Istri Simpanan

Bab 76 - Tidak ingin merepotkan



Bab 76 - Tidak ingin merepotkan

0Pada sore hari Soo Yin menghubungi Chang Yuan agar mengirimkan bajunya. Dia sudah menghubungi Bibi Xia terlebih dahulu untuk mengambilnya di lemari.     

"Hai, Jean!" panggil Soo Yin. Beruntung langsung bertemu dengan sahabatnya sehingga tidak perlu mencarinya.     

Jean menoleh ke arah Soo Yin sambil melambaikan tangannya. Ia baru saja ke luar dari sebuah ruangan.     

"Ini, pakailah! semoga ukurannya pas." Soo Yin menyerahkan pakaian yang dibawanya pada Jean.     

"Ini masih baru?" tanya Jean.     

"Tidak, itu sudah lama. Kekecilan di tubuhku sehingga aku tidak pernah memakainya," jawab Soo Yin. Tidak apa-apa sesekali berbohong karena untuk kebaikan.     

"Tapi aku merasa tidak enak." Jean menyodorkan kembali pada Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, tidak usah sungkan bukankah kita bersahabat?" ujar Soo Yin.     

"Terima kasih, kau memang yang terbaik." Jean terharu sehingga langsung memeluk tubuh Soo Yin.     

"Ya sudah, aku harus segera kembali karena masih ada pekerjaan.     

Jean memandang kepergian Soo Yin di balik pintu lift. Dia sungguh merasa beruntung memiliki sahabat sepertinya.     

==============================     

Soo Yin segera kembali ke ruangannya karena harus mempersiapkan beberapa dokumen yang harus dibawa untuk nanti malam. Salah seorang tamu langganan yang berasal dari Jepang mengajak mereka untuk membicarakan mengenai keuntungan berinvestasi di hotel ini.     

Soo Yin menghampiri Dae Hyun yang tengah sibuk di mejanya.     

"Apa kita nanti akan langsung berangkat ke restoran?" tanya Soo Yin untuk memastikannya karena dirinya harus bersiap-siap dengan penampilannya.     

Dae Hyun mendongakkan wajahnya untuk menatap istrinya namun Soo Yin memalingkan wajahnya karena sedikit gugup. Meski mereka sudah berbaikan lumayan lama tapi Soo Yin masih merasa malu jika ditatap oleh suaminya.     

"Sebentar lagi kita pulang untuk bersiap-siap," ucap Dae Hyun.     

"Pulang?" tanya Soo Yin. Dirinya tidak mengerti pulang kemana karena rumah Dae Hyun ada dua.     

"Pulang ke rumah kita," jawab Dae Hyun yang sudah bisa menebak pikiran istrinya.     

"Baiklah," sahut Soo Yin.     

"Oh iya, aku hampir saja lupa. Besok malam Ibu mengundangmu untuk makan malam, kuharap kau mau datang," ujar Dae Hyun berharap Soo Yin mau datang sehingga bisa mengenal anggota keluarganya.     

"Untuk apa?" Soo Yin tiba-tiba merasa takut datang ke sana. Apalagi setelah Park Ji Hoon mengetahui hubungan mereka.     

"Jo Yeon Ho ingin bertemu denganmu sebenarnya sudah lama anak itu merengek ingin mengucapkan terima kasih padamu," ujar Dae Hyun.     

"Oh, tapi aku takut," ujar Soo Yin sembari mengigit bibir bawahny.     

"Tidak perlu khawatir, ada aku di sisimu." Dae Hyun meraih tangan istrinya kemudian menggenggamnya.     

"Akan aku usahakan. Jika kau masih sibuk sebaiknya aku pulang sendiri saja. Nanti aku akan meminta diantarkan oleh Chung Ho untuk menyusulmu ke restoran," ujar Soo Yin seraya menarik tangannya. Dia masih takut jika ada orang yang tiba-tiba masuk melihat mereka.     

"Tidak, sebentar lagi aku selesai."     

"Kalau begitu aku akan kembali ke mejaku," pamit Soo Yin, jika dirinya terus berada di sana kemungkinan Dae Hyun tidak akan selesai-selesai dalam melakukan pekerjaannya.     

"Hmmm," ujar Dae Hyun sembari tersenyum. Dia mengusap dengan lembut beberapa saat pipi Soo Yin dengan ibu jarinya.     

Soo Yin segera kembali ke mejanya. Dae Hyun tidak mau dirinya membantu mengerjakan pekerjaannya sehingga Soo Yin memainkan ponsel.     

Bip ....     

Ada sebuah pesan masuk ke ponselnya.     

[Soo Yin, apakah kau sudah mengirimkan uangnya? maaf jika ayah tidak sabar]     

Ternyata itu adalah sebuah pesan yang dikirimkan oleh Kim Nam.     

