Istri Simpanan

Bab 97 - Perjalanan kembali ke Seoul



Bab 97 - Perjalanan kembali ke Seoul

0Dae Hyun sejak tadi sangat gemas melihat bibir merah muda milik Soo Yin sehingga tanpa pikir panjang langsung mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibirnya. Soo Yin tidak bisa mengelak karena tengkuknya di pegang dengan erat oleh Dae Hyun sehingga hanya bisa menerima ciuman itu.     

Kupu-kupu yang berterbangan menyaksikan dua sejoli yang tengah memadu kasih di tengah taman bunga yang akan mengawali menjadi saksi kisah cinta mereka yang baru saja akan dimulai.      

"Cukup!" Soo Yin mendorong tubuh suaminya untuk menjauh. Dae Hyun terpaksa menghentikan ciuman panas yang baru saja terjadi.     

"Apa belum puas sudah dua hari dua malam mengurungku di resort sehingga akan melakukannya di sini lagi?" ujar Soo Yeon dengan polos. Gara-gara Dae Hyun dia tidak bisa pergi kemanapun. Badannya pegal dan lelah sehingga tidak bisa pergi kemana-mana. Soo Yin menyesal sudah menyia-nyiakan waktunya selama di sini.     

Dae Hyun menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Memang benar dirinya membuat Soo Yin tidak bisa ke luar dari dalam kamar karena itu lah kesempatannya bisa berduaan selagi berada di pulau Jeju. Dia tidak menjamin ada lebih banyak waktu berdua ketika berada di Seoul.     

"Ayo kita ke arah sana," ujar Soo Yin sembari menarik tangan Dae Hyun agar berdiri.     

"Baiklah, kita punya waktu satu jam lagi sebelum pulang," ujar Dae Hyun mengingatkan seraya berdiri dan berjalan mengikuti istrinya.     

Dae Hyun terus mengikuti kemanapun Soo Yin melangkahkan kakinya. Rasa pegal di kaki Soo Yin menghilang karena tergantikan oleh pemandangan yang begitu menakjubkan.     

Setelah satu jam akhirnya Dae Hyun mengajak Soo Yin untuk meninggalkan Bunjee Artpia. Soo Yin mengerucutkan bibirnya karena tidak rela jika meninggalkan bunga-bunga yang begitu indah.     

"Apa kita tidak bisa sebentar lagi tetap berada di sini?" tanya Soo Yin dengan rasa sedih.     

"Aku janji akan membawamu ke sini lain kali. Waktu kita sudah habis sekarang," ujar Dae Hyun sembari memegang dagu Soo Yin agar menatapnya.     

"Baiklah," ujar Soo Yin lirih. Meski kecewa namun dirinya tidak boleh egois.     

Mereka terlebih dahulu kembali ke resort untuk membersihkan diri. Setelah itu baru mereka melakukan perjalanan menuju bandara. Tidak lupa Soo Yin meminum obat anti mabuk terlebih dahulu sebelum naik di pesawat. Rasanya sungguh memalukan karena naik pesawat saja mabuk.     

Dae Hyun sudah memesan tiket kelas utama karena tingkat privasi lebih tinggi dan pelayan yang lebih personal. Baru saja Soo Yin duduk, matanya sudah terasa sangat berat. Hampir tiga hari di Pulau Jeju dia benar-benar kurang tidur karena Dae Hyun selalu meminta lagi dan lagi tanpa peduli tubuh istrinya yang sudah terasa remuk dan butuh istirahat. Baru hari ini bisa ke luar dari resort.     

"Kau mengantuk?" tanya Dae Hyun.     

"Hmmm, selama di sini kau tidak membiarkanku tidur nyenyak," protes Soo Yin dengan jujur.     

"Itu karena kau sudah terlalu menundanya terlalu lama," ujar Dae Hyun tanpa merasa bersalah.     

"Apa itu salahku?" Soo Yin menautkan kedua alisnya.     

"Tentu saja. Berbaringlah jika kau mengantuk." Dae Hyun hendak menyetel sandaran kursi agar bisa untuk tidur dengan nyaman.     

"Aku ingin tidur seperti ini saja," ujar Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya di dada kekar Dae Hyun.     

"Jika kau ingin melakukannya, ayo kita melakukannya di sini," goda Dae Hyun.     

