Istri Simpanan

Bab 91 - Punggung yang penuh dengan cakaran



Bab 91 - Punggung yang penuh dengan cakaran

0Soo Yin duduk di depan cermin sembari mengeringkan rambutnya setelah berganti pakaian. Tubuhnya kini semakin terasa remuk karena ulah Dae Hyun barusan di kamar mandi. Apalagi setelah tadi melakukannya di kamar mandi. Area sensitifnya terasa perih. Beruntung tadi Dae Hyun sudah membelikan pereda nyeri saat pergi ke minimarket. Jika tidak, maka Soo Yin yakin saat ini pasti kesusahan untuk berjalan.     

"Aku ingin pergi jalan-jalan," rengek Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Ia menoleh untuk memandang Dae Hyun yang baru saja ke luar dari kamar mandi.     

"Ini sudah sore. Memangnya kau mau pergi kemana?" tanya Dae Hyun menghampiri istrinya dengan bertelanjang dada.     

"Sore?" Soo Yin langsung bangkit berdiri karena tidak percaya dengan suaminya. Ia bergegas berlari ke arah jendela. Ternyata memang benar kini terlihat matahari yang sudah berwarna jingga dan sebentar lagi akan tenggelam.     

"Kenapa kau tidak membangunkanku sejak pagi?" gerutu Soo Yin yang kini berbalik memandang Dae Hyun kembali. Ia menyipitkan mata sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Aku sudah berulang kali mencoba untuk membangunkamu namun kau tampak sangat kelelahan sehingga aku terpaksa membiarkanmu tidur lebih lama," ujar Dae Hyun dengan santai.      

"Benarkah? apa mungkin aku senyenyak itu tidurnya?" Soo Yin tidak percaya begitu saja ucapan suaminya. Dia tidak mendengar sama sekali Dae Hyun membangunkannya.     

"Hmm, aku tidak tega membangunkanmu karena kau tampak sangat lelah," sahut Dae Hyun.     

"Itu semua juga karena ulahmu semalam yang tidak mau berhenti," gerutu Soo Yin.     

"Aku lihat kau semalam juga tampak menikmatinya," goda Dae Hyun dengan tersenyum miring.     

"Tidak usah mengelak! kau adalah penyebab semuanya," ujar Soo Yin dengan ekspresi datar berusaha untuk menahan rasa malunya.     

"Baiklah, ini memang salahku," ujar Dae Hyun yang mengakui kesalahannya semalam meskipun tidak sepenuhnya kesalahannya. Jika Soo Yin tidak memakai baju yang begitu menggairahkan ia pasti bisa menahannya.     

"Sayang sekali, waktu berada di sini terbuang sia-sia. Padahal seharusnya kita pergi jalan-jalan," ujar Soo Yin dengan rasa menyesal. Ia kembali berdiri di depan jendela untuk melihat matahari yang hampir tenggelam. Andaikan dia bangun lebih pagi pastilah dirinya bisa bermain pasir di tepi pantai dengan puas seharian.     

Namun percuma saja menyesalinya karena waktu tidak akan pernah kembali lagi.     

"Jadi kau menyesal dengan apa yang kita lakukan semalam?" tanya Dae Hyun.     

"Sedikit," sahut Soo Yin dengan singkat.     

"Masih ada waktu besok untuk pergi jalan-jalan. Aku pasti akan menuruti kemanapun kau mau," ujar Dae Hyun..     

"Benarkah?" ujar Soo Yin dengan wajah yang sumringah.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

"Terima kasih." Soo Yin menghampiri Dae Hyun dan langsung memeluknya.     

"Aduh," rintih Dae Hyun saat kuku Soo Yin menggaruk punggungnya.     

"Kenapa?" tanya Soo Yin sambil mengerutkan keningnya. Sepertinya dia tidak melakukan apapun namun kenapa suaminya itu tiba-tiba merintih kesakitan.     

"Punggungku terasa perih," ujar Dae Hyun yang meringis. Luka goresan kuku Soo Yin semalam terasa perih lagi.     

Soo Yin langsung melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke belakang Dae Hyun untuk melihat punggung itu. Soo Yin melebarkan pupilnya hingga hampir saja terjatuh ketika melihat punggung Dae Hyun yang penuh dengan bekas luka cakaran.     

