Istri Simpanan

Bab 94 - Merayu



Bab 94 - Merayu

0Setelah berusaha lebih keras lagi akhirnya Kim Soo Hyun berhasil membujuk Jo Yeon Ho agar ikut pulang bersamanya.     

"Jean, ayo masuk. Aku akan mengantarkanmu pulang," ujar Kim Soo Hyun yang sudah memasukkan Jo Yeon Ho ke kursi penumpang belakang. Kini anak itu sudah tertidur.     

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," tolak Jean.     

"Aku mohon, masuklah. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan kepadamu," ujar Kim Soo Hyun dengan mata yang berbinar.     

Melihat Kim Soo Hyun yang bahagia, Jean menaruh curiga pada pria itu.     

Tanpa persetujuan dari Jean, pria itu langsung mendorongnya untuk masuk ke dalam kursi penumpang depan.     

Jean tidak mengatakan apapun selama dalam perjalanan hingga akhirnya Kim Soo Hyun membuka suara.     

"Apa kau tinggal sendirian?" tanya Kim Soo Hyun.     

Jean menolehkan wajahnya ke arah Kim Soo Hyun. Ini adalah pertama kalinya dia menanyakan tentang kehidupannya. Biasanya yang selalu ditanyakan adalah tentang Soo Yin.     

"Tadinya aku tinggal bersama Ibuku namun sekarang aku tinggal sendirian. Namun setelah Ibu ke luar dari rumah sakit sekarang Ibuku tinggal bersama Bibi karena aku bekerja pagi hingga malam. Aku tidak punya waktu untuk merawat ibuku sehingga aku menitipkannya pada Bibi." Jean menundukkan kepalanya. Dia merasa telah gagal menjadi seorang anak karena tidak bisa mengurus ibunya di saat sakit. Namun jika tidak bekerja maka mereka tidak akan memiliki uang untuk biaya pengobatan.     

"Semoga Ibumu lekas sembuh sehingga kau bisa tinggal bersamanya lagi," ujar Kim Soo Hyun sembari mengulurkan tangan untuk mengusap pundak Jean.     

"Terima kasih," ucap Jean seraya tersenyum.     

"Aku ingin meminta pendapatmu," ujar Kim Soo Hyun.     

"Untuk apa?"     

"Sebentar lagi pasti Soo Yin pulang ke Seoul. Aku ingin memberikan kejutan untuknya. Menurutmu apa yang paling cocok sehingga bisa membuatnya berkesan?" tanya Kim Soo Hyun.     

'Tidak bisakah sekali saja tidak membicarakan Soo Yin di saat kita sedang bersama?' batin Jean. Ada rasa kesal dan cemburu yang bercampur di dalam hatinya.     

"Cepat katakan," ujar Kim Soo Hyun yang sudah tidak sabar ingin mendengarkan pendapat Jean.     

"Itu terserah anda saja," ucap Jean dengan singkat dan memalingkan wajahnya ke arah lain.     

"Aku ingin meminta pendapatmu? mobil, cincin, tas atau rumah? mana hadiah yang cocok menurutmu?" tanya Kim Soo Hyun. Dia memang tipe pria yang sangat royal dan tidak pelit kepada wanita yang tengah dikejarnya.     

'Apa dia sudah tidak waras? sudah seperti mau melamar saja,' ~ batin Jean dalam hati. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Apa mentang-mentang karena dia kaya sehingga bisa menghamburkan uang. Lagi pula belum tentu juga Soo Yin akan menerima hadiah yang diberikan olehnya.     

"Cepat beritahu apa pendapatmu?" ujar Kim Soo Hyun yang langsung membuyarkan lamunan Jean.     

"Itu terlalu berlebihan," ujar Jean seraya memutar bola matanya.     

"Jadi apa yang harus aku berikan?" tanya Kim Soo Hyun yang membuat Jean semakin pusing.      

"Terserah anda saja," ujar Jean mendengus kesal. Ternyata pria itu memang sangat tidak peka.     

"Tolong berhenti di sini saja," ujar Jean sembari melepas sabuk pengamannya.     

"Bukankah kontrakanmu masih di depan?" tanya Kim Soo Hyun seraya mengernyitkan dahinya.     

"Aku bisa berjalan ke sana," ujar Jean dengan wajah cemberut. Ia tidak mau mendengarkan Kim Soo Hyun bercerita mengenai Soo Yin lagi.     

Dengan terpaksa Kim Soo Hyun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Menurutnya ada yang aneh dengan sikap Jean kali ini. Dia terlihat cuek, tidak seperti biasanya.     

"Terima kasih atas tumpangannya," ujar Jean singkat tanpa menoleh lagi ke arah Kim Soo Hyun. Dia langsung turun kemudian membanting pintu dengan kuat. Untunglah Jo Yeon Ho tidak terbangun.     