"Dasar mesum!" Soo Yin menatap dengan tajam kemudian segera menjauhkan diri dari suaminya. Tidak habis pikir bagaimana bisa suaminya belum puas juga setelah melakukannya tanpa henti. Soo Yin sampai berpikir sepertinya Dae Hyun kerasukan setan mesum.     

"Aku lihat kau juga sangat menikmatinya," ujar Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Soo Yin.     

Wajah Soo Yin seketika langsung terasa panas dengan rona wajah yang menjadi merah. Tak dapat dipungkiri memang dirinya perlahan juga menikmati permainan suaminya. Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah jendela untuk menyembunyikan rasa malunya.     

Dae Hyun merengkuh pinggang kecil itu membuat tubuh Soo Yin menjadi bersentuhan dengan dada bidang itu.     

"Tidurlah di sini, aku tidak akan mengganggumu," ujar Dae Hyun seraya menyandarkan kepalanya Soo Yin di dadanya. Dia tidak ingin menggodanya lagi takut istri kecilnya menjadi marah kembali.     

"Benarkah?" tanya Soo Yin sembari mendongakkan wajahnya.     

"Tidurlah," ujar Dae Hyun kemudian mengecup puncak kepala istrinya sembari mengusap pundaknya agar tertidur.     

Mata Soo Yin sudah terlalu berat sehingga tidak butuh waktu lama karena begitu Dae Hyun menyuruhnya tidur, Soo Yin langsung memejamkan mata dan tidur dengan pulas hingga mereka sampai di Seoul.     

Dae Hyun sungguh tidak tega membangunkan Soo Yin. Sehingga dia tetap membiarkannya tertidur di dadanya meski mereka sudah berada di bandara. Bahkan penumpang sudah ke luar semua. Kini hanya tersisa mereka berdua yang masih berada di dalam. Untunglah pesawat masih beberapa jam lagi untuk melakukan perjalanan kembali. Hanya ada beberapa orang yang tengah melakukan pembersihan dalam pesawat.     

Setelah dua jam kemudian….     

Soo Yin mengerjapkan matanya sembari merentangkan kedua tangan untuk meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia langsung menarik tubuhnya begitu sadar masih berada di pelukan Dae Hyun.     

"Apa masih lama kita mendaratnya?" tanya Soo Yin sembari menguap.     

"Kita sudah sampai," sahut Dae Hyun.     

Soo Yin membelalakkan matanya tidak percaya dan langsung berdiri untuk melihat ke arah jendela. Ternyata kini keadaan sudah gelap padahal seharusnya mereka tiba pada sore hari. Soo Yin juga melihat ke arah kursi penumpang lain yang sudah kosong. Tidak ada seorangpun selain mereka berdua.     

"Apa kita sudah lama sampai?" tanya Soo Yin.     

"Kita sudah sampai dua jam yang lalu," sahut Dae Hyun.     

"Apa? dua jam? kenapa kau tidak membangunkanku?" Soo Yin sangat terkejut kalau mereka sudah tidur selama itu dan Dae Hyun tidak membangunkannya.     

"Aku memang sengaja melakukannya," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin.     

"Apa maksudmu?" tanya Soo Yin dengan wajah polos.     

"Agar kau nanti malam tidak bisa tidur sehingga kita bisa bersenang-senang lagi," goda Dae Hyun sembari mengulum senyum.     

"Aku tidak mau," jawab Soo Yin dengan cepat ketika sudah tahu apa maksud dari ucapan suaminya.     

"Apa kau yakin?" ujar Dae Hyun sembari tersenyum miring.     

"Sudah, sebaiknya kita segera turun sebelum diusir. Lagi pula Jo Yeon Ho pasti sudah menunggumu di rumah," ujar Soo Yin berusaha mengalihkan pembicaraan.      

"Aku sudah menghubungi putraku kalau aku baru pulang ke Seoul besok pagi," ucap Dae Hyun dengan ekspresi penuh kemenangan.     

"Terserah kau saja, aku tidak akan membukakan pintu jika kau pulang ke villa," ancam Soo Yin yang langsung bergegas kabur. Dia ingin buru-buru menyetop taksi sebelum Dae Hyun dapat mengejarnya.     

Tapi tidak semudah itu, baru saja hendak menyetop taksi ternyata Chang Yuan sudah menghampirinya sehingga mau tidak mau Soo Yin ikut masuk mobil bersama Dae Hyun. Bukannya tidak suka jika Dae Hyun pulang bersamanya namun mengingat pria itu yang seperti tidak lelah sama sekali membuatnya bergidik ngeri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.