Soo Yin menepuk jidatnya karena lupa untuk mengirimkan uang. Bukannya lupa, tapi dirinya belum ada waktu untuk membicarakannya dengan Dae Hyun. Dia juga agak takut karena dahulu pernah Dae Hyun memberinya uang, tapi secara kasar dia malah menolaknya. Sungguh Soo Yin merasa malu ketika mengingat sikapnya yang keras kepala saat itu.     

[Maaf, mungkin besok aku akan mengirimnya untuk Ayah] ~ balas Soo Yin. Setelah itu tidak ada balasan dari Kim Nam.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di kursi seraya mengusap wajahnya. Kepalanya sedikit berdenyut memikirkan hal ini. Tidak mungkin juga dia meminjam pada orang lain karena jika sampai Dae Hyun tahu maka kemungkinan besar pasti akan marah.     

"Sayang, ayo kita pulang," ajak Dae Hyun dengan suara yang lembut. Namun istrinya tidak merespon, malah hanya termenung dalam lamunannya.     

"Sayang," ujar Dae Hyun sembari mengguncang tubuh istrinya.     

"Ah, ada ... ada apa?" Soo Yin terlonjak kaget sehingga refleks langsung berdiri.     

"Apa kau butuh sesuatu?" sambung Soo Yin.     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Dae Hyun.     

"Ahh, itu ... aku tidak memikirkan apapun," ujar Soo Yin seraya tersenyum tipis.     

"Benarkah? jika ada sesuatu yang kau butuhkan sebaiknya kau memberitahuku. Tidak usah sungkan," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin hanya mengangguk. Lidahnya terasa berat saat ingin mengatakan yang sebenarnya.     

"Ya sudah, ayo kita pulang," ajak Dae Hyun mengulangi ucapannya.     

"Apa kau sudah selesai?" Soo Yin melihat jam yang masih menunjukkan pukul setengah lima sore. Sebenarnya masih terlalu siang untuk pulang.     

"Sudah."     

Soo Yin mengikuti langkah Dae Hyun untuk ke luar dari hotel.     

============================     

Selama dalam perjalanan Soo Yin tampak murung tidak seperti biasanya. Dae Hyun merasa ada sesuatu yang salah terjadi pada istrinya.     

Hingga mereka sampai di villa Pyeongchang-dong pun masih saja Soo Yin diam. Setiap kali Dae Hyun menanyakan sesuatu pasti Soo Yin selalu mengalihkan pembicaraan.     

Dae Hyun memastikan kalau istrinya tengah sibuk mandi dengan menempelkan telinganya di pintu. Ternyata ada suara gemercik air mengalir di dalam.     

Entah kenapa Dae Hyun ingin sekali memeriksa ponselnya. Diambilnya ponsel Soo Yin yang berada di atas nakas. Beruntung tidak ada sandi ataupun kode sehingga Dae Hyun tidak perlu bersusah payah untuk membukanya.     

Hanya terdapat sebuah kotak masuk yaitu dari Kim Nam. Dae Hyun perlahan membaca setiap pesan Kim Nam.     

"Kenapa dia tidak memberitahuku?" gumam Dae Hyun sembari meletakan ponsel itu di atas nakas. Pantas saja Soo Yin selalu mengalihkan pembicaraan mungkinkah istrinya merasa takut untuk mengatakan semua itu kepadanya.     

"Asisten Chang, tolong kirimkan uang sekarang juga pada Tuan Kim Nam," ujar Dae Hyun yang langsung menghubungi Chang Yuan untuk mengurus semuanya.     

"Baik, Tuan," sahut Chang Yuan di seberang telepon tanpa bertanya lagi.     

Inilah yang membuat Dae Hyun tidak ingin menggantikan posisi Chang Yuan dengan orang lain karena pria itu sangat cekatan dan selalu bisa menjaga rahasianya meskipun Dae Hyun tidak meminta.     

Soo Yin yang baru saja ke luar dari kamar mandi samar-samar dapat mendengar pembicaraan mereka. Soo Yin berjalan mendekati Dae Hyun sambil mengigit bibir bawahnya. Gadis itu masih menggunakan handuk sebatas atas lutut di tubuhnya.     

"Apa kau mengirimkan uang pada Ayah?" tanya Soo Yin lirih. Dia sungguh takut Dae Hyun akan memarahinya.     

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" ujar Dae Hyun sembari mendekati Soo Yin kemudian mengusap pipi istrinya.     

"Aku ... aku hanya tidak ingin merepotkanmu," ucap Soo Yin menunduk. Sisa-sisa air di rambutnya yang masih basah perlahan menetes membasahi kulitnya yang seputih salju.     

"Bukankah kita suami istri? sudah sewajarnya kita saling berbagi," ujar Dae Hyun dengan lembut. Dia mengangkat dagu Soo Yin agar mau melihatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.