Istri Simpanan

Bab 80 - Jangan menyentuhnya!



Bab 80 - Jangan menyentuhnya!

0Dubrak ....     

Dae Hyun mendorong pintu utama dengan sangat kuat sehingga suaranya terdengar nyaring saat menyentuh tembok. Langkahnya sangat cepat dengan sorot mata yang tajam. Pria itu seperti kerasukan setan saat ini.     

"Kim Soo Hyun!" teriak Dae Hyun dengan nada berapi-api. Dia langsung menuju ke arah pintu kamar tamu untuk memastikan semuanya.     

Kim Soo Hyun yang baru saja menutup pintu mengerutkan dahinya ketika melihat tampang saudaranya yang agak menyeramkan.     

"Mana Soo Yin?" tanya Dae Hyun dengan nada yang lumayan keras.     

"Sssttttt ... pelankan suara Kakak," ujar Kim Soo Hyun dengan lirih takut membangunkan gadis pujaannya.     

"Kenapa kau membawanya pergi tanpa memberitahuku?" sentak Dae Hyun sembari mencekal kerah baju Kim Soo Hyun.     

"Aku hanya ingin mencoba lebih dekat dengannya sehingga aku mengantarnya pulang. Namun dia justru tertidur, sepertinya kelelahan karena Kakak membuatnya terlalu bekerja keras," ucap Kim Soo Hyun panjang lebar menjelaskan.     

Dae Hyun melepaskan kerah saudaranya namun tidak menanggapi ucapan sama sekali ucapannya. Dia menepis tangan Kim Soo Hyun yang masih memegang gagang pintu. Ingin segera memastikan keadaan Soo Yin, kalau kondisinya baik-baik saja dan tidak ada tubuhnya yang lecet sedikitpun.     

Ternyata gadis itu sudah tertidur sangat pulas. Mungkin hari ini dia benar-benar kelelahan sehingga ketiduran. Dae sungguh merasa bersalah dengan istrinya.     

"Kau tidak menyentuhnya kan?" tanya Dae Hyun setelah menutup pintu kembali. Menatap saudaranya dengan tatapan menusuk.     

"Kakak, kau ini sangat aneh! bagaimana aku membawanya kemari jika tidak menyentuhnya?" ujar Kim Soo Hyun yang merasa aneh dengan sikap Dae Hyun.     

Dae Hyun mengepalkan tinjunya. Ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah adiknya itu. Berani sekali menyentuh istrinya.     

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Ny. Park yang sedang menuruni tangga bersama dengan suaminya. Mereka ke luar karena tiba-tiba mendengar keributan yang terjadi.     

"Ibu, Kakak marah-marah hanya karena aku membawa sekretarisnya," ujar Kim Soo Hyun pada Ny. Park.     

"Ibu, dia memang anak kurang ajar! bagaimana aku tidak marah? dia membawanya tanpa memberitahuku terlebih dahulu," gerutu Dae Hyun tidak ingin kalah untuk mengadu pada ibunya. Persis seperti anak kecil yang berebut mainan.     

"Ibu, baru saja aku ingin menghubungi Kakak namun ternyata sudah menelepon duluan," ujar Kim Soo Hyun.     

"Ibu, dia bohong!" sanggah Dae Hyun.     

"Cukup! hentikan perdebatan kalian!" bentak Ny. Park sembari memandang kedua putranya secara bergantian. Kepalanya sungguh pusing mendengarkan mereka yang saling beradu mulut.     

Park Ji Hoon hanya bisa memijat kepalanya. Tidak disangka jika kedua putranya harus menyukai orang yang sama. Bahkan Dae Hyun sudah menikahinya diam-diam. Jika Kim Soo Hyun sampai tahu, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.     

"Di mana gadis itu?" tanya Ny. Park.     

"Dia ada di dalam kamar dan saat ini sudah tertidur. Tadinya aku ingin mengantarkan ke rumahnya namun dia tertidur sehingga aku membawanya ke rumah ini," ujar Kim Soo Hyun membela diri.     

"Itu hanya alasan saja baginya agar bisa menyentuhnya!" sanggah Dae Hyun.     

"Kakak terlalu berlebihan," timpal Kim Soo Hyun.     

"Sudah, bukankah kalian baru saja pulang? sebaiknya kalian mandi dan istirahat," ujar Park Ji Hoon dengan nada dingin.     

Tidak ingin berdebat di depan orang tuanya, Dae Hyun memilih naik ke atas untuk membersihkan diri. Tapi nanti dirinya akan membuat perhitungan pada Kim Soo Hyun.     

"Ayah!" panggil Jo Yeon Ho yang hendak menuruni tangga bersama dengan Aeri. Anak itu langsung berlari ke arah Dae Hyun.     

"Kau belum tidur?" Dae Hyun langsung mengangkat tubuh mungil puteranya.     

"Aku belum ngantuk," jawab Jo Yeon Ho dengan logat khas anak-anak yang menggemaskan.     

"Kami tadi mendengar suara ribut-ribut. Ada apa sebenarnya?" tanya Aeri.     

