Istri Simpanan

Bab 62 - Masakan Suami



Bab 62 - Masakan Suami

0Dae Hyun perlahan melepaskan pelukannya. Memegang bahu Soo Yin agar gadis itu mau menatapnya. Hatinya sangat teriris saat melihat kelopak mata yang bengkak dan sembab. Tampak sekali kalau gadis itu pasti habis menangis semalam.     

Dae Hyun menyentuh pipi istrinya dengan ibu jari.     

"Kau menangis?" ujarnya.     

Soo Yin memalingkan wajahnya tanpa menjawab pertanyaan Dae Hyun. Merasa bodoh karena menangisi pria yang bahkan memiliki istri lain. Soo Yin tidak yakin sanggup dengan keadaan seperti ini.     

"Tidak usah memperdulikan diriku!" ucap Soo Yin dengan nada sinis.     

"Jika cemberut seperti itu membuatmu tampak sangat manis," goda Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.     

Soo Yin hanya menatap tajam ke arahnya sembari mengulum senyum saat mendengarnya. Hatinya mulai cair beserta kekesalan yang kemarin menimpanya. Berada di dekat pria itu membuatnya tidak sanggup untuk marah terlalu lama.     

"Kau menyebalkan!" Soo Yin memukul dada bidang Dae Hyun.     

"Arghh!" pekik Soo Yin ketika tubuhnya tiba-tiba melayang di udara. Dengan cepat ternyata susah berada di gendongan Dae Hyun.     

"Kita mau kemana?" ujar Soo Yin saat Dae Hyun membawanya ke luar dari kamar. Karenanya takut terjatuh sehingga refleks langsung mengalungkan tangannya di leher pria itu.     

Dae Hyun hanya tersenyum sembari terus berjalan menuruni tangga. Hingga akhirnya sampai di dapur dan mendudukkan Soo Yin di atas meja yang ada di sana.     

"Apa yang akan kita lakukan di sini?" Soo Yin tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh suaminya.     

"Untuk menebus kesalahanku yang kemarin, aku akan memasak sesuatu untukmu," ujar Dae Hyun dalam posisi masih berhadapan dengan Soo Yin. Bahkan tangan gadis itu masih melingkar di lehernya. Tanpa ada niat untuk melepaskan.     

"Kau tahu aku marah?" tanya Soo Yin.     

"Maaf, aku baru menyadarinya. Maafkan suamimu yang tidak tahu diri ini." Dae Hyun menatap dalam-dalam mata Soo Yin dengan tatapan teduh. Tak ada kebohongan sama sekali.     

"Mungkin mulai saat ini aku harus belajar untuk membaca pikiran seseorang," lanjut Dae Hyun.     

"Untuk apa?"     

"Agar aku peka jika kau marah," sahut Dae Hyun dengan tangan melingkar di pinggang Soo Yin.     

"Untuk apa kau mengikutiku semalam?" tanya Soo Yin mengalihkan pembicaraan. Wajahnya terasa memanas saat ini.     

"Aku tidak mengikutimu," ucap Dae Hyun berbohong. Tidak mungkin juga untuk mengatakan yang sebenarnya.     

"Lalu kenapa kau mengajakku pulang padahal aku masih ingin pergi jalan-jalan," gerutu Soo Yin seraya mengerucutkan bibirnya.     

"Jadi kau lebih suka pergi dengan pria lain dari pada menemani suaminya bekerja?" Dae Hyun merasa sangat kesal semalam.     

"Salah sendiri menyuruhku pulang," gerutu Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Lain kali kau tidak boleh ke luar tanpa seizinku. Terlebih lagi itu pergi bersama pria lain!" Dae Hyun memutar tubuhnya untuk membelakangi Soo Yin dengan menyilangkan tangannya di dada. Pura-pura kesal.     

"Bukankah semalam kau juga tidur dengan wanita lain?" bisik Soo Yin di telinga Dae Hyun. Semalaman bahkan dirinya memikirkan bagaimana Dae Hyun melakukan sesuatu dengan Aeri.     

"Tentu saja."     

Soo Yin mengepalkan tinjunya mendengar jawaban dari Dae Hyun. Dirinya padahal sangat berharap Dae Hyun tidak akan secara gamblang mengakuinya. Meskipun melakukannya dengan Aeri, namun tidak bisakah berbohong dan mengatakan tidak melakukan apapun.     

Hati Soo Yin saat ini benar-benar terbakar hingga matanya memerah. Hendak turun dari meja namun Dae Hyun segera berbalik untuk menghadap kembali ke arahnya. Segera memegang pergelangan tangan Soo Yin.     

"Memangnya apa yang kau pikirkan?" ujar Dae Hyun saat melihat raut wajah istrinya cemberut.     

"Apa kau cemburu jika aku bersama dengan Aeri? tidak usah berpikiran macam-macam aku tidak melakukan apapun dengan Aeri meski ia terus menggodaku," ujar Dae Hyun dengan senyum kemenangan karena telah membuat istri itu kecilnya cemburu.     

Bola kristal yang hendak jatuh dari pelupuk mata Soo Yin seketika langsung menghilang berganti dengan kekesalan karena Dae Hyun sudah mempermainkan perasaannya.     

