Istri Simpanan

Bab 103 - Antara Kesal dan Kasihan



Bab 103 - Antara Kesal dan Kasihan

0Seandainya dia tidak mendadak sakit begini Soo Yin memastikan terus membiarkannya tidur di luar. Ia hanya tidak ingin menjadi istri yang kejam saat ini.     

"Aku hanya akan mengambil remote agar suhunya lebih hangat sebentar," ujar Soo Yin seraya melepaskan tangan Dae Hyun dari pinggangnya.     

"Aku hanya membutuhkan dirimu," rengek Dae Hyun.     

Soo Yin memutar bola matanya melihat suaminya bertingkah seperti itu.     

"Sebaiknya aku menghubungi Dokter Kang saja. Aku khawatir dengan kondisimu," ujar Soo Yin yang hendak meraih ponselnya yang berada di atas nakas.     

"Jangan! aku benci jika harus disuntik." Dae Hyun membuka matanya yang sedikit memerah.     

"Baiklah." Soo Yin tidak ingin berdebat sehingga memilih menuruti permintaan Dae Hyun. Ia hanya berdiri sebentar untuk mengatur suhu menggunakan remote kemudian bergegas naik ke atas ranjang. Sungguh dirinya tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Hatinya kini berada di antara kesal dan kasihan.     

Dae Hyun beringsut menyandarkan kepalanya di dada Soo Yin. Soo Yin merasakan tubuh Dae Hyun kini benar-benar terasa dingin. Soo Yin menggenggam tangan Dae Hyun dengan erat. Kini dia bisa melihat sosok pria perkasa yang dikenalnya tampak tidak berdaya menahan sakitnya.     

"Apa masih terasa dingin?" tanya Soo Yin.     

"Soo Yin, tolong maafkan aku," ucap Dae Hyun dengan tatapan nanar. Dia sungguh bersalah sudah membohongi istri kecilnya.     

"Sudah, bukan waktunya untuk membicarakan semua itu," ujar Soo Yin. Dia akan tetap memperhitungkan hal itu setelah Dae Hyun sembuh.     

"Apa kau tidak mau memaafkanku?" ucap Dae Hyun dengan tatapan memohon.     

"Tidak usah membicarakannya sekarang. Tidurlah, agar kau lekas sembuh," ujar Soo Yin segera memalingkan wajahnya. Jika mengingat bagaimana Dae Hyun membohonginya tentu saja masih marah. Namun sebagai seorang wanita dia masih memiliki hati nurani mana mungkin dia akan tetap marah saat suaminya sakit seperti ini.     

Setelah satu jam suhu Dae Hyun perlahan sudah membaik. Dia sudah tidak menggigil lagi.     

Soo Yin yang sudah mengantuk menyandarkan kepalanya di sisi ranjang. Saat tidak ada Dae Hyun di sampingnya ia merasa tidak bisa tidur namun kini entah kenapa justru matanya terasa sangat berat.     

==============================     

Soo Yin mengerjapkan kedua matanya saat sinar mentari pagi menerobos melalui celah jendela. Dilihatnya Dae Hyun yang masih tertidur pulas menyandarkan kepalanya di dadanya dengan tangan yang melingkar di perutnya.     

Soo Yin menggeser tubuhnya agar terlepas dari Dae Hyun namun pria itu justru semakin mengeratkan pelukannya.     

"Jam berapa sekarang?" tanya Dae Hyun dengan suara seraknya.     

"Sudah pukul tujuh pagi," sahut Soo Yin singkat seraya berusaha melepaskan diri.     

"Benarkah? aku harus segera pergi bekerja." Dae Hyun langsung buru-buru duduk sembari memegang kepalanya yang agak terasa pusing.     

"Apa kau akan tetap pergi bekerja padahal kondisi tubuhmu masih sakit? kau bahkan bekerja lebih keras dari pada karyawanmu," seru Soo Yin seraya berdecak. Sungguh dirinya tidak habis pikir jika suaminya selalu mementingkan pekerjaan dari pada kondisi tubuhnya.     

"Sayang, aku harus menyelesaikan pekerjaanku," ujar Dae Hyun dengan suara serak.     

"Kalau begitu pergilah dan jangan pernah menemuiku lagi," ancam Soo Yin. Semalaman ia mengkhawatirkannya hingga hanya sebentar saja tertidur namun kini justru pria itu malah akan tetap pergi bekerja. Soo Yin merasa menyesal mengenai kekhawatirannya semalam.     

