Istri Simpanan

Bab 87 - Jeju Island (part 1)



Bab 87 - Jeju Island (part 1)

0Soo Yin perlahan mengerjapkan kedua bola matanya. Melihat sekeliling ruangan yang tampak asing baginya. Namun kepalanya terasa berputar-putar sehingga ia memejamkan matanya kembali.      

"Sayang, kau sudah bangun?" Dae Hyun yang baru saja membersihkan diri langsung menghampiri istrinya ketika melihatnya menggeliat.     

"Kenapa aku ada di sini?" gumam Soo Yin sembari memijat kepalanya. Aroma kulit Dae Hyun yang begitu harum semerbak memenuhi indra penciumannya. Aroma itu mampu membuat pusingnya berangsur menghilang.     

"Kau mabuk saat naik pesawat. Asisten Chang bilang kau muntah-muntah sebelum akhirnya tertidur. Kupikir tadinya kau pingsan sehingga aku memanggil dokter tapi syukurlah kau baik-baik saja," ujar Dae Hyun sembari duduk di samping Soo Yin. Tetesan sisa air di rambut mengalir di tubuhnya.     

Soo Yin berusaha mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Ia mulai mengingat bagaimana dia memuntahkan isi perutnya di kaki Chang Yuan. Setelah minum obat ia tidak mengingat apa-apa lagi. Dia memang kerap mabuk saat berada di udara. Soo Yin jadi merasa bersalah kepada Chang Yuan. Pria itu pasti sangat kesal kepadanya     

So Yin menggeser tubuhnya untuk duduk bersandar di sisi ranjang yang langsung dibantu oleh Dae Hyun.     

"Apa masih pusing?" tanya Dae Hyun sembari merapikan rambut istrinya. Ia menyelipkan rambut panjang Soo Yin ke belakang telinganya agar tidak menutupi wajah cantik itu.     

"Sudah agak mendingan," ujar Soo Yin sembari mencoba mendengarkan seperti suara deburan ombak di pantai.     

"Dimana kita sekarang?" tanya Soo Yin sembari beranjak dari ranjang saat matanya memandang hamparan laut luas melalui jendela. Ia langsung berdiri di depan jendela yang langsung menghadap ke laut.     

Sebenarnya Chang Yuan sudah mengatakannya namun Soo Yin merasa belum yakin jika saat ini berada di pulau impiannya.     

"Kita ada di pulau Jeju?" tanya Soo Yin untuk memastikan. Wajahnya berseri-seri ketika melihat pemandangan yang begitu indah. Sudah lama dia memimpikan untuk datang ke tempat ini.     

"Apa kau suka tempat ini?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukkan kepalanya dengan antusias tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.     

"Cepat ganti baju, aku akan menunggu di luar," ujar Soo Yin langsung melangkahkan kakinya untuk ke luar dari kamar. Rasa mabuk dan pusingnya kini benar-benar menghilang. Dia tidak ingin membuang-buang waktunya selama di sana hanya berdiam diri di dalam kamar.     

Belum sempat Dae Hyun menjawab ternyata Soo Yin sudah menghilang di balik pintu. Pria itu langsung buru-buru memakai pakaiannya karena takut jika Soo Yin bermain terlalu dekat dengan ombak.     

Saat ke luar Soo Yin kembali terpana lagi karena tepat di depannya terdapat begitu banyak tanaman bunga Camelia. Ternyata kamar itu adalah sebuah resort yang terletak di antara tanaman Camelia dan berada di tepi pantai. Jarak antara resort satu dengan yang lainnya saling berjauhan.     

Soo Yin terus berjalan hingga ia menemukan sebuah tangga untuk menuju ke laut. Tanpa pikir panjang ia langsung menuruninya karena sudah tidak sabar ingin segera mencapai bibir pantai.     

Di sore hari seperti ini sangatlah nyaman untuk bermain di pantai karena cuaca sudah sejuk. Apalagi saat ini adalah musim semi sehingga sangat cocok untuk berlibur.     

Ketika Dae Hyun ke luar ia sudah tidak melihat istrinya lagi. Ketika menuruni tangga barulah ia dapat melihat Soo Yin yang tengah bermain pasir dan ombak. Melihatnya gembira seperti itu membuat hatinya tersentuh. Tidak sia-sia Chang Yuan memilihkan tempat untuk mereka berlibur. Setelah kembali ke Seoul sepertinya dia harus memberi gaji lebih tinggi untuk Chang Yuan.     

