Istri Simpanan

Bab 102 - Pria Kuat yang sakit



Bab 102 - Pria Kuat yang sakit

0Soo Yin benar-benar merasa sangat marah kali ini. Ini bukan kali pertama dibohongi oleh suaminya. Yang pertama Dae Hyun mengaku masih lajang dan belum memiliki istri sehingga Soo Yin mau menikah dengannya. Tapi fakta sebenarnya suaminya justru sudah memiliki istri dan anaksehingga mau tidak mau Soo Yin menjadi istri kedua. Itu sudah berlalu dan sudah dapat menerima semuanya.     

Kini Soo Yin dibohongi oleh Dae Hyun hanya karena bunga dan puisi. Jika dia tahu bukan suaminya yang mengirim sudah pasti dia akan mengembalikannya pada Kim Soo Hyun. Dia tidak akan begitu senang terhadap kata-kata itu. Padahal puisi itu selalu dibacanya ketika sendirian di malam hari saat tidak bisa tidur.     

Soo Yin duduk di lantai sembari menekuk kedua kaki untuk memangku kepalanya yang terasa berat. Inikah nasibnya yang selalu saja dibohongi. Mengapa takdir hidupnya begitu pilu seperti ini. Nyanyian hewan malam yang nyaring seolah-olah mereka sedang menertawakan nasibnya yang begitu buruk. Mereka seperti sedang membicarakan tentang kehidupannya yang malang.     

Hingga larut malam Soo Yin bahkan tidak beranjak dari balkon. Hingga ia mendengar suara mobil yang sudah tidak asing terdengar di telinganya. Jika biasanya Soo Yin merasa sangat senang karena suaminya malam-malam datang kini dirinya justru enggan untuk menemuinya.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras berulang-ulang. Namun Soo Yin tetap tidak beranjak dari tempatnya duduk. Ia malah membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes. Tidak ada gunanya menangisi orang seperti Dae Hyun.     

"Sayang, buka pintunya," ujar Dae Hyun sembari terus mengetuk pintu.     

"Aku mohon maafkan semua kesalahanku," ujar Dae Hyun kembali. Pria itu pantang menyerah demi mendapatkan pengampunan dari sang istri.     

Soo Yin mengulurkan tangan untuk meraih ponsel yang berada di dekatnya. Ia segera mengetik suatu pesan kemudian segera mengirimnya.     

Dae yang bersandar di pintu langsung memeriksa ponselnya ketika ada sebuah pesan singkat yang masuk.     

[Jangan menggangguku! aku ingin sendiri!] ~ Soo Yin.     

[Sayang, keluarlah. Aku mohon kepadamu] Dae Hyun segera mengirimkan balasan.     

Setelah menunggu beberapa saat, tidak lagi balasan dari Soo Yin sehingga Dae Hyun berusaha untuk menghubungi ponselnya. Hanya saja ponsel itu ternyata sudah tidak aktif, sepertinya Soo Yin sengaja mematikannya.     

"Jika kau tidak mau ke luar maka aku akan tidur di depan pintu!" seru Dae Hyun agar Soo Yin dapat mendengarnya.     

Soo Yin tidak peduli sama sekali. Dia tidak akan percaya begitu saja dengannya setelah dua kali merasa dibohongi. Rasanya teramat sakit. Soo Yin segera membuang secarik kertas yang berisi puisi dari Kim Soo Hyun dari balkon.     

Dia segera bergegas masuk ke dalam kamar sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya. Ternyata air mata itu tak lagi dapat dibendungnya lagi.     

Soo Yin meringkuk di atas ranjang. Menyesali semua kepercayaan yang diberikannya kepada Dae Hyun. Dia tidak ingin menjadi bodoh lagi. Bisa saja Dae Hyun berbohong tentang hal yang lain.     

"Sayang," panggilan Dae Hyun dari luar pintu. Ia masih berusaha agar istri kecilnya mau membuka pintu kamarnya. Namun tetap saja Soo Yin tidak mau membukanya meski Dae Hyun terus memohon.     

Dua jam kemudian ….     

Pada pukul dua dini hari keadaan sudah sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Dae Hyun di depan pintu.     

"Dasar pembohong!" gerutu Soo Yin sembari bangkit dari ranjang. Dia sangat yakin kalau Dae Hyun pasti sekarang sudah pergi dari villa itu.     

