Istri Simpanan

Bab 58 - Kesalahpahaman (part 2)



Bab 58 - Kesalahpahaman (part 2)

0Dae Hyun pikir Soo Yin hanya pura-pura cuek dan diam namun setelah kembali ke ruangan, gadis itu tetap saja hanya sedikit berbicara . Ingin Dae Hyun mengobrol dengannya namun tidak pernah ada waktu. Terlalu banyak pekerjaan yang menumpuk. Jikapun ada Soo Yin selalu menghindar pergi jika tidak ada orang sama sekali.     

Tidak terasa hari berlalu begitu cepat. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dae Hyun segera menghampiri Soo Yin.     

"Pulanglah, ini sudah malam. Aku harus lembur malam ini," ujar Dae Hyun karena banyak sekali pekerjaannya yang belum terselesaikan. Karena pekerjaannya di pulau Nami membuat beberapa pekerjaannya di hotel ini terbengkalai. Sudah banyak laporan dan berkas yang menumpuk di mejanya. Beberapa harus segera diperiksa.     

"Hmmm." Soo Yin segera merapikan mejanya kemudian menaruh barang-barangnya ke dalam tas.     

Dae Hyun menautkan kedua alisnya. Tidak biasanya Soo Yin bersikap seperti itu. Biasanya gadis itu akan menolak jika Dae Hyun menyuruhnya pulang. Akan terus menemani hingga larut malam. Sungguh aneh kali ini.     

Tanpa memandang suaminya, Soo Yin segera meninggalkan ruangan tanpa sepatah katapun yang diucapkan.     

Soo Yin sengaja tidak menghubungi Chung Ho karena sebenarnya belum ingin pulang. Dirinya sudah lama tidak menikmati malam di luar.     

Gadis itu terus berjalan menyusuri trotoar tanpa tujuan. Hingga ia menemukan sebuah tempat makan. Sudah lama tidak menyantap Jjajangmyeon. Di malam yang dingin seperti ini rasanya cocok untuk menyantapnya.     

Tanpa diketahui Soo Yin, sejak tadi Dae Hyun mengikuti gadis itu dari dalam mobil. Ia merasa khawatir saat mengetahui jika istrinya tidak menghubungi Chung Ho.     

Begitu akan turun, tiba-tiba saja ada Jae-hwa yang masuk berjalan di belakang Soo Yin sehingga Dae Hyun mengurungkan niatnya. Padahal tadi berniat memberikan kejutan. Dengan terpaksa Dae Hyun memilih untuk tetap tinggal di dalam mobil karena di luar udara sangat dingin.     

"Hai, kau di sini juga?" ujar Jae-hwa ketika melihat Soo Yin tengah semangkuk Jjajangmyeon. Merasa seperti dejavu karena bertemu dengan Soo Yin di saat seperti ini. Meskipun tempat dan waktunya berbeda.     

"Aku sudah lama tidak menikmatinya. Tiba-tiba aku ingin makan saat melewati tempat makan ini," ujar Soo Yin.     

"Apa kau tidak ikut lembur? tadi aku lihat Tuan Dae Hyun sepertinya sedang sibuk," ujar Jae-hwa. Saat akan pulang, tadi Dae Hyun memintanya untuk membuatkan secangkir kopi.     

"Tidak, dia menyuruhku untuk pulang," jawab Soo Yin dengan singkat. Sejenak terpikir olehnya ada rasa kasihan meninggalkannya sendirian, padahal ia selalu menemani meski hanya tiduran di sofa.     

Soo Yin segera mengenyahkan pikiran itu. Tidak ingin memikirkan Dae Hyun kali ini. Salah sendiri tidak menghargai usahanya. Malah membiarkan adiknya yang memakan.     

Jae-hwa mengerutkan keningnya ketika melihat mimik wajah Soo Yin yang tiba-tiba terlihat kesal. Memakan Jjajangmyeon di depannya dengan sangat cepat. Hanya beberapa kali kunyahan dan langsung menelannya.     

"Apa terjadi sesuatu? kenapa kau makan sangat tergesa-gesa?" tanya Jae-hwa.     

"Ah, tidak. Ini sangat enak sehingga aku ingin menghabiskannya dengan cepat." Soo Yin tersadar kemudian segera mengembangkan senyum di raut wajahnya.     

"Oh, iya, aku punya sesuatu." Jae-hwa mengambil sesuatu dari tasnya. Kemudian menyodorkannya pada Soo Yin.     

"Apa ini?" Soo Yin perlahan membacanya. Ternyata itu adalah brosur sebuah universitas ternama yang ada di Seoul.     

"Barang kali kau juga ingin mendaftar di sana," ujar Jae-hwa berharap kalau Soo Yin kuliah di tempat yang sama dengannya.     

"Terima kasih, aku akan memikirkannya," ujar Soo Yin kemudian menaruhnya di dalam tas.     

"Setelah ini apakah kau akan langsung pulang?"     

"Entahlah, sepertinya aku masih ingin berjalan-jalan sebentar," ucap Soo Yin.     

Setelah selesai mereka ke luar secara bersamaan. Mereka jalan berdampingan sehingga dari jauh samar-samar terlihat seperti berpegangan tangan. Dae Hyun yang sudah tidak tahan melihat istrinya jalan bersama dengan pria lain langsung turun dari mobilnya.     

