Istri Simpanan

Bab 74 - Mencari informasi



Bab 74 - Mencari informasi

0Hari ini Jean ditugaskan untuk membersihkan ruangan Kim Soo Hyun. Karena ruangan itu masih baru sehingga ada beberapa sudut yang masih agak berantakan. Seperti biasa, ia tampak selalu gugup jika akan bertemu pria itu.     

Tok ... tok ... tok ....     

Jean mengetuk pintu sembari menghela napas panjang. Ia teringat bagaimana kejadian tempo hari saat bertemu dengan Kim Soo Hyun. Pasti seringkali ada kejadian yang tidak terduga di antara mereka.     

"Masuk!" seru suara khas Kim Soo Hyun membuat jantung Jean ingin melompat ke luar.     

Jean masuk dengan membawa peralatan bersih-bersih seperti biasanya. Baru masuk saja hatinya sudah berdebar tidak karuan.     

"Hei, siapa namamu? aku lupa," ujar Kim Soo Hyun sembari memijat pel pelipisnya untuk memandang Jean.     

"Jean, Tuan," sahut gadis itu.     

"Apa kau sangat dekat dengan Soo Yin?" tanya Kim Soo Hyun yang masih penasaran dengan gadis yang kini menjadi pujaan hatinya. Dia ingin mencari lebih jauh lagi tentangnya.     

"Tentu saja, kami berteman sejak sekolah SMA. Memangnya ada apa?" Jean merasa heran kenapa tiba-tiba pria itu menanyakan tentang sahabatnya.     

"Aku ... aku berniat menjadikannya sekretarisku sehingga aku ingin mencari tahu tentangnya. Apa kau bisa membantuku?" tanya Kim Soo Hyun. Dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya dia harus bersaing dengan saudaranya sendiri jika ingin Soo Yin menjadi sekretarisnya.     

"Tentu saja, Tuan. Tapi saat ini saya harus bekerja terlebih dahulu," ujar Jean.     

"Tidak usah, aku ingin sekarang juga kau menceritakannya," ujar Kim Soo Hyun langsung menarik pergelangan Jean agar gadis itu duduk.     

"Tapi ...." ucap Jean.     

"Tidak ada tapi-tapian! ini adalah salah satu perintah dari atasan. Apa kau ingin dipecat?" ancam Kim Soo Hyun meski hanya pura-pura saja.     

"Tolong jangan pecat saya, Tuan," ucap Jean dengan rasa takut kalau pria itu benar-benar akan melakukannya.     

"Duduklah."     

Jean akhirnya menarik kursi yang berseberangan dengan meja Kim Soo Hyun.     

"Aku ingin tahu apakah Soo Yin punya kekasih?" tanya Kim Soo Hyun secara terus terang karena hal pertama yang sangat ingin diketahuinya adalah mengenai hal ini.     

Jean mengerutkan keningnya. Pertanyaan itu menurutnya sedikit aneh. Haruskah seorang atasan perlu mengetahui urusan pribadi bawahannya?     

"Cepat jawab," ujar Kim Soo Hyun yang sudah tidak sabar ingin mengetahuinya.     

"Dia ... dia ...." Jean bingung harus menjawab bagaimana tentang hubungan Soo Yin dengan Jae-hwa. Mereka memang dekat namun tidak ada hubungan yang terjadi di antara mereka.     

"Dia apa?" desak Kim Soo Hyun.     

"Dia ... dia sepertinya belum memiliki kekasih, Tuan," jawab Jean pada akhirnya.     

"Benarkah?" Kim Soo Hyun sangat senang ketika mendengar kabar baik itu. Jika tidak ada Jean mungkin kini akan melompat untuk melampiaskan rasa senangnya. Namun ekspresinya terlihat biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan.     

"Lalu apa makanan favoritnya?" tanya Kim Soo Hyun.     

'Ya ampun, kenapa sampai makanan favoritnya dia tanyakan?' ~ batin Jean. Kenapa juga tidak bertanya sendiri dan malah menanyakannya pada orang lain.     

"Dia menyukai makanan pedas, hanya itu yang kutahu," sahut Jean seraya mengingat-ingat makanan yang sering dimakan oleh sahabatnya. Menurutnya Soo Yin bukan tipe orang yang pemilih dan memang agak menyukai makanan yang agak pedas.     

"Mari kita bertukar nomor ponsel. Agar aku bisa mengetahui lebih banyak lagi tentangnya. Aku hanya ingin membuat sekretarisku senyaman mungkin," ujar Kim Soo Hyun sembari tersenyum. Akhirnya bisa mengetahui sedikit tentang Soo Yin.     

"Cepat berikan ponselmu padaku," ujar Kim Soo Hyun ketika melihat Jean yang hanya diam saja.     

Jean merogoh ponsel bututnya dari saku kemudian menaruhnya di atas meja.     

