Istri Simpanan

Bab 95 - Rencana yang hampir gagal



Bab 95 - Rencana yang hampir gagal

0Sebelum kembali ke Seoul rencananya Dae Hyun akan mengajak Soo Yin untuk berkeliling pulau Jeju namun rencananya sepertinya akan gagal karena tadi Kim Soo Hyun baru saja  menghubunginya jika Jo Yeon Ho ingin agar Dae Hyun segera kembali ke Seoul.     

"Apa tidak bisa sehari lagi di sini?" ujar Soo Yin dengan rasa kecewa yang berkecamuk di hatinya. Bagaimana tidak kecewa karena mereka bahkan belum pergi ke tempat lain. Soo Yin sangat menyayangkan karena waktunya di sini terbuang sia-sia.     

"Maaf, lain kali pasti aku akan mengajakmu lagi," bujuk Dae Hyun ketika melihat dengan jelas raut kecewa di wajah istrinya. Tapi dia sungguh tidak bisa menolak permintaan Jo Yeon Ho untuk kembali ke Seoul. Apalagi setelah mendengar kabar semalam Jo Yeon Ho sampai kabur dari rumah. Itu membuat hatinya semakin tidak tenang.     

"Sepertinya putramu lebih penting dari segalanya. Aku tidak ada artinya dalam hidupmu," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Entah mengapa ada kecemburuan lagi  di hatinya pada Jo Yeon Ho. Padahal sebelumnya dia sudah baik-baik saja dan tidak ada masalah sama sekali.     

Dae Hyun memijat pelipisnya mendengar ucapan istri kecilnya. Saat ini hatinya sungguh dilema antara memilih putranya atau istri kecilnya. Mereka sama-sama penting dalam hidupnya. Namun ia segera menyadari sesuatu mengenai sikap Soo Yin kali ini. Padahal dulu Soo Yin menertawakannya saat Dae Hyun bersikap seperti itu.     

"Kau cemburu padanya?" goda Dae Hyun sembari mengulum senyum. Ia mengulurkan tangan berniat untuk mengusap pipi istrinya namun segera ditepis oleh Soo Yin.     

"Ya, aku memang cemburu," ucap Soo Yin dengan nada yang ketus. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Mengguyurkan kepalanya di bawah shower untuk menenangkan pikirannya yang terasa sangat kacau. Ia perlu mendinginkan kepalanya sejenak agar bisa berpikir dengan jernih sekaligus untuk meredam api cemburunya yang sangat tidak masuk akal     

Soo Yin hanya merasa marah karena Dae Hyun sudah berjanji akan mengajaknya ke taman bunga yang sangat terkenal dengan keindahan dan bunganya yang sangat beragam. Semalaman dia sudah membayangkan berdiri di tengah-tengah bunga yang bermekaran. Namun apalah daya saat ini sepertinya harus mengubur keinginannya dalam-dalam karena tidak tahu kapan bisa kembali ke pulau Jeju.     

Setelah beberapa lama mengguyur kepalanya akhir Soo Yin sudah mulai bisa berpikir jernih kembali. Dia tidak boleh bersikap seperti anak kecil. Seharusnya ia malah cukup sadar diri. Bagaimanapun posisinya hanyalah seorang isteri simpanan yang tidak boleh terlalu banyak menuntut. Terlebih lagi dia dan ayahnya sudah banyak berhutang budi pada suaminya.     

'Soo Yin, seharusnya kau sadar diri,' batin Soo Yin yang berkata pada dirinya sendiri sembari mengusap rambutnya yang basah.     

Dae Hyun hanya menghela napas panjang. Dia merasa bersalah dengan istri kecilnya. Seharusnya dia bisa bersikap adil antara Soo Yin dan putranya.     

Ia juga harus bersyukur karena kini Soo Yin mau menerima dan percaya padanya. Apa yang dilakukannya kini malah membuatnya kecewa. Padahal hanya perlu menuruti sebuah keinginan kecil untuk menemaninya ke taman bunga.     

Dae Hyun segera menelepon seseorang untuk menunda penerbangannya ke Seoul. Dia sungguh tidak ingin mengecewakan permintaan kecil istrinya. Untuk Jo Yeon Ho, ia pasti dapat membujuknya nanti      

Soo Yin ke luar dari kamar mandi kemudian segera berganti pakaian. Ternyata Dae Hyun tidak ada di kamar. Ia bahkan mencari berkeliling ke luar resort namun tak juga menemukannya. Sehingga Soo Yin kembali ke kamar dan mengemas semua barang-barangnya ke dalam koper.     