"Apa yang terjadi padamu? kenapa punggungmu seperti ini? apa kau habis berkelahi dengan harimau?" tanya Soo Yin bertubi-tubi memandang punggung Dae Hyun yang memerah dengan perasaan ngeri.     

"Iya, semalam aku habis bertarung dengan harimau betina. Beruntung aku bisa menaklukkannya," ujar Dae Hyun dengan ekspresi datar. Ia melirik istrinya sekilas sembari mengulum senyum.     

"Benarkah? apa di dekat sini ada harimau? kau dimana kalian bertarung? kenapa kau tidak meminta tolong" tanya Soo Yin dengan wajah polos sehingga membuat Dae Hyun merasa gemas ingin memakannya lagi. Gadis itu tidak sadar jika Dae Hyun tengah mengerjainya.     

"Tidak mungkin aku berteriak meminta tolong karena tidak akan ada orang yang akan menolong. Harimaunya sangat ganas sehingga mencakar punggungku dengan membabi-buta. Lihatlah punggungku terasa perih semua," ujar Dae Hyun pura-pura kesakitan sembari mengusap punggungnya.     

"Memangnya di mana kalian bertarung sehingga tidak ada orang?" tanya Soo Yin.     

Dae Hyun mendekatkan wajahnya ke wajah Soo Yin hingga napas merek saling memburu.     

"Kami bertarung di atas ranjang," bisik Dae Hyun tepat di telinga istrinya sembari tersenyum puas karena sudah berhasil menipu istri kecilnya.     

"Di atas ranjang?" Soo Yin menaikkan sebelah alisnya. Mencoba mencerna perkataan Dae Hyun. Tidak mungkin ada harimau masuk ke kamar, kecuali ….     

"Jadi kau menganggapku harimau?" tanya Soo Yin sembari memicingkan matanya. Ia langsung meninju bahu Dae Hyun dengan sekuat tenaga. Padahal tadi dirinya sudah percaya jika ada seekor harimau. Tak disangka jika dia telah ditipu.     

"Bukan aku tadi yang pertama mengatakannya." Dae Hyun berusaha menghalangi tangan Soo Yin agar tidak terus meninjunya.     

"Kau keterlaluan!" Soo Yin kemudian bergantian memukuli punggung suaminya hingga membuat Dae Hyun merintih kesakitan.     

Soo Yin menghentikan aksinya ketika melihat Dae Hyun yang benar-benar merintih kesakitan.     

"Apa benar-benar terasa sakit?" tanya Soo Yin ketika melihat Dae Hyun yang merintih membuatnya tidak tega.     

"Sedikit," ujar Dae Hyun.     

"Apa ada obat untuk mengobati luka ini?" tanya Soo Yin.     

"Ada dia atas nakas karena tadi aku sudah membelinya," ujar Dae Hyun yang beranjak untuk duduk di tepi ranjang sembari mengusap punggungnya.     

Soo Yin mengambil obat tersebut yang berbentuk cream kemudian mengoleskannya di seluruh tubuh Dae Hyun yang terluka akibat ulahnya.     

Hampir seluruh punggung Dae Hyun yang tadinya mulus tanpa luka kini penuh dengan cakaran semua. Soo Yin tidak sepenuhnya mengingat apa yang tengah dilakukannya semalam.     

"Punggungmu terluka seperti ini namun kau semalam tidak menghentikannya," ujar Soo Yin dengan telaten mengoleskan obat itu di punggung Dae Hyun.     

"Semalam aku tidak terlalu merasakannya. Aku baru merasa perih saat tadi pagi aku mandi," sahut Dae Hyun. Mana mungkin dia akan menghentikan keinginan yang sudah lama dipendamnya.     

"Kau ini." Soo Yin malah mencubit pinggang Dae Hyun hingga pria itu menegakkan punggungnya karena terasa sakit.     

"Luka ini tidak masalah sama sekali selagi kau yang melakukannya. Bahkan aku rela jika setiap malam harus terluka seperti ini," ujar Dae Hyun yang melirik Soo Yin dengan senyuman miring untuk menggoda istrinya.     

"Aku lapar, cepat suruh pelayan agar membawakan makanan untukku," ujar Soo Yin untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin mengingat kembali apa yang semalam telah mereka lakukan. Meski dirinya merasa lega karena telah menyerahkan kehormatannya hanya untuk seorang pria yang sudah menjadi suaminya.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun. Ia segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas untuk menghubungi pelayan. Ia tidak ingin membuat istrinya kelaparan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.