Istri Simpanan

Bab 82 - Cemburu pada putra sendiri



Bab 82 - Cemburu pada putra sendiri

0Soo Yin ke luar dari kamar setelah mengganti pakaiannya. Entah siapa yang menyediakan baju untuknya. Baju itu begitu pas dan nyaman dipakai di tubuhnya.     

"Kak, hari ini tidak usah ikut bekerja dengan Ayah," ujar Jo Yeon Ho yang berlari-lari kecil ketika Soo Yin baru saja ke luar.     

Soo Yin hanya tersenyum sembari melirik Dae Hyun yang ada di belakangnya.     

"Kami harus segera berangkat," ujar Dae Hyun seraya melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebenarnya masih cukup pagi namun dirinya ingin segera membawa Soo Yin ke luar dari rumahnya.     

"Apa kau ingin berangkat sepagi ini? sebaiknya kalian sarapan terlebih dahulu," timpal Ny. Park yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Dae Hyun.     

"Kami sebentar lagi ada rapat sehingga tidak ada waktu untuk sarapan di rumah. Kami sarapan nanti saja," ujar Dae Hyun yang berusaha mencari alasan.     

"Apakah begitu terburu-buru? padahal Ibu belum mengobrol dengan Soo Yin. Pokoknya nanti malam kau harus kemari," ucap Ny. Park sembari memandang Soo Yin dengan senyuman hangat.     

Melihat Ny. Park membuat Soo Yin rindu akan sosok ibunya. Sosok yang tidak pernah dijumpainya karena ia hanya bisa melihat wajahnya dari foto Sungguh beruntung Dae Hyun masih memiliki kedua orang tua yang masih lengkap. Soo Yin merasa iri akan hal ini.     

"Soo Yin, kau mau kan nanti malam datang ke rumah ini?" tanya Ny. Park dengan lembut. Wanita itu mengetahui jika Kim Soo Hyun menyukai gadis itu. Baginya tidak masalah selagi gadis itu berasal dari keluarga baik-baik.     

"Hmmm ...." Soo Yin melirik Dae Hyun.     

"Ibu tidak perlu khawatir nanti aku akan membawa calon me ...." timpal Kim Soo Hyun yang baru saja datang namun ucapannya malah terpotonng.     

"Ibu, kami sebaiknya berangkat sekarang," ujar Dae Hyun memotong pembicaraan saudaranya.     

"Kakak, biarkan Soo Yin bersama denganku saja," ujar Kim Soo Hyun.     

"Benar apa yang dikatakan oleh Kim Soo Hyun sehingga kau bisa mengantarkanku ke salon sebentar, " timpal Aeri yang ikut bicara.     

Dae Hyun memandang Aeri dari atas hingga bawah. Ternyata Aeri bahkan belum bersiap-siap sama sekali.     

"Maaf, aku buru-buru. Kau bisa pergi bersama Kim Soo Hyun saja," ujar Dae Hyun kemudian berjongkok untuk mencium pipi putranya. Setelah itu mengajak Soo Yin agar segera ke luar dari rumah.     

Kim Soo Hyun tidak bisa berbuat apa-apa karena dia juga baru saja memakai baju. Tak disangka justru saudaranya sangat cepat berangkatnya.     

Aeri mengepalkan jemarinya dengan kuat hingga kuku panjangnya menimbulkan bekas. Ia kini bertambah semakin kesal karena suaminya lebih memilih gadis sialan itu dari pada dirinya. Sepertinya dia harus melakukan sesuatu dengan segera. Jika tidak, kemungkinan perkataan ibunya akan benar-benar terwujud.     

"Ibu, lihatlah Dae Hyun. Dia bahkan tidak peduli padaku," ujar Aeri dengan mata berkaca-kaca.     

"Sudah, dia hanya sedang buru-buru," ujar Ny. Park.     

"Besok saja kau pergi ke salon. Bukankah besok suamimu libur kerja?" sambung Ny. Park.     

"Benar juga kata ibu," ujar Aeri tampak senang saat ini. Dia akan merayu mertuanya agar Dae Hyun mau mengantarnya pergi ke salon.     

=====≠======================     

Saat di perjalanan.     

"Maaf, pasti kau semalam kelelahan," ujar Dae Hyun sembari mengusap puncak kepala Soo Yin. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang agak sepi. Lagi pula tadi hanya alasan saja agar bisa pergi dari rumah. Beruntung Kim Soo Hyun belum bersiap-siap sehingga tidak terlalu ngotot untuk membawa Soo Yin.     

"Aku baik-baik saja," ucap Soo Yin.     