Soo Yin mengusap seprai berwarna putih sebagai saksi dirinya telah menyerahkan kehormatan pada pria yang dicintainya. Dia tidak akan pernah melupakan tempat ini seumur hidupnya. Seulas senyum terukir di bibirnya tatkala mengingat bagaimana mereka menikmati malam yang sangat panjang untuk pertama kalinya.     

Ceklek ….     

Dae Hyun membuka pintu kamar. Soo Yin langsung menoleh untuk memandang wajah suaminya. Ia bergegas bangkit berdiri kemudian berlari ke arah Dae Hyun untuk memeluknya.     

"Maafkan atas semua sifatku yang kekanak-kanakan," ujar Soo Yin memeluk sangat erat tubuh suaminya.     

"Hei, kenapa harus meminta maaf? aku yang seharusnya memintanya maaf," ujar Dae Hyun sembari mengusap punggung istri kecilnya. Meski terkadang sifatnya membuat kepalanya sakit tapi selagi Dae Hyun dapat terus bersama dengannya dengan senang hati ia akan belajar untuk menerima semua kekurangannya.     

"Maaf, aku mungkin terlalu banyak menuntut kepadamu," ujar Soo Yin membenamkan kepalanya di dada Dae Hyun.     

"Sssttttt …." Dae Hyun melepaskan pelukannya sembari menutup bibir Soo Yin dengan telunjuknya.     

"Tidak usah berkata seperti itu. Aku bisa memakluminya sehingga kau tidak perlu khawatir," ujar Dae Hyun.     

"Ya sudah, ayo kita berangkat. Pasti Jo Yeon Ho sudah sangat merindukanmu," ujar Soo Yin dengan mata yang berbinar-binar. Dia ingin membuktikan pada Dae Hyun jika dirinya sudah tidak marah sama sekali jika dia tidak bisa memenuhi keinginannya.     

"Hmm." Dae Hyun mengusap puncak kepala Soo Yin. Ia merasa senang sekaligus heran melihat perubahan sikap Soo Yin. Tapi itu tidak masalah sama sekali.     

Soo Yin mengambil tas dan memastikan jika barang-barang mereka tidak ada yang ketinggalan. Baru saja hendak menarik kopernya Dae Hyun merebutnya kemudian meletakkan kembali koper di lantai.     

"Biarkan saja, aku sudah menyuruh pelayan untuk membawakannya," ujar Dae Hyun yang langsung menggandeng tangan Soo Yin dengan erat hingga sampai di parkiran. Orang-orang yang melihatnya tampak iri dengan mereka berdua.     

Dae Hyun segera mengemudikan mobilnya menembus jalanan pulau Jeju sembari sesekali melirik Soo Yin yang tampak sangat ceria. Melihatnya tersenyum seperti itu membuat jiwanya bergetar. Sungguh beruntung ia dapat memiliki istri seperti Soo Yin.     

"Mau kemana kita? bukankah seharusnya kita ke bandara?" tanya Soo Yin sembari menautkan kedua alisnya ketika menyadari kalau mobil mereka tidak berjalan ke arah bandara.     

"Aku ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu," sahut Dae Hyun sembari tersenyum penuh rahasia.      

Soo Yin hanya menganggukkan kepalanya tanpa bertanya lagi kemana mereka akan pergi sebenarnya. Dia tidak ingin dikatakan wanita cerewet oleh suaminya.     

Saat masih di perjalanan, Dae Hyun tiba-tiba mengentikan mobilnya di pinggir jalan. Dae Hyun meminta Soo Yin menutup matanya dengan kain. Hal itu membuat jantung Soo Yin menjadi deg-degan.     

"Sebenarnya kita akan kemana?" tanya Soo Yin yang merasa sangat penasaran. Saat ini mobil sudah kembali melaju.     

"Nanti kau juga akan tahu," ujar Dae Hyun seraya tersenyum.     

"Jangan membuatku penasaran seperti ini," protes Soo Yin. Ia paling tidak suka jika main rahasia-rahasiaan seperti itu.     

"Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam. Sebentar lagi kita akan sampai," ujar Dae Hyun. Dia tidak ingin mengatakannya sebelum mereka sampai ke tempat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.