Istri Simpanan

Bab 73 - Memergoki Aeri



Bab 73 - Memergoki Aeri

0Aeri dan Manajer Han bahkan tidak menyadari kedatangan Soo Yin sebelum akhirnya gadis itu berdehem.     

"Soo Yin?" Aeri membelalakkan matanya dan langsung melepaskan diri dari pangkuan Manajer Han. Sungguh tidak disangka jika harus kepergok oleh sekretaris suaminya.     

"Maaf, sebaiknya aku pergi saja," ujar Soo Yin.     

"Tunggu!" panggil Aeri.     

Soo Yin menghentikan langkahnya di depan pintu ketika Aeri memanggilnya. Sungguh tidak disangka jika seorang publik figur seperti Aeri berselingkuh dengan bawahan suaminya sendiri.     

"Cepat kemari dan tutup pintunya!" ujar Aeri dengan suara bergetar. Ya, dia sangat takut jika sampai Soo Yin mengadukan perbuatannya pada Dae Hyun. Jika itu terjadi maka usahanya selama ini sia-sia saja.     

Soo Yin segera berbalik. Dia teringat kalau tujuannya ke sini adalah untuk meminta berkas dari Manajer Han sehingga melangkahkan kakinya masuk.     

"Untuk apa kau kemari?" tanya Manajer Han.     

"Aku hanya ingin mengambil berkas laporan keuangan karena Tuan Dae Hyun akan memeriksanya," sahut Soo Yin sambal menunduk.     

"Apa kau akan mengadukanku pada Dae Hyun?" desak Aeri sembari mengelilingi tubuh Soo Yin. Dia tidak perlu basa basi lagi.     

Soo Yin terdiam membisu. Seharusnya dia akan menjawab pertanyaan itu dengan iya. Dengan begitu Dae Hyun akan menceraikan Aeri dan dirinya dapat menjadi wanita yang satu-satunya untuk menjadi istri Dae Hyun.     

"Jika kau berani mengadu aku akan membeberkan rahasiamu kepada semua orang di sini!" ancam Aeri.     

"Aku mendengar dari Li Sa kalau kau hampir gila karena merasa trauma sewaktu kecil. Kau trauma karena semua orang mengejekmu sebagai anak haram dari seorang pelakor." Aeri mengatakan dengan penuh penekanan di telinga Soo Yin.     

"Apa kau mau semua orang di sini mengetahuinya?" sambung Aeri sekali lagi ketika melihat tangan Soo Yin yang mengepal. Itu artinya dia sedang menahan amarahnya.     

"Tidak kusangka gadis polos seperti dirimu adalah anak seorang pelakor. Aku ingin tahu pria kaya mana yang telah berhasil dirayu oleh ibumu," sambung Aeri.     

Soo Yin mengepalkan jemarinya hingga keringat dingin ke luar dari tubuhnya. Tiba-tiba masa lalu yang sangat dibencinya seperti kembali berputar dalam memorinya. Dia tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Baginya dihina dan dibully seperti itu terasa sangat menyakitkan.     

"Bagaimana apa kau mau?" tanya Aeri sekali lagi sembari tersenyum sinis. Untunglah kemarin bertemu dengannya saat berbelanja dengan Li Sa. Sehingga dia bisa mengetahui sedikit rahasia tentangnya. Jika tidak, maka mungkin posisinya kini dalam bahaya.     

"Cukup! jangan bawa-bawa ibuku!" teriak Soo Yin dengan mata memerah.     

"Jika kau tidak ingin masa lalumu terulang kembali sebaiknya kau tutup mulut," ancam Aeri sembari tersenyum miring.     

"Han berikan berkas itu padanya," ujar Aeri yang meminta berkas yang berada di tangan Han.     

Han hendak memberikannya pada Soo Yin namun Aeri justru merebutnya.     

"Pergilah, ingat aku tidak main-main dengan ucapanku! lagi pula Dae Hyun tidak akan percaya dengan ucapanmu karena kau tidak memiliki bukti apa-apa," ujar Aeri seraya menyerahkan berkas yang diminta oleh Dae Hyun pada Soo Yin.     

Setelah itu Soo Yin buru-buru ke luar dari ruangan itu dengan rasa yang berkecamuk di hatinya.     

"Han, aku ingin kau mencari tahu lebih lanjut gadis itu! hampir saja kita ketahuan," ujar Aeri.     

"Baiklah, kau tidak perlu khawatir."     

Merekapun melanjutkan kemesraan mereka yang terhambat karena kedatangan Soo Yin.     

