Istri Simpanan

Bab 63 - Lamaran yang tertunda



Bab 63 - Lamaran yang tertunda

0Soo Yin segera kabur menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam. Takut jika suaminya itu tiba-tiba muncul. Bukan takut, hanya saja dirinya belum ingin menyinggung mengenai bulan madu. Saat itu mengatakannya karena keceplosan saja.     

Soo Yin lama sekali berendam di dalam bath up. Sambil menunggu suaminya menyelesaikan masakannya. Percuma juga berada di dapur jika tidak melakukan apapun. Hampir setengah jam berendam hingga membuat tubuhnya agak menggigil apalagi cuaca sepertinya gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun salju.     

Gadis itu segera turun setelah mengganti pakaiannya. Ketika berjalan ke dapur dirinya tidak menemukan keberadaan Dae Hyun. Bahkan terus mencari hingga halaman belakang namun tak kunjung menemukannya.     

"Dae ...." Soo Yin hendak memanggilnya namun pria itu sudah muncul dari pintu utama sembari di ikuti oleh seseorang di belakangnya.     

Ada seorang pria asing yang diikuti Chung Ho di belakangnya yang tengah membawa beberapa buket bunga berwarna warni.     

"Hai, Sayang," sapa Dae Hyun ketika melihat istrinya yang tampak bingung.     

"Ada apa ini?" tanya Soo Yin seraya mengerutkan keningnya. Mengingat-ingat jika sepertinya tidak memesan bunga.     

"Chung Ho, tolong bawa semuanya ke dalam kamar," perintah Dae Hyun pada Chung Ho yang tengah sibuk membawa bunga.     

"Baik, Tuan," ujar Chung Ho yang langsung naik ke atas diikuti oleh pria asing tadi.     

"Kuharap kau menyukainya karena semua ini sebagai permintaan maafku," ujar Dae Hyun sembari merangkul pinggang istrinya dari samping.     

Saat Soo Yin mandi, Dae Hyun menyuruh Chung Ho untuk memesan banyak bunga untuk istrinya. Tidak disangka jika akan datang lebih cepat dari perkiraan.     

"Untuk apa semua ini?" tanya Soo Yin. Baginya ini semua terasa berlebihan. Begitu banyak buket dengan berbagai macam bunga yang berwarna-warni. Ada bunga Azalea, Lavender, Mawar dan juga bunga Tulip.     

"Aku ingin belajar menjadi pria romantis," ujar Dae Hyun sembari merekatkan tubuhnya. Namun Soo Yin mendorongnya agar menjauh.     

"Apa kau tidak malu di sini masih ada orang?" protes Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Kalau begitu ayo pergi ke kamar yang tidak ada orang," goda Dae Hyun.     

"Aku lapar," ujar Soo Yin tidak menanggapi ajakan suaminya. Langsung saja melangkahkan kakinya menuju meja makan.     

Ternyata di meja makan susah terdapat beberapa menu. Ada Maeuntang dan Jeongol. Ada juga lilin dan satu buket bunga mawar di meja.     

"Kau memasaknya? bukankah kau tidak bisa makan pedas untuk apa memasak Maeuntang?" ujar Soo Yin. Maeuntang adalah sejenis sup yang memakai ikan air tawar atau laut segar sebagai bahan utamanya yang direbus bersama saos gochujang yang pedas. Kemudian diberi sayuran hijau, lobak, daging sapi, tahu, zucchini dan bumbu rempah.     

"Aku akan makan Jeongol saja. Tapi aku rela jika kau menyuruhku makan Maeuntang," jawab Dae Hyun. Jeongol adalah termasuk salah satu kesukaannya. Jeongol adalah panganan yang terbuat dari mie yang bertekstur kenyal yang direbus bersama dengan olahan daging, sayuran hijau.     

"Duduklah, Tuan Putri." Dae Hyun menarik kursi ke belakang agar istrinya duduk.     

Wajah Soo Yin memerah saat mendengar Dae Hyun mengatakannya sebagai tuan putri. Rasa kekesalan dan kecewa kemarin kini sudah berganti dengan rasa bahagia.     