==≠===========================     

UN Village     

Aeri melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah setelah berkeliling mencari Jo Yeon Ho yang belum ditemukan. Kini badannya terasa lemas dan gemetar karena takut kalau putranya akan mengadu jika Dae Hyun sudah pulang.     

"Kim Soo Hyun, apa kau tahu dimana putraku?" tanya Aeri yang melihat Kim Soo Hyun baru saja turun dari lantai atas.     

"Sebenarnya Kakak dari mana sehingga jam segini baru pulang?" gerutu Kim Soo Hyun sembari mengendus tubuh Aeri seperti kucing. Ada bau alkohol yang begitu menyengat sehingga Kim Soo Hyun menutupi hidungnya.     

"Aku … aku …." Aeri tergagap tidak tahu harus berkata apa. Karena ia sangat yakin jika Kim Soo Hyun dapat menebaknya.     

"Dia ada di kamarnya. Beruntung dia bertemu dengan Jean sehingga baik-baik saja. Bagaimana jika dia bertemu dengan orang jahat seperti waktu itu?" Kim Soo Hyun tidak peduli dari mana kakak iparnya karena itu bukanlah urusannya. Namun ia merasa kesal karena dia tidak bisa mengurus putranya.     

"Aku sungguh minta maaf, kalau begitu aku akan pergi ke atas," ujar Aeri segera menaiki tangga terburu-buru. Ia ingin segera menemui Jo Yeon Ho sebelum terlambat.     

Aeri mandi terlebih dahulu sebelum menemui putranya guna mendinginkan kepalanya. Lagi pula tubuhnya pasti terlihat sangat berantakan.     

Aeri sungguh merasa menyesal telah memarahinya tadi. Jika sampai Jo Yeon Ho mengadu maka dirinya tidak akan punya apa-apa lagi yang bisa digunakan untuk membujuk Dae Hyun tetap mempertahankannya.     

Dengan cepat Aeri langsung mengganti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar Jo Yeon Ho. Anak itu ternyata sudah meringkuk di tengah ranjang.     

Aeri duduk di ranjang di samping putranya. Dia mengulurkan tangan mengusap lembut wajah Jo Yeon Ho. Di sisi lain kadang sangat membenci Jo Yeon Ho namun di sisi lain dia menyadari belum bisa menjadi ibu yang baik untuknya. Meski dirinya mengakui kalau bukan orang yang baik tapi sebagai seorang ibu ia terkadang masih memiliki hati nurani.     

"Ayah," ujar Jo Yeon Ho ketika merasakan ada tangan yang menyentuh wajahnya. Tangannya langsung meraih dan menggenggamnya dengan erat.     

"Yeon Ho, ini ibu," ujar Aeri berusaha untuk berkata dengan lembut.     

Jo Yeon Ho langsung menarik tangannya. Dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.     

Aeri memutar bola matanya karena kini harus memutar otak untuk membujuk anak itu lagi. Dia sungguh menyesal karena tadi berkata dengan kasar. Bukan menyesali perkataannya. Ini lebih takut kalau Jo Yeon Ho akan membencinya. Maka usahanya selama ini sia-sia.     

"Tadi ibu sungguh tidak bermaksud menyakiti hatimu. Ibu buru-buru sehingga berkata seperti itu," ujar Aeri sembari berpura terisak-isak dan menyeka sudut matanya dengan jari.     

Jo Yeon Ho hanya diam tidak bergeming. Ini adalah kedua kalinya ibunya mau meminta maaf kepadanya selama ini. Haruskah dirinya kali ini juga memaafkannya kembali? sebagai seorang anak Jo Yeon Ho ingin seperti anak-anak lain yang pergi ke tempat hiburan bersama keluarganya. Yang selalu dibacakan dongeng oleh ibunya seperti teman-temannya yang sering bercerita.     

"Untuk menebus kesalahan, bagaimana jika ibu mengajakmu ke tempat bermain?" bujuk Aeri.     

"Aku ingin Ayah pulang!" ucap Jo Yeon Ho dengan ketus. Ia tidak peduli dengan ucapan ibunya.     

"Jadi kau lebih menyayangi ayahmu dari pada ibu? ibu merasa tidak ada yang menyayangi ibu lagi di rumah ini," ujar Aeri dengan suara yang terdengar sangat sedih.     

Pernyataan Aeri membuat Jo Yeon Ho berbalik memandangnya.      

"Aku menyayangi Ibu," ujar Jo Yeon Ho dengan tulus. Dia tidak ingin membuat ibunya merasa sedih meski Aeri sudah berulang kali menyakitinya.     

"Jika kau sayang dengan ibu seharusnya kau memaafkan kesalahan ibu," ujar Aeri.     

"Aku sudah memaafkan ibu," ujar Jo Yeon Ho yang langsung bangkit dan memeluk Aeri.     

"Anak pintar," ujar Aeri dengan tersenyum penuh kemenangan. Dengan sedikit usaha akhirnya berhasil merayu anak itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.