Istri Simpanan

Bab 66 - Gembok Cinta



Bab 66 - Gembok Cinta

0Cinta bisa datang kapan saja, dimana saja, kepada siapa, tanpa bisa dicegah ataupun dipaksa.     

~Dae Hyun ~     

:sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower::sunflower:     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai kawasan di Namsan Seoul Tower. Sebuah menara yang terletak di gunung Namsan. Di sana terkenal dengan gembok cintanya bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Menurut mitos yang dipercaya di sana, pasangan yang menuliskan nama pada gembok yang dikunci maka kisah cinta mereka akan abadi.     

Sayangnya mereka ke sana pada siang hari sehingga tidak bisa menikmati lampu yang terdapat di atas menara. Saat malam mereka juga bisa melihat keindahan kota Seoul.     

Sudah lama Dae Hyun ingin mengajak Soo Yin ke sana. Saat pertama kali mengajaknya bersama Jo Yeon Ho sebenarnya ingin mengajaknya ke sini. Namun tidak mungkin karena ada putranya. Apalagi Jo Yeon Ho agak takut dengan ketinggian.     

"Untuk apa kita kemari?" Soo Yin tidak mengerti kenapa suaminya membawanya kemari padahal seharusnya mereka kembali ke hotel.     

"Tunggu sebentar." Dae Hyun segera turun dari mobil kemudian berjalan ke seberang jalan. Pria itu masuk ke dalam sebuah toko, tak lama kemudian ke luar sembari membawa sesuatu di tangannya.     

Dae Hyun berjalan menghampiri Soo Yin, membukakan pintu untuk istrinya. Membantunya ke luar dengan cara memegangi pergelangan tangan gadis itu.     

"Dae Hyun, bagaimana jika ada yang mengenali kita?" Soo Yin merasa khawatir, takut ada yang mengekspos kebersamaan mereka.     

"Tenang saja," ujar Dae Hyun sembari tersenyum. Kebanyakan pengunjung yang datang ke tempat itu hanyalah para sejoli yang tengah jatuh cinta sehingga tidak akan memperdulikan sekitar. Para pasangan muda akan merasa bahwa tempat itu milik berdua sedangkan yang lainnya hanya numpang.     

Dae Hyun langsung mengajak Soo Yin ke sebuah tempat yg digunakan untuk menggantungkan gembok yaitu pagar besi yang berjejer rapi. Sudah banyak sekali gembok yang terpasang di sana.     

"Untuk apa?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Bertanya-tanya apa yang akan dilakukan dengan gembok itu. Tidak mungkin pria seperti Dae Hyun percaya dengan mitos yang berkembang di masyarakat.     

"Kau tahu menurut mitos, setiap pasangan yang menuliskan namanya di sini maka cinta mereka akan abadi." Dae Hyun tersenyum sembari menulis namanya.     

"Kau mempercayainya?" tanya Soo Yin.     

"Aku hanya berharap cinta kita selalu abadi. Tulis namamu di sini." Dae Hyun menyerahkan gembok tersebut pada Soo Yin.     

Soo Yin akhirnya menurut untuk menuliskan namanya. Memang begitu banyak gembok yang bergantungan di sana. Soo Yin melihat-lihat dulu apa yang tertulis di sana. Memang benar di sana terdapat nama pasangan beserta harapan mereka.     

Gadis itu mulai menulis harapannya.     

"Apa seperti ini?" Soo Yin menunjukkan tulisannya pada Dae Hyun.     

Setelah selesai menuliskan nama dan harapan mereka. Dae Hyun segera menggantungkan gembok tersebut bersama dengan yang lain kemudian membuang ke dalam kotak kayu.     

"Aku ingin cinta kita tetap abadi. Aku ingin kau tidak akan pernah meninggalkanku. Kau mau melakukannya?" ujar Dae Hyun menatap intens bola mata berwarna coklat terang istrinya.     

"Apa kau juga akan melakukan hal yang sama?" Soo Yin balik bertanya.     

"Tentu saja." Dae Hyun merangkul pinggang istrinya agar jarak mereka semakin dekat.     

Soo Yin memandang sekeliling. Ternyata ada yang mengamati mereka. Mungkin merasa aneh dengan Dae Hyun yang sudah terlihat dewasa namun Soo Yin masih seperti remaja. Perbedaan usia mereka tampak kontras dan tidak bisa ditutupi.     

Bukannya malu Soo Yin malah membalas rangkulan suaminya. Mulai sekarang tidak akan peduli lagi dengan orang-orang yang akan menghujatnya.     

Meski terkadang sikap Dae Hyun cukup membuatnya kesal namun dalam relung hati yang terdalam Soo Yin tidak ingin berada jauh darinya. Sungguh itu sangat menyiksa batinnya.     

"Dae Hyun, kapan kita selalu bersama tanpa sembunyi-sembunyi seperti ini?" kata-kata itu spontan mengalir mewakili perasaan yang dirasakan saat ini.     

"Kalau kau mau, sekarang juga aku akan mengumumkan kalau kau adalah istriku," ujar Dae Hyun.     

"Bagaimana jika keluargamu tidak menerimaku?"     

"Aku tidak peduli, aku sudah mempersiapkan kemungkinan yang terjadi. Ayo kita menemui ibu dan ayahku," ajak Dae Hyun dengan penuh tekad.     

"Hmmm." Soo Yin memikirkan segala resiko yang terjadi. Dirinya merasa cukup trauma saat kecil dibully oleh orang-orang terdekatnya.     

