Istri Simpanan

Bab 98 - Menggoda



Bab 98 - Menggoda

0Villa Pyeongchang-dong     

Soo Yin langsung naik ke atas dan buru-buru mengunci pintu kamar. Dia tidak ingin membiarkan suaminya masuk. Memang terdengar sangat aneh, namun biarlah karena tubuhnya masih butuh istirahat.     

Soo Yin segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Matanya terbelalak saat melihat tubuhnya yang memerah penuh tanda kepemilikan. Bahkan ada beberapa yang terlihat berwarna biru di beberapa tempat terutama di bagian pahanya. Pantas saja terasa agak sakit saat tanpa sengaja memarnya tertekan sesuatu.     

Terdengar ketukan pintu di luar kamar namun Soo Yin tetap santai untuk membersihkan tubuhnya.     

"Sayang, kenapa kau mengunci pintunya?" ujar Dae Hyun seraya berusaha untuk mengetuk pintu.     

Soo Yin segera berjalan ke arah pintu setelah selesai mandi.     

"Bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak akan membiarkanmu masuk," ucap Soo Yin tanpa rasa bersalah.     

"Ugh, kau sungguh tega. Aku bahkan ingin mandi," ujar Dae Hyun.     

"Kau bisa mandi di bawah," ujar Soo Yin.     

"Lalu bagaimana dengan pakaianku?" tanya Dae Hyun.     

"Kau bisa mencarinya di koper yang tadi," ujar Soo Yin yang terus berbicara dengan keras agar Dae Hyun mendengarkannya karena mereka terhalang oleh pintu.     

Tidak ada balasan dari Dae Hyun sehingga Soo Yin langsung ke ruang ganti untuk mencari pakaian. Setelah satu jam Soo Yin berada di kamar. Dia merasa kasihan dengan suaminya. Menurutnya sikapnya kali ini sungguh keterlaluan. Padahal Dae Hyun sudah memenuhi keinginannya.     

Soo Yin segera ke luar dari kamar. Dia membuka pintu ruang kerja yang biasa dipakai Dae Hyun saat berada di villa barang kali ia di sana. Tidak ada Dae Hyun di sana. Tak lupa Soo Yin juga memeriksa kamar yang ada di sebelahnya namun juga kosong.     

"Apa dia benar-benar marah?" gumam Soo Yin dengan lirih. Dia segera berlari menuju balkon untuk melihat mobil suaminya. Ternyata mobil itu masih ada. Itu berarti Dae Hyun belum pergi dari rumah itu.     

Soo Yin sangat penasaran dimana keberadaan suaminya sehingga dia langsung turun untuk mengetahui keberadaannya.     

Soo Yin menuruni anak tangga sembari berpegangan karena kondisinya agak gelap hanya cahaya remang-remang dari sorot lampu depan yang sedikit menyinari.     

Soo Yin segera meraba mencari saklar untuk menghidupkan lampu agar lebih terang. Begitu lampu nyala dia mengamati sekeliling ruangan hingga pandangannya tertuju pada sofa.     

Ada seseorang yang tengah tidur tengkurap di sofa yang tidak lain adalah suaminya. Soo Yin merasa bersalah karena tidak membiarkannya masuk ke dalam kamar padahal wajah tampan itu tampak sangat kelelahan. Dae Hyun tidur di sofa dengan kaki menggantung karena tubuhnya lebih panjang dari pada ukuran sofa.     

"Sayang, bangun!" Soo Yin menggoyangkan tubuh suaminya agar bangun. Tidur di sofa pastilah tidak nyaman dan malah akan membuat tubuhnya sakit.     

"Dae Hyun, bangunlah. Sebaiknya kau istirahat di kamar," ujar Soo Yin sekali lagi.     

Dae Hyun hanya menggeliat sebentar kemudian memejamkan matanya kembali.     

Soo Yin terus berusaha membangunkan Dae Hyun dengan menggoyangkan tubuhnya. Namun Dae Hyun tetap saja tidak bangun. Sepertinya suaminya benar-benar marah kepadanya sehingga ia bersikap seperti itu.     

Soo Yin mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya. Mengusap pipinya dengan lembut. Kini dirinya tidak ingin mengganggu tidur suaminya itu.     

"Apa kau mencoba untuk menggodaku?" tanya Dae Hyun dengan suara serak.     

Soo Yin terlonjak kaget hingga tubuhnya terjengkang. Tak disangka jika ternyata Dae Hyun tidak tidur. Sebenarnya ia sudah menduga jika Dae Hyun hanya pura-pura tidur.     