"Mulai sekarang jangan berpikiran macam-macam saat aku bersama Aeri karena aku akan selalu menjaga hatiku hanya untukmu." Dae Hyun meletakkan jemari Soo Yin di dadanya.     

"Kau tahu, aku bahkan rela menahan semuanya demi dirimu. Aku rela tidak melakukan apapun demi menjaga kesucianku untuk bulan madu kita. Tapi kapan kita akan pergi bulan madu?" sambung Dae Hyun.     

Terdengar suara bunyi perut Soo Yin yang tampaknya kelaparan.     

"Tetaplah di sini, aku akan memasak untuk kita." Dae Hyun segera beranjak kemudian membuka kulkas untuk menemukan beberapa bahan makanan.     

"Apakah kau pandai memasak?" Soo Yin tidak yakin dengan ucapan suaminya. Tidak mungkin pria seperti dia bisa memasak.     

"Kau sepertinya meragukan kemampuanku?" ujar Dae Hyun yang sedang sibuk membersihkan beberapa sayuran.     

"Aku hanya tidak yakin," ucap Soo Yin.     

Dae Hyun hanya tersenyum tipis sembari menyiapkan bahan-bahan. Tak lupa memasang celemek di tubuhnya yang diambilnya dari lemari.     

Soo Yin terus mengamati apapun yang dilakukan oleh suaminya. Apalagi di saat mengiris bawang, tampak begitu cekatan darinya. Soo Yin jadi curiga kalau dulu dia pernah belajar kelas memasak. Ia bahkan mengetahui bermacam bumbu yang Soo Yin bahkan tidak mengetahuinya satupun.     

"Dari mana kau belajar memasak?" tanya Soo Yin yang penasaran tanpa beranjak dari duduknya.     

"Dari Nenekku," sahut Dae Hyun dengan singkat.     

"Pasti Nenekmu sangat pandai memasak," ujar Soo Yin menerka-nerka.     

"Tentu saja, karena beliau adalah seorang Koki di sebuah restoran ternama. Sampai akhirnya Nenek berhasil memiliki restoran sendiri," ujar Dae Hyun.     

"Lalu dimana Nenek tinggal sekarang? aku tidak melihatnya saat pergi ke rumahmu waktu itu."     

"Nenek tinggal di Ghosan. Kapan-kapan aku akan mengajakmu ke sana," ujar Dae Hyun sembari berbalik untuk melihat Soo Yin sekilas.     

"Boleh, aku juga ingin belajar memasak padanya," ujar Soo Yin dengan wajah sumringah. Rasanya memalukan sekali jika seorang wanita tidak pandai memasak seperti dirinya.     

"Aku yakin Nenek pasti menyukaimu," ujar Dae Hyun.     

"Apa Aeri pernah ke sana?"     

"Nenek hanya bertemu sekali dengan Aeri saat pernikahan kami. Entahlah, Nenek tidak terlalu menyukainya. Begitu juga denganku."     

"Lalu kenapa kalian bisa menikah?" Soo Yin tidak bisa membendung rasa penasaran yang ada di pikirannya. Sering kali Dae Hyun mengatakan tidak mencintai Aeri namun tidak menyertakan alasannya.     

Dae Hyun menghela napas panjang, merasa enggan untuk menjelaskan semuanya pada Soo Yin.     

"Itu hanya sebuah kecelakaan," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin sedikit mengerti jika ada seseorang mengatakan jika menikah karena sebuah kecelakaan kemungkinan mereka melakukan sesuatu hubungan di luar nikah. Soo Yin bergidik ngeri membayangkannya. Sedangkan dirinya dengan Dae Hyun yang sudah menikah saja Soo Yin selalu menolaknya. Dirinya masih terlalu takut.     

Jadi bagaimana mungkin jika tidak saling mencintai namun melakukannya? itu terdengar mustahil.     

"Aku waktu itu mabuk dan ada seseorang yang memberikanku obat perangsang sehingga aku tidak ingat yang terjadi. Tidak usah berpikiran macam-macam!" Dae Hyun sudah bisa menebak apa yang dipikirkan oleh istrinya. Pasti kini tengah berpikiran yang tidak-tidak.     

"Lalu setelah itu apa kau masih melakukannya?" tanya Soo Yin dengan wajah polos.     

Dae Hyun berbalik untuk memandang istrinya ketika mendengar pernyataannya. Sungguh membuat dirinya ingin menggigit bibirnya sekarang juga.     

"Awal-awal menikah tentu saja karena aku adalah pria normal, tapi setelah bertemu denganmu aku tidak melakukannya lagi. Aku hanya ingin menunggumu," goda Dae Hyun seraya tersenyum nakal.     

"Menungguku? untuk apa?"     

"Bukankah kau mengatakan akan bulan madu bersamaku?"     

"Kapan ... kapan aku mengatakannya?" ujar Soo Yin yang tergagap. Jantungnya sungguh berdebar-debar saat ini.     

Dae Hyun berjalan mendekati Soo Yin.     

"Sebaiknya aku mandi dulu." Soo Yin langsung turun dari meja kemudian segera kabur. Perasaannya tidak enak saat Dae Hyun menatapnya dengan senyuman nakal.     

"Awas kau nanti ya!" teriak Dae Hyun sembari menggelengkan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.