Soo Yin menggeleng pelan. Hatinya tidak sanggup lagi merasakan semua hinaan, terlebih lagi Li Sa kenal dengan Aeri. Itu sungguh tidak disangka-sangka.     

"Kenapa? apa kau tidak mempercayaiku?" Dae Hyun tampak kecewa.     

"Aku ingin menjadi satu-satunya dan aku tidak ingin dituduh menjadi orang yang telah merusak hubunganmu dengan Aeri," ujar Soo Yin.     

"Aku sudah menemukan beberapa bukti kalau Aeri berbohong. Itu bisa menjadi alasan untukku terlepas darinya. Kuharap kau sabar menunggu hari itu." Dae Hyun memutar tubuh Soo Yin agar menghadapnya. Menggenggam tangannya dengan erat.     

"Apa kau yakin dia berbohong?"     

"Aku sudah curiga dari dulu namun aku tidak terlalu memperdulikannya. Sekarang aku ingin terlepas darinya agar kita bisa selalu bersama tanpa ada yang mengganggu." Dae Hyun menggandeng Soo Yin untuk duduk di bawah pohon.     

"Aku akan menunggu hari itu tiba. Tapi bolehkah aku meminta sesuatu?" Soo Yin mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Menyodorkannya pada Dae Hyun. Ternyata itu adalah brosur yang diberikan oleh Jae-hwa.     

"Apa ini?" Dae Hyun mulai membaca sedikit.     

"Apa aku boleh masuk universitas?" Soo Yin menatap Dae Hyun dengan wajah berbinar.     

Dae Hyun memikirkan segala sesuatunya. Jika Soo Yin masuk universitas maka kemungkinan besar akan banyak pria yang akan mendekatinya.     

"Bagaimana jika nanti banyak pria yang berusaha mendekatimu? aku tidak sanggup jika harus bersaing dengan mereka. Mungkin bahkan aku akan sangat cemburu," ujar Dae Hyun kurang menyetujui ide istri kecilnya itu. Bukan tidak mengizinkan namun dirinya tidak ingin terlalu banyak pesaing.     

Soo Yin menundukkan wajahnya. Cukup sadar diri karena Dae Hyun sudah banyak membantunya. Beruntung Dae Hyun adalah pria yang tidak menuntut. Meski Soo Yin awalnya terpaksa menikah dengannya namun Dae Hyun tidak pernah menyakitinya secara fisik dan memaksakan kehendaknya.     

Dae Hyun memegang dagu Soo Yin agar dapat melihat raut wajahnya. Namun Soo Yin tidak berani menatap mata elang Dae Hyun. Tiba-tiba sebuah ide tercetus di pikiran Dae Hyun.     

"Baiklah, tapi dengan satu syarat," ujar Dae Hyun tersenyum miring.     

"Apa itu?" tanya Soo Yin.     

"Tapi aku tidak yakin kau mau melakukannya." Dae Hyun memasang wajah sedih.     

"Katakan," rengek Soo Yin sambil memegang lengan suaminya.     

"Aku ingin kita pergi honeymoon," bisik Dae Hyun di telinga istrinya.     

"Selalu saja itu yang kau pikirkan," ujar Soo Yin seraya mencebikkan bibirnya. Wajahnya kini tampak memerah.     

"Apa kau akan selalu menyiksaku terus seperti ini?" Dae Hyun meletakkan jemari Soo Yin di dadanya agar bisa merasakan detaknya yang sangatlah cepat. Bisa saja Dae Hyun memaksanya untuk melakukan hubungan itu. Namun dia ingin Soo Yin melakukannya bukan karena paksaan.     

Soo Yin sebenarnya juga merasa berdosa bersikap seperti itu pada suaminya. Bahkan sedikit khawatir pada Dae Hyun, takut jika pria itu melampiaskannya pada wanita lain. Itu menurut sebuah artikel yang baru dibacanya semalam.     

"Ya sudah, ayo berangkat sekarang juga," ucap Soo Yin dengan enteng. Sudah pasti pria itu tidak akan bisa karena masih sangat sibuk.     

"Baik, aku akan menyuruh Chang Yuan untuk menyiapkan perjalanan untuk kita." Dae Hyun hendak merogoh sakunya untuk mengambil ponsel namun Soo Yin menahannya. Tidak menyangka jika Dae Hyun menerima tantangannya.     

"Biarkan aku mempersiapkan diriku dulu." Soo Yin merasa deg-degan dan deru napasnya tersengal.     

Namun ternyata ada seseorang yang menelepon sehingga Dae Hyun menjawabnya. Itu adalah dari Chang Yuan mengatakan kalau harus segera kembali ke hotel karena harus segera menyelesaikan beberapa pekerjaannya.     

"Arghhh, sayang sekali. Padahal aku ingin mengajakmu naik ke atas puncak menara," gerutu Dae Hyun. Meletakan ponselnya di saku kembali setelah mematikan sambungan telepon.     

"Lain kali kita bisa ke sini lagi," ujar Soo Yin.     

"Hmmm, kau ikut ke hotel atau ingin pulang saja?"     

"Ikut," ujar Soo Yin bergelayut manja di lengan Dae Hyun sehingga membuat pria itu sangat senang. Itu berarti gadis itu sudah menerimanya.     

Bersambung.....     

Terima kasih yang sudah berkenan mendukung cerita ini. Jangan lupa kasih review dan rate bintang 5 ya:smiling_face_with_hearts::smiling_face_with_hearts:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.