"Jika kau tidak kelelahan mana mungkin tidur sepanjang malam. Kau bahkan tidak menyadari saat ada seseorang memelukmu," ujar Dae Hyun dengan ekspresi wajah yang sedikit muram.     

"Memelukku? tidak ada yang memelukku. Lagi pula bukankah aku semalam tidur bersama Yeon Ho?" Soo Yin merasa bingung apa maksud suaminya. Siapa yang memeluknya? tidak mungkin Kim Soo Hyun.     

"Maksudmu Kim Soo Hyun memelukku?" Soo Yin membelalakkan matanya.     

"Jadi kau ingin dipeluk oleh adikku?" Dae Hyun justru balik bertanya dengan wajah yang cemberut membuat Soo Yin semakin tidak mengerti.     

"Bukan begitu, tapi aku tidak mengerti apa maksudmu?" ujar Soo Yin sembari menengadahkan kedua tangannya.     

"Apa kau tidak merasakan Yeon Ho memeluk tubuhmu?" Dae Hyun sekilas menatap Soo Yin kemudian memalingkan wajahnya ke arah depan menatap jalanan. Dirinya merasa tidak waras karena bisa-bisanya cemburu pada putranya sendiri.     

"Ha ... ha ... ha ...." Soo Yin tertawa terpingkal sembari memegang perutnya. Ia merasa sangat lucu dengan tingkah suaminya.     

"Apa yang lucu?"     

"Kau cemburu pada putramu sendiri?" tanya Soo Yin sambil menutupi mulutnya yang masih ingin tertawa.     

Tanpa menjawabnya Dae Hyun justru menarik tengkuk istrinya hingga bibir mereka saling bersentuhan. Sontak Soo Yin melebarkan kedua matanya menerima serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh Dae Hyun. Pria itu meraup bibir Soo Yin dengan sedikit kasar dan tidak ada jeda bagi Soo Yin untuk bernapas.Membuatnya tersengal dan ngos-ngosan.     

Tidak pernah Dae Hyun melakukannya seperti itu. Bahkan tengkuknya di cekal sehingga Soo Yin tidak bisa melepaskan diri.     

"Cu ... kup ... phhh ...." Soo Yin berusaha berbicara di sela ciuman panas itu.     

Menyadari istrinya yang hampir kehabisan napas, Dae Hyun langsung melepaskannya. Ia mengamati bibir mungil itu yang agak bengkak karena ulahnya.     

"Maaf," ucap Dae Hyun sembari mengusap bibir ranum itu. Sekarang dirinya benar-benar merasa telah kehilangan akal. Ia terlalu takut untuk kehilangan istri kecilnya itu.     

"Apa sebenarnya yang terjadi padamu?" Soo Yin menatap Dae Hyun dengan tidak mengerti.     

"Aku hanya takut kehilanganmu." Dae Hyun meletakan kepalanya di bahu Soo Yin.     

"Lalu, apa kau juga akan cemburu bila kita memiliki seorang putra?" ujar Soo Yin sembari menyentuh punggung suaminya.     

"Mungkin, aku merasa sangat marah setiap kau dekat dengan pria lain," ujar Dae Hyun dengan jujur. Terlebih lagi saat melihat Soo Yin bersama Kim Soo Hyun. Sungguh dirinya tidak rela.     

"Maukah kau berjanji padaku?" Dae Hyun menegakkan kepalanya kembali kemudian merengkuh wajah cantik itu dengan tatapan sayu.     

"Berjanji untuk apa? tanya Soo Yin.     

"Kau harus berjanji untuk tidak meninggalkanku apapun yang terjadi. Kau akan terus bersamaku meski begitu banyak rintangan yang menghadang untuk kita bersama. Kau tidak akan meninggalkanku demi pria lain," ujar Dae Hyun.     

"Aku berjanji akan akan melakukannya. Jadi kau tidak perlu khawatir sehingga kau bersikap aneh seperti tadi," ucap Soo Yin.     

Dae Hyun mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Itu seperti sebuah perekam yang berbentuk mirip seperti pena.     

"Untuk apa itu?" tanya Soo Yin.     

"Aku ingin kau merekam pernyataan tadi sehingga jika kau lupa aku akan memutarnya kembali untukmu," ujar Dae Hyun.     

"Baiklah." Soo Yin langsung merebut perekam itu dan mengucapkan apa yang telah diminta oleh suaminya. Sungguh tingkah suaminya kali ini membuatnya ingin tertawa.     

Setelah Soo Yin menyelesaikan permintaannya. Dae Hyun bergegas memacu mobilnya kembali untuk berangkat ke hotel karena mereka sudah cukup lama berada di tempat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.