=========================     

Soo Yin berjalan dengan langkah lesu. Pikirannya kini menjadi tidak fokus. Setiap mendengar hinaan yang ditujukan pada ibunya hatinya benar-benar sangat teriris. Sungguh dia merasa rongga dadanya terasa nyeri meski sejak kecil tidak pernah bertemu dengan ibunya. Soo Yin hanya bisa berdoa agar ibunya sudah bahagia di surga sana walaupun tidak pernah melihat pusaranya.     

Dengan tatapan kosong dan terhuyung Soo Yin kembali ke ruangan Dae Hyun. Baru saja sampai tiba-tiba kepalanya pusing hingga menyebabkan tubuhnya merosot jatuh ke lantai.     

"Nona!" Chang Yuan terlebih dahulu berdiri kemudian segera membantu Soo Yin untuk bangun. Dia memapahnya agar duduk di sofa.     

"Soo Yin, apa kau sakit?" Dae Hyun menempelkan punggung telapak tangannya di dahi gadis itu.     

"Tidak, aku baik-baik saja," ucap Soo Yin tersenyum tipis. Dirinya tidak ingin membuat Dae Hyun mengkhawatirkannya.     

"Asisten Chang, segera hubungi Dokter Kang!" perintah Dae Hyun.     

"Tidak perlu, aku sungguh baik-baik saja," tolak Soo Yin seraya menggenggam jemari Dae Hyun untuk menenangkannya.     

"Bagaimana mungkin kau baik-baik saja? kau tadi tiba-tiba terjatuh," ujar Dae Hyun yang sangat khawatir.     

"Aku sungguh tidak apa-apa. Jangan terlalu khawatir," ujar Soo Yin.     

"Kalau begitu kau sebaiknya pulang saja," pinta Dae Hyun yang berpikir karena istrinya kelelahan akibat menemaninya bekerja hingga larut malam.     

"Aku akan baik-baik saja jika di dekatmu." Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada Dae Hyun. Hanya pria itu yang kini bisa membuatnya tenang. Setelah kepergian ayahnya tidak ada lagi tempatnya mengadu dan bersandar.     

"Dasar gadis nakal," ucap Dae Hyun dengan tersenyum senang kemudian mengusap pundak Soo Yin.     

"Kalau tidak ada yang diperlukan saya akan pergi, Tuan," pamit Chang Yuan.     

Chang Yuan yang sejak tadi melihat kemesraan mereka sudah tidak tahan. Apa mereka pikir hatinya seperti robot sehingga bosnya seenaknya saja mengumbar kebahagiaan di depan matanya.     

"Baiklah, kau boleh pergi," ujar Dae Hyun.     

Chang Yuan baru saja hendak melangkahkan kakinya namun seseorang sudah membuka pintu.     

"Selamat siang, Nona Aeri," sapa Chang Yuan dengan suara keras agar Dae Hyun dan Soo Yin menjaga jarak jika tidak ingin rahasia mereka ketahuan.     

Soo Yin langsung menarik tubuhnya kemudian berdiri. Merapikan rambutnya yang agak berantakan menggunakan jarinya.     

"Sayang, temani aku jalan-jalan ke mall," ujar Aeri. Dia memang buru-buru menyusul Soo Yin karena takut gadis itu akan membeberkan rahasianya.     

Soo Yin rasanya sakit perut mendengarkan Aeri menyapa Dae Hyun dengan manja. Ingin sekali melemparnya menggunakan sandal. Terlebih baru saja tadi melihatnya berada di pangkuan pria lain. Soo Yin merasa sangat geram namun dia sangat takut dengan ancaman Aeri tadi.     

"Aku banyak pekerjaan, lagi pula kau bisa pergi sendirian," ujar Dae Hyun dengan nada datar. Sangat jauh berbeda nada suaranya ketika berbicara dengan Soo Yin.     

"Soo Yin, bisakah kau meninggalkan kami untuk berdua?" usir Aeri agar Soo Yin pergi.     

"Tidak perlu menyuruhnya pergi. Lebih baik kau saja yang pulang," ujar Dae Hyun. Dia lebih suka berada di dekat Soo Yin dari pada Aeri.     

"Jadi kau mengusirku?" tanya Aeri dengan rasa geram.     

"Aku hanya sedang tidak ingin diganggu karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin memilih ke luar dari ruangan itu karena tidak ingin mendengarkan perdebatan di antara mereka. Dirinya butuh tempat untuk menenangkan diri sejenak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.