"Kau tidak tidur?" ujar Soo Yin seraya mengernyitkan dahinya.     

"Bukankah kau membangunkanku barusan?" tanya Dae Hyun.     

"Tidurlah di kamar. Tidur di sofa pastilah membuatmu tidak nyaman," ujar Soo Yin sembari berjongkok.     

"Bukankah kau menyuruhku untuk tidur di luar? apa kau berubah pikiran?" tanya Dae Hyun.     

"Aku hanya tidak ingin tubuhmu pegal-pegal jika tidur di sofa," sahut Soo Yin dengan jujur.     

"Tidak apa, aku rela melakukannya yang penting kau bahagia," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.     

"Ayo tidur di kamar!" rengek Soo Yin sambil menarik pergelangan tangan Dae Hyun agar bangun.     

"Pergilah sendiri karena aku tidak yakin bisa menahan perasaanku. Jika aku tidur di kamar maka aku pasti akan mengganggumu," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin mencebikkan bibirnya saat mengetahui apa arti perkataan Dae Hyun.     

"Aku akan tidur di sofa agar kau tidak mengangguku," ujar Soo Yin. Sebenarnya dia tidak bisa tidur jika sendirian terlebih lagi mengetahui jika suaminya berada di rumah.     

"Ayo!" Soo Yin terus berusaha menarik tubuh Dae Hyun yang besar.      

"Baiklah." Dae Hyun akhirnya duduk kemudian berdiri untuk menuruti permintaan istri kecilnya. Dia takut kalau Soo Yin akan ngambek jika tidak menuruti permintaannya.     

"Tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin. Membuat ada yang bergelayar di tubuh Soo Yin.     

Dae Hyun langsung membopong tubuh istrinya menaiki tangga. Soo Yin langsung mengalungkan tangannya di leher suaminya.     

"Apa besok kau tidak akan tidur di sini?" tanya Soo Yin. Dia merasa tidak rela jika Dae Hyun tidur dengan Aeri. Wanita yang sudah tidur tidak hanya dengan satu pria.     

"Apa kau sudah merindukanku?" goda Dae Hyun.     

"Tidak, aku hanya ingin tahu. Jika tidak, maka besok aku bisa tidur nyenyak," ujar Soo Yin.     

"Dasar gadis nakal." Dae Hyun mendaratkan sebuah ciuman di bibir Soo Yin. Itu tidak lama karena dia kemudian melepaskannya.     

"Apa Aeri kenal dekat dengan Manajer Han?" tanya Soo Yin.     

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?" ujar Dae Hyun sembari meletakan tubuh Soo Yin di ranjang.     

"Aku hanya ingin tahu saja." Sebenarnya dia ingin menceritakan kalau pernah melihat Aeri sedang bermesraan dengan Manajer Han namun Soo Yin tidak memiliki bukti apapun untuk itu.     

"Mereka memang berteman sudah lama. Sudah, tidak usah memperdulikan mereka," ujar Dae Hyun yang langsung melumat bibir Soo Yin dengan tubuh yang sudah memanas. Entah kenapa setiap berada di dekat Soo Yin tubuhnya selalu tidak tahan.     

Soo Yin membalas ciuman Dae Hyun hingga lidah mereka saling menari dan menelusuri setiap inci di dalam mulut mereka.     

Soo Yin membelalakkan matanya ketika bajunya sudah berserakan di lantai. Padahal sepertinya tadi Dae Hyuntampak kelelahan. Tidak disangka jika Dae Hyun memiliki tenaga yang tidak ada lelahnya sama sekali.     

Soo Yin tidak dapat menolak perlakuan dari Dae Hyun yang terus memainkan sebuah permainan memabukkan. Meskipun hatinya ingin menolak namun tubuhnya tidak dapat berbohong jika dia sangat menikmatinya.     

Soo Yin mengerang sembari mencengkram kuat seprai saat sesuatu yang begitu sesak menghantam area sensitifnya. Meski sudah sering kali melakukannya namun tetap saja awalnya masih terasa sakit hingga tanpa sadar Soo Yin mencakar punggung Dae Hyun.     

Dae Hyun tidak peduli meski harus merelakan punggungnya. Pengorbanannya terbalaskan oleh kenikmatan surga duniawi yang selalu membuatnya ingin lagi dan lagi.     

Mereka mengerang bersama ketika Dae Hyun menyemburkan benih cintanya di rahim Soo Yin. Tubuhnya langsung ambruk di tubuh Soo Yin karena kelelahan. Sehingga mereka hanya melakukannya sekali saja.     

Dae Hyun juga merasa kasihan jika Soo Yin tidak tidur lagi malam ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.