Kim Soo Hyun langsung mengetikkan nomornya di ponsel Jean. Tak lupa juga menyimpan nomor Jean di ponselnya.     

Jean pikir Kim Soo Hyun akan menyuruhnya untuk melakukan pekerjaannya tapi ternyata pria itu terus bertanya lagi. Hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Itu adalah waktunya untuk istirahat.     

"Sebagai ucapan terima kasih aku akan mentraktirmu untuk makan malam. Apa kau bersedia?" tanya Kim Soo Hyun.     

Jean tercengang beberapa saat mendengar ajakan bosnya. Dia merasa seperti mimpi di siang bolong di ajak makan malam oleh pria kaya dan tampan seperti Kim Soo Hyun hanya karena sebuah informasi saja.     

"Karena kau diam saja itu berarti kau menyetujuinya. Besok malam kita akan pergi," ujar Kim Soo Hyun yang kemudian pergi meninggalkan Jean yang hanya berdiri mematung.     

===============================     

Malam ini Soo Yin pulang ke villa Pyeongchang-dong dirinya tidak menemani suaminya lembur karena ada Aeri di sana.     

"Sayang, aku percaya padamu," gumam Soo Yin sembari memandang cincin yang melingkar di jari manisnya. Dia meyakinkan hatinya agar selalu percaya pada suaminya. Apalagi setelah mengetahui jika Aeri berselingkuh dengan penuh tekad Soo Yin tidak akan pernah melepaskan Dae Hyun apapun yang terjadi.     

"Aku akan mencari cara agar kau terlepas dari nenek sihir itu." Soo Yin sungguh geram dan rasanya ingin muntah ketika teringat Aeri sedang bermesraan dengan Manajer Han.     

Namun apalah daya, saat ini dirinya belum bisa berbuat apa-apa karena tidak memiliki bukti apapun meski Dae Hyun mungkin akan mempercayainya. Tapi dirinya tidak boleh gegabah apalagi Aeri mengenal Li Sa. Bisa saja mereka bersekongkol hingga apa yang dikatakannya benar-benar akan terjadi.     

Soo Yin memainkan ponselnya. Sudah beberapa hari namun ayahnya tidak kunjung menghubunginya. Tanpa sengaja jarinya menekan tombol panggil dan tak selang beberapa lama ternyata nomernya aktif.     

"Ayah!" panggil Soo Yin dengan antusias. Gadis itu sangat senang karena bisa terhubung.     

"Hai, Nak, bagaimana kabarmu?" tanya Kim Nam dengan napas yang berat.     

"Aku baik-baik saja, kenapa lama sekali Ayah tidak menghubungiku? beberapa hari yang lalu aku menghubungi Ayah namun tidak aktif," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Dia berbicara terus menerus tanpa ada jeda sama sekali.     

"Maafkan ayah, Soo Yin," ujar Kim Nam dengan suara berat. Tersirat kesedihan dari nada suaranya.     

"Apa terjadi sesuatu?"     

"Tidak, tapi mungkin ayah akan merepotkanmu lagi." Kim Nam menghela napas panjang ketika mengatakannya.     

"Katakan saja, Ayah, aku tidak pernah merasa direpotkan sama sekali."     

"Ayah sepertinya membutuhkan uang yang cukup banyak sekitar 1000 U$D. Apa kau bisa mengirimnya?"     

"Banyak sekali?" Soo Yin cukup terkejut mendengar nominalnya. Uang yang ada di ATMnya tidak akan cukup.     

"Jika itu terlalu banyak separuh saja tidak masalah," ujar Kim Nam.     

Sebenarnya Soo Yin sangat ingin menanyakan untuk apa uang sebanyak itu. Namun setiap ingin menanyakannya lidahnya tarasa kelu dan tidak enak hati. Selama ini dirinya hidup dimanja oleh Kim Nam. Mungkin sekarang adalah waktunya untuk membalas kebaikan ayahnya selama ini. Meskipun hanya sedikit saja.     

"Nanti aku akan mengirimnya, Ayah. Aku ingin bertanya sebenarnya di mana makam Ibu?" Berulang kali Soo Yin menanyakannya tapi Kim Nam tidak pernah menjawabnya dengan jawaban yang jelas. Ayahnya selalu saja mengelak dan mengalihkan pembicaraan.     

"Untuk ... apa kau tiba- ... tiba menanyakannya?" Suara Kim Nam sedikit terbata ketika mengatakannya.     

"Aku hanya ingin mengunjunginya," sahut Soo Yin dengan sedih.     

"Soo Yin, ini sudah malam sebaiknya kau istirahat," ujar Kim Nam. Tidak lama kemudian sambungan telepon sudah terputus.     

Soo Yin melemparkan ponselnya di ranjang kemudian berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya. Karena hari ini begitu banyak kejadian yang membuatnya pusing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.