"Biarkan aku saja," ujar Soo Yin saat Dae Hyun hendak mengambilkan Maeuntang ke dalam mangkoknya. Tak lupa Soo Yin juga mengambilkan makanan untuk suaminya. Ia ingin melakukan apapun yang dilakukan oleh Aeri seperti waktu itu.     

"Wah, ternyata rasanya lumayan enak," puji Soo Yin dengan raut wajah sumringah. Membuat Dae Hyun merasa gembira melihatnya.     

"Tentu saja, bukankah sudah kubilang kalau aku pandai memasak," ucap Dae Hyun dengan penuh percaya diri.     

Mereka melanjutkan makan dalam keadaan diam. Hanya mata dan hati yang saling berbicara. Mereka saling berpandangan, bahkan Soo Yin merasa malu saat kepergok menatap suaminya.     

Setelah selesai Dae Hyun langsung membersihkan meja makan. Tadinya Soo Yin ingin membantu namun pria itu justru melarangnya.     

"Sayang, apa kau akan kembali bekerja?" Soo Yin bergelayut manja dengan memegang lengan Dae Hyun saat tengah mencuci tangan di westafel.     

"Coba katakan sekali lagi? kau memanggilku dengan sebutan apa?" Dae Hyun pura-pura tidak mendengarnya. Ini pertama kalinya gadis itu memanggilnya dengan sebutan sayang.     

"Tidak mau!" Soo Yin berbalik kemudian menutupi wajahnya karena merasa malu. Memanggilnya dengan sebutan sayang maka tanpa sadar Soo Yin mengakui kalau mencintai suaminya. Lalu segera pergi meninggalkan Dae Hyun untuk ke kamarnya.     

Dae Hyun hendak membuntuti istrinya namun tangannya basah sehingga membutuhkan waktu untuk mengeringkan tangannya.     

Soo Yin membuka pintu kamarnya. Harum semerbak bunga memenuhi indra penciumannya. Ternyata Chung Ho menata bunganya dengan sangat rapi. Bahkan di atas ranjang ada bertebaran kelopak bunga mawar merah. Kamar itu terlihat seperti taman bunga. Setiap sudut dipenuhi dengan bunga. Jika saja bunga itu adalah bunga hidup tentu akan lebih baik karena bisa bertahan cukup lama.     

Gadis itu mengambil setangkai bunga mawar putih kemudian membawanya ke balkon. Menghirup aromanya dalam-dalam. Hatinya kini bermekaran seperti bunga-bunga indah itu.     

Dae Hyun menghampiri Soo Yin di balkon sembari membawa sesuatu di tangannya.     

"Kau menyukai bunganya?" ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan cepat dan penuh antusias.     

"Aku mempunyai sesuatu untukmu." Dae Hyun mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.     

Awalnya ekspresi Soo Yin biasa saja namun setelah melihat apa yang dikeluarkan suaminya. Gadis itu membelalakan mata saat melihat dua cincin yang modelnya sama persis ada di depan matanya. Itu seperti sepasang cincin pernikahan.     

"Sayang, maukah mulai sekarang kau memakai cincin ini?" ujar Dae Hyun berlutut di hadapan istrinya sembari menyodorkan kotak cincin tersebut.     

Cincin itu adalah cincin pernikahan mereka. Soo Yin langsung membuangnya saat mengetahui jika Dae Hyun sudah memiliki istri. Ia merasa sangat kecewa karena merasa telah dibohongi.     

"Apa kau juga akan memakainya?" tanya Soo Yin dengan mata yang berbinar-binar.     

"Tentu saja, aku ingin kau memakaikannya di jariku," ucap Dae Hyun     

"Apa sekarang kau berniat untuk melamarku?"     

"Bisa dibilang begitu. Maaf jika dulu aku tidak melamarmu padamu terlebih dahulu. Langsung menikahimu tanpa memperdulikan perasaanmu. Yang ada di pikiranku saat itu hanyalah aku tidak ingin kehilanganmu," ucap Dae Hyun.     

Soo Yin sangat tersentuh oleh kata-kata dan tindakan Dae Hyun hingga rasanya ingin menangis bahagia. Ia pikir hanya bermimpi suatu saat akan dilamar oleh pria yang dicintainya. Meski sekarang keadaannya terbalik. Dae Hyun melamarnya setelah menikah cukup lama.     