"Hmmm," ujar Dae Hyun dengan suara keras. Dengan cepat sudah berjalan di belakang Soo Yin dan Jae-hwa. Sehingga membuat mereka berdua berhenti dan menoleh ke belakang.     

Soo Yin tadinya berpikir kalau dia berhalunasi mendengar suara Dae Hyun. Namun ternyata itu benar-benar dia.     

'Untuk apa dia di sini? bukankah dia bilang masih banyak kerjaan?' ~ ujar Soo Yin dalam hati.     

"Tuan Dae Hyun," sapa Jae-hwa.     

"Maaf mengganggu kalian yang sedang berduaan. Aku hanya perlu membawa Soo Yin kembali ke hotel," ujar Dae Hyun.     

"Bukankah tadi menyuruhku untuk pulang?" ujar Soo Yin tidak habis pikir jika Dae Hyun mengikutinya.     

"Jae-hwa, tidak apa-apa kan aku membawanya pergi?" ucap Dae Hyun.     

"Tentu saja, Tuan." Tidak mungkin Jae-hwa akan mengatakan tidak boleh. Memangnya siapa dia hingga berani tidak menyetujui permintaan bosnya.     

"Sekali lagi maaf telah mengganggu kebersamaan kalian," sindir Dae Hyun sembari melirik istrinya.     

'Ya ampun, dia apa-apaan sih? hari ini membuatku kesal saja,' ~ gerutu Soo Yin dalam hati.     

"Ayo masuk." Dae Hyun membuka pintu penumpang depan untuk Soo Yin.     

Tadinya Soo Yin ingin protes namun dirinya merasa tidak enak karena ada Jae-hwa. Pasti Jae-hwa nanti akan curiga.     

Dae Hyun segera mengemudikan mobilnya dalam keadaan diam. Soo Yin pun melakukan hal yang sama. Memilih memalingkan wajahnya untuk menghadap ke samping. Memandang bayang-bayang pepohonan di bawah sorot cahaya remang-remang.     

Soo Yin pun enggan bertanya ketika mobil melaju bukan di jalan yang dilalui untuk kembali ke hotel. Ia tahu mungkin hanya alasan saja untuk membawanya pergi dari Jae-hwa.     

Derrrt ...     

Derrrt ...     

Derrrt ....     

Dering ponsel Dae Hyun memecah keheningan yang terjadi. Suasana seram di balik cahaya yang temaram. Dua orang berada di tempat yang sama namun saling terdiam dan menikmati jalan pikiran masing-masing.     

Soo Yin yang biasanya memprotes jika Dae Hyun tak kunjung menjawab panggilan. Kini dirinya pura-pura tidak tahu meski panggilan sudah berulang-ulang.     

Dae Hyun menghela napas panjang saat melihat siapa yang menghubunginya. Ternyata itu adalah Aeri. Tidak biasanya kini menghubunginya.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun dengan ketus saat sudah terhubung.     

"Ayah!" Bukan suara Aeri yang terdengar. Itu merupakan suara imut Jo Yeon Ho yang menggema di telepon.     

"Hai Sayang, kau belum tidur?" Dae Hyun melembutkan nada suaranya.     

"Ayah kapan pulang? ini sudah malam. Ayah tidak akan menginap di hotel kan?" ujar Jo Yeon Ho.     

"Ti ... tidak," ujar Dae Hyun ragu-ragu. Tidak tega jika harus berbohong kepada putranya.     

"Hore! aku akan menunggu Ayah pulang." Terdengar suara Jo Yeon Ho yang senang.     

"Ya sudah, kita lanjutkan nanti." Dae Hyun mematikan sambungan telepon.     

Soo Yin sudah bisa menebak siapa yang menghubungi suaminya. Meski Dae Hyun tidak menghidupkan pengeras suara namun Soo Yin dapat mendengar suara Jo Yeon Ho meskipun hanya samar-samar.     

"Turunkan aku di sini!" ujar Soo Yin sembari melepas sabuk pengamannya.     

"Aku akan mengantarkanmu sampai rumah," ujar Dae Hyun.     

"Tidak usah, jangan biarkan putramu menunggu terlalu lama. Tidak baik anak kecil tidur terlalu malam," tukas Soo Yin dengan nada datar.     

"Tidak, aku akan tetap mengantarkanmu sampai depan pintu." ujar Dae Hyun dengan tegas.     

"Turunkan aku di sini sekarang juga. Kalau tidak, aku akan loncat," ancam Soo Yin dengan nada dingin.     

Dae Hyun segera memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Takut istri kecilnya benar-benar melakukannya.     

Soo Yin membanting pintu mobil dengan kuat. Segera menyetop taksi yang baru saja lewat di depannya.     

"Apa dia marah karena aku telah mengganggunya bersama dengan Jae-hwa?" umpat Dae Hyun sembari memukul kemudi. Menyaksikan Soo Yin yang sudah masuk ke dalam taksi.     

Dae Hyun terpaksa memutar arah untuk pulang ke UN Village. Menyusul Soo Yin ke Villa Pyeongchang-dong pun sepertinya percuma saja. Sebaiknya besok pagi saja membereskan masalah mereka.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.