"Tidak ada," jawab Dae Hyun dengan singkat tanpa melihat Aeri.     

"Ayah mandi dulu, Sayang." Dae Hyun mengecup kedua pipi chubby putranya kemudian menurunkannya.     

"Apa kau perlu bantuan, Sayang?" tanya Aeri sembari memegang dasi suaminya.     

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Dae Hyun langsung melangkahkan kakinya untuk naik ke atas.     

Aeri sungguh sangat kesal dengan sikap Dae Hyun terhadapnya. Rasanya tidak pernah sekalipun bersikap baik dan ramah. Selalu saja sikapnya dingin. Tadinya Aeri ingin menyusul namun dia penasaran sehingga mengajak Jo Yeon Ho untuk kembali menuruni tangga.     

"Hai semuanya," sapa Aeri.     

"Ibu, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Aeri pada Ny. Park.     

"Dae Hyun marah karena Kim Soo Hyun membawa pulang Soo Yin tanpa meminta izin," sahut Ny. Park.     

"Apa?" Aeri melebarkan pupilnya. Jadi hanya gara-gara itu saja Dae Hyun sampai berteriak malam-malam seperti ini.     

"Hai, Yeon Ho," sapa Kim Soo Hyun yang berjongkok di depan anak itu.     

"Paman mandi dulu." Kim Soo Hyun mencubit pipi keponakannya kemudian bergegas pergi ke kamarnya.     

"Lalu dimana gadis itu sekarang?" ujar Aeri.     

"Dia ada di dalam, sudah tertidur," jawab Ny. Park kemudian menyusul suaminya untuk duduk di sofa. Sudah terlanjur tidak bisa tertidur sehingga mereka memilih untuk menonton televisi terlebih dahulu.     

Park Ji Hoon memangku cucu kesayangannya. Meski Aeri merasa bosan, dia terpaksa ikut menonton walaupun acaranya sangat tidak menarik. Dia hanya sibuk memainkan ponselnya sembari sesekali tersenyum tidak jelas.     

Setengah jam kemudian Dae Hyun turun yang diikuti oleh Kim Soo Hyun di belakangnya.     

"Ibu, aku ingin menemani calon istriku untuk tidur. Apa boleh?" tanya Kim Soo Hyun dengan tersenyum miring.     

"Ciihhhh ... apa maksudmu calon istri?" tanya Dae Hyun dengan suara ketus dan melebarkan pupilnya.     

"Tentu saja, aku berniat untuk menjadikannya istri," sahut Kim Soo Hyun.     

"Tidak boleh!" tolak Dae Hyun.     

"Sebenarnya ada apa dengan kalian? sejak tadi ribut terus!" bentak Ny. Park yang menjadi emosi.     

Aeri mengernyitkan keningnya, memandang dua pria bersaudara yang duduk berseberangan.     

"Kim Soo Hyun, ada salam dari Li Sa," ucap Aeri untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Aku tidak tertarik!" balas Kim Soo Hyun. Kepalanya mendadak sakit ketika mengingat nama Li Sa.     

"Kau seharusnya bersama Li Sa saja," timpal Dae Hyun.     

"Stooopppp! sebaiknya kalian tidur!" ujar Park Ji Hoon.     

"Baiklah, aku akan tidur di kamar tamu." Kim Soo Hyun bangkit dari duduknya.     

"Berani menyentuhnya akan kucincang tubuhmu!" ujar Dae Hyun dengan berapi-api.     

"Nenek, kalau aku bagaimana? apa boleh tidur bersama Kakak?" tanya Jo Yeon Ho dengan mengerjapkan dua bola matanya yang kecil.     

"Kau ingin tidur bersamanya?" tanya Ny. Park sembari mengangkat sebelah alisnya.     

Jo Yeon Ho menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Tidak! nanti kau akan membangunkannya!" tolak Dae Hyun.     

"Aku janji tidak akan berisik." Jo Yeon Ho memperlihatkan jari kelingkingnya.     

'Sebenarnya apa kelebihan gadis sialan itu sehingga semua orang di rumah ini sangat menyukainya,' ~ batin Aeri yang merasa posisinya di rumah itu tidak dianggap.     

"Baiklah," ujar Dae Hyun menyetujui ide putranya. Dengan adanya Jo Yeon Ho pasti Kim Soo Hyun tidak akan berani berbuat macam-macam.     

"Ayo, paman juga ikut bersamamu," ucap Kim Soo Hyun.     

"Kim Soo Hyun!" sentak Dae Hyun melirik tajam pada adiknya.     

"Kakak, kau takut sekali. Aku hanya bercanda," ujar Kim Soo Hyun dengan tersenyum jahil.     

Ny. Park yang mengantarkan Jo Yeon Ho ke kamar tamu. Menyuruh cucunya untuk tidak mengganggu Soo Yin. Aeri enggan mengantarkan putranya. Bisa-bisanya putranya memilih tidur dengan perempuan itu. Dengan kesal Aeri akhirnya menyusul Dae Hyun yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.