Soo Yin meraih satu per satu cincin kemudian memeriksanya. Ternyata ada inisial D & S pada cincin tersebut. Yang satu ada nama Dae Hyun dan yang satunya lagi memakai nama Soo Yin.     

"Kau harus memasang yang tertera namamu di jariku," ujar Dae Hyun dengan senyum yang sangatlah menawan.     

"Kenapa?" Soo Yin hanya ingin tau arti dan alasannya.     

"Aku ingin kita sama-sama mengingat satu sama lain di saat kita tidak bersama," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin segera menyematkan cincin di jari manis sebelah kanan Dae Hyun.     

"Kita benar-benar seperti pasangan yang sudah menikah." Soo Yin tampak gembira     

"Kau menyukainya?"     

"Tentu."     

"Mulai sekarang percayalah padaku, aku hanya memikirkanmu dimanapun aku berada," ujar Dae Hyun bangkit berdiri sembari menatap Soo Yin.     

Soo Yin langsung memeluk suaminya. Merasa sangat nyaman berada di pelukannya seperti ini.     

"Apa kau selama ini tidak memakai cincin pernikahan kalian?" Soo Yin mendongakkan wajahnya.     

"Tidak," ujar Dae Hyun seraya tersenyum. Dirinya memang tidak pernah mau memakai cincin itu lagi setelah acara pernikahan tujuh tahun silam.     

"Lalu bagaimana jika Aeri tahu?"     

"Tidak usah memikirkannya." Dae Hyun mengusap bibir Soo Yin dengan ibu jarinya. Mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya hingga napas mereka terasa satu sama lain.     

Dae Hyun langsung mencium bibir istrinya dengan lembut. Soo Yin juga membalasnya hingga membuat Dae Hyun memperdalam ciumannya. Baginya bibir istrinya terasa begitu sangat manis sehingga enggan untuk melepaskannya. Begitu pula dengan Soo Yin yang sangat menikmatinya.     

Dae Hyun mengangkat tubuh Soo Yin kemudian meletakkannya di atas ranjang yang dipenuhi bunga. Sungguh seperti pengantin baru. Namun Dae Hyun dengan sekuat tenaga menahan semua rasa yang menyiksanya.     

"Apa kau tidak kembali bekerja?"     

"Ada Chang Yuan dan Kim Soo Hyun, seharusnya tidak ada masalah." Dae Hyun berbaring di samping Soo Yin. Gadis itu langsung beranjak menindihnya membuat tubuh Dae Hyun seketika langsung memanas.     

"Dia benar-benar adik kandungmu?"     

"Tentu saja, memangnya kenapa?" Dae Hyun berusaha agar Soo Yin bergeser dari tubuhnya karena jika seperti ini tidak yakin bisa menahan gejolaknya yang sudah membara.     

"Dia masih terlihat sangat muda. Berapa jarak umur kalian?" Soo Yin berbaring kembali di lengan Dae Hyun sebagai bantalan.     

"Sekitar delapan tahun," ujar Dae Hyun dengan santai.     

"Hah? memangnya berapa umurmu?" Soo Yin terkejut hingga akhirnya bangkit duduk.     

"35 tahun, jangan bilang kau tidak mengetahuinya?" Dae Hyun sangat yakin kalau istrinya itu tidak mengetahui umurnya yang sudah hampir kepala empat.     

"Ya ampun, aku merasa seperti berkencan dengan om-omo. Jarak umur kita bahkan 17 tahun?" ujar Soo Yin memandang suaminya dengan tatapan tidak percaya.     

"Apa kau menyesal karena mengetahuiku sudah tua?" ujar Dae Hyun dengan tatapan teduh.     

"Aku benar-benar merasa seperti simpanan om-om." Soo Yin malah berbicara sendiri tanpa menjawab pertanyaan suaminya.     

"Jadi menurutmu aku ini om-om?" Dae Hyun pura-pura merajuk dengan miring ke arah lain untuk membelakangi Soo Yin.     

Cup ...     

Cup ....     

"Sudah jangan marah, ayo kita ke hotel." Soo Yin menarik tangan suaminya agar bangun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.