Soo Yin perlahan membuka pintu karena tenggorokannya terasa kering sejak tadi. Karena ada Dae Hyun Soo Yin menahan rasa hausnya hingga larut malam seperti ini.     

Begitu membuka pintu, Soo Yin membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ternyata Dae Hyun benar-benar meringkuk di depan pintu.     

Soo Yin pura-pura tidak melihatnya. Ia tetep melanjutkan langkahnya menuju dapur. Itu pasti hanya akal-akalan Dae Hyun saja. Soo Yin tidak habis pikir ternyata Dae Hyun pandai bersandiwara.      

"Dia pikir dengan dia tidur di lantai seperti ini aku akan iba," ucap Soo Yin seraya mendengus kesal. Ia mengambil segelas air minum dari dalam kulkas kemudian meneguknya hingga habis.     

"Malam-malam seperti ini kenapa Nona bangun?" ujar Bibi Xia yang baru saja ke luar dari kamarnya.     

"Aku merasa sangat haus," sahut Soo Yin.     

"Apa Tuan sudah tertidur?" tanya Bibi Xia.     

"Sudah, Bibi," sahut Soo Yin singkat.     

"Syukurlah, karena Tuan tadi kelihatan sangat pucat. Bahkan Tuan tampak sempoyongan ketika menaiki tangga. Bibi harap Tuan tidak demam," ujar Bibi Xia.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Soo Yin terbatuk mendengar pernyataan Bibi Xia.     

"Nona tidak apa-apa?" tanya Bibi Xia.     

"Aku tidak apa-apa, Bibi. Apa Tuan pernah demam?" Itu pertanyaan Soo Yin yang sedikit tidak masuk akal. Tentu saja seorang manusia pasti pernah demam.     

"Jarang, hanya saja Tuan jika merasa tubuhnya dingin biasanya ia akan demam. Pernah sekali Tuan demam selama seminggu dan berbohong pada keluarganya jika dia sedang pergi ke luar kota untuk mengurus …." ujar Bibi Xia yang terpotonng.     

"Bibi, aku kembali ke kamar terlebih dahulu," ujar Soo Yin yang langsung terburu-buru untuk melihat keadaan suaminya.     

Dae Hyun tengah meringkuk dengan kedua tangannya diapit di kedua kakinya. Matanya terpejam sembari menggigit bibir bawahnya. Soo Yin tadi tidak memperhatikan karena cahaya lampu yang remang-remang.     

Soo Yin berjongkok untuk melihat keadaan suaminya. Melihatnya seperti itu membuatnya semakin takut. Soo Yin memegang telapak tangan Dae Hyun yang memang terasa sangat dingin. Kemudian memegang kepalanya dengan punggung tangannya yang terasa panas. Soo Yin menjadi bingung, sebenarnya Dae Hyun itu panas atau dingin. Kenapa suhu tubuhnya seperti ini.     

"Dae Hyun," Soo Yin mengangkat kepala suaminya untuk meletakkannya di atas pangkuannya.     

Dae Hyun membuka matanya yang sayu sembari tersenyum. Ia meraih tangan Soo Yin untuk menggenggamnya dengan erat.     

"Akhirnya kau ke luar juga," ujar Dae Hyun sambil meletakkan telapak tangan Soo Yin yang digenggamnya di bibir. Wajahnya benar-benar sangat pucat.     

Soo Yin tidak menyangka jika pria yang terlihat kuat seperti Dae Hyun bisa demam juga.     

"Ayo, kita ke dalam. Sepertinya kau demam," ujar Soo Yin hendak untuk berdiri namun Dae Hyun menahannya pergelangan tangannya.     

"Aku baik-baik saja," ujar Dae Hyun sembari mengusap pipi Soo Yin. Melihat istri tercinta di dekatnya membuat dirinya merasa baik-baik saja.     

"Sudah, ayo berdiri." Soo Yin berusaha berdiri meskipun sulit karena harus memapah tubuh Dae Hyun yang cukup berat.      

Dengan susah payah dan pelan-pelan akhirnya Soo Yin berhasil membawa Dae Hyun ke atas ranjang. Dia bingung harus memberi obat seperti apa karena Dae Hyun menggigil namun tubuhnya terasa panas. Soo Yin hanya menutupi tubuh suaminya dengan selimut tebal.     

Soo Yin hendak turun untuk mengambil remote untuk mengatur suhu hangat namun Dae Hyun justru menariknya.     

"Jangan pergi," ucap Dae Hyun dengan bibir bergetar dan mata yang terpejam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.