"Sayang, ayo kita kembali. Ini sudah hampir gelap," ajak Dae Hyun sembari berjalan menghampiri istrinya.     

"Sebentar lagi, aku ingin menikmati matahari tenggelam terlebih dahulu," ujar Soo Yin menoleh memandang Dae Hyun sembari mencebikkan bibirnya. Saat ini dia tengah duduk di atas pasir sembari memandang ke arah matahari tenggelam.     

Dae Hyun ikut duduk di samping istrinya. Rasanya tidak masalah untuk menuruti permintaannya karena jarang sekali bisa mengajaknya ke sini.     

Dae Hyun merengkuh tubuh Soo Yin agar lebih menempel dengan tubuhnya. Baju Soo Yin kini basah akibat bermain ombak hingga membuat tubuhnya terasa agak dingin.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun sembari menikmati pemandangan langit yang berwarna jingga di ufuk barat. Sesuatu yang pernah diimpikannya akhirnya terjadi juga. Hanya sebuah mimpi kecil untuk melihat sunset bersama dengan orang yang dicintainya.     

"Apa kau dari kemarin menginap di resort ini?" tanya Soo Yin karena penasaran. Tempat ini adalah destinasi wisata untuk pasangan yang sedang bulan madu sehingga Soo Yin mencurigai suaminya.     

"Memangnya kenapa?" Dae Hyun justru balik bertanya.     

"Katakan kau tidak kencan bersama wanita lain kan?" Soo Yin menyipitkan matanya saat menatap mata elang Dae Hyun.     

"Menurutmu?" goda Dae Hyun yang mendengar ada nada cemburu dari ucapan istrinya.     

"Jadi kau benar-benar bersama wanita lain?" Soo Yin langsung melepaskan diri kemudian duduk menjauhi Dae Hyun namun pria itu justru bergeser mendekatinya tanpa peduli Soo Yin yang mendorong tubuhnya.     

"Apa kau cemburu?" ujar Dae Hyun sembari mengulum senyum ketika memandang ekspresi cemberut wajah istri kecilnya.     

Soo Yin memalingkan wajahnya.     

Cup ….     

Cup ....     

Sebuah kecupan mendarat di pipi Soo Yin sehingga membuat gadis itu melebarkan pupilnya.     

"Jangan menyentuhku! sentuh saja wanita yang sudah menemanimu!" ucap Soo Yin dengan ketus sambil mengusap pipinya dengan kasar.     

"Kau yakin tidak akan menyesal?" goda Dae Hyun.      

"Tidak!"     

"Baiklah." Tiba-tiba Dae Hyun langsung menarik tubuh Soo Yin hingga gadis itu membentur tubuh kekarnya.      

Dae Hyun merengkuh wajah istrinya agar bisa menatapnya. Kecemburuan Soo Yin itu sungguh tidak beralasan sama sekali.     

"Hanya kau satu-satunya wanita yang kini aku sentuh," bisik Dae Hyun kemudian mulai mendaratkan bibirnya di bibir Soo Yin.     

Soo Yin berusaha untuk melepaskan diri namun Dae Hyun memegang tengkuknya terlalu kuat sehingga gadis itu tidak bisa berkutik. Hanya bisa menerima lidah Dae Hyun yang menari di dalam mulutnya. Hingga membuat napasnya tersengal-sengal.     

"Lepaskan!" Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun karena sudah kehabisan napas.     

"Apa kau ingin membunuhku?" sambung Soo Yin.     

"Aku hanya ingin membuktikan kalau cemburumu itu tidak beralasan," ucap Dae Hyun.     

"Aku hanya heran, bukankah seharusnya kau saat ini menyelesaikan pekerjaanmu?" Soo Yin mengerucutkan bibirnya.     

"Aku baru saja tiba di sini saat kau terbangun. Aku bahkan tidak bisa tidur selama di sini karena memikirkanmu. Tapi kau justru menuduhku berbuat macam-macam," ucap Dae Hyun sembari mendengus.     

"Maafkan aku," ucap Soo Yin. Dia merasa bodoh karena sudah bersikap seperti itu kepada suaminya.     

"Aku kembali duluan karena sudah gelap. Jika kau ingin tetap berada di sini, terserah!" ujar Dae Hyun pura-pura marah. Ia berdiri kemudian meninggalkan Soo Yin. Walau sebenarnya tidak tega membiarkannya berada di tepi pantai sendirian.     

Soo Yin langsung berlari mengejar suaminya. Kini keadaan menjadi terbalik. Ternyata pria juga bisa marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.