersembunyi.     

"Dae Hyun, apa kau sudah menghubungi adikmu?" tanya Park Ji Hoon.     

"Tidak, biarkan saja dia mengurus pekerjaannya," ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

"Tapi pagi ini dia sudah sampai di Seoul. Kemungkinan sekarang sudah berada di hotel," timpal Ny. Park.     

"Jadi dia sudah kembali?" ucap Dae Hyun dengan nada tinggi sembari bangkit berdiri.     

"Jangan terlalu keras pada adikmu," ujar Ny. Park. Sangat tahu jika sejak kecil mereka selalu bertengkar bila dekat. Bahkan hingga usia mereka sudah dewasa tetap saja seperti itu.     

"Sebaiknya aku berangkat," ujar Dae Hyun langsung bergegas pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.