"Bukan begitu, hanya saja aku takut Aeri akan menyuruh investor yang dikenalnya untuk menarik semua investasinya," ujar Dae Hyun. Ia teringat kembali saat dahulu hendak meminta berpisah dengan Aeri yang ternyata Aeri menghasut para relasinya sehingga hotel itu kekurangan uang. Dia tidak ingin hal itu terjadi lagi.     

"Memangnya ada apa dengan Aeri? kenapa dia akan melakukannya?" tanya Soo Yin sembari menautkan kedua alisnya.     

"Aku semalam menyuruhnya untuk pergi dari rumah," sahut Dae Hyun.     

"Kenapa begitu?"     

"Chang Yuan mendapatkan bukti foto dia sedang berselingkuh dengan pria lain," ujar Dae Hyun.     

"Berselingkuh? siapa pria itu?" Meskipun Soo Yin sudah bisa menebak namun dirinya berpura-pura tidak tahu.     

"Hmmm, dia pergi ke club malam bersama Manajer Han dan kemudian mereka pergi ke apartemennya. Aku menyuruhnya untuk pergi hari ini. Semoga saja dia tidak mengelak sehingga kita bisa bersama dengan statusmu sebagai istriku satu-satunya." Dae Hyun menggenggam tangan Soo Yin kemudian menaruhnya di pipi.     

"Ingat, aku belum memaafkanmu," ucap Soo Yin sembari menarik tangannya. Ia segera bergegas masuk ke dalam kamar mandi.     

Dae Hyun hanya bisa memijat pelipisnya karena kepalanya masih agak terasa nyeri. Hari ini adalah hari libur sehingga Dae Hyun berharap jika tidak akan terjadi apapun terhadap hotel itu. Ia tidak ingin mengorbankan perasaannya lagi.      

Dae Hyun segera menghubungi Chang Yuan untuk mengawasi Aeri dan Han. Memintanya agar segera menghubungi nomernya jika terjadi sesuatu yang mencurigakan. Ia kemudian membaringkan kembali tubuhnya di atas ranjang.     

Soo Yin ke luar dari kamar mandi. Ia sudah mengganti pakaiannya di dalam. Ada sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya sehingga Soo Yin segera memeriksa. Barang kali ada sesuatu yang penting.     

[Soo Yin, apa kau ada waktu? jika ada, mari kita pergi ke universitas karena sebentar lagi pendaftaran mahasiswa akan segera dibuka. Aku akan mengajak Jean juga] ~ Jae-hwa.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu akan melanjutkan pendidikannya atau tidak. Padahal sejak kecil ingin sekali ia menjadi seorang dokter. Soo Yin sepertinya harus mengubur dalam-dalam semua impiannya. Mana mungkin dirinya bisa masuk universitas sedangkan biaya untuk menjadi seorang dokter sangatlah mahal. Dipandanginya sekilas pria yang tengah berbaring di ranjang. Mulutnya sudah terbuka ingin mengatakan sesuatu hanya saja Soo Yin mengurungkan niatnya. Ia tetap masih merasa kesal dengan kebohongan Dae Hyun.     

Soo Yin tidak membalas pesan Jae-hwa. Ia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia segera turun untuk mengambilkan sarapan untuk Dae Hyun. Memang Soo Yin masih marah namun dirinya tidak tega jika membiarkan suaminya tidak sarapan. Ia hanya mencoba untuk membalas semua kebaikan Dae Hyun padanya selama ini.     

Setelah tidak ada tanda-tanda keberadaan Soo Yin di luar, Dae Hyun duduk kemudian menyandarkan kepalanya di ranjang. Ia begitu penasaran siapa yang mengirim pesan pada istrinya pagi-pagi seperti ini. Bukan tidak percaya jika Soo Yin setia padanya. Ia hanya merasa perlu tahu pesan itu. Tadi tanpa sengaja ia mengintip ekspresi Soo Yin saat membaca pesan itu. Dae Hyun melihat wajah Soo Yin yang langsung berubah muram.     

Dae Hyun mulai membaca isi pesan yang ternyata adalah dari Jae-hwa.     

'Maafkan aku, Soo Yin jika aku belum bisa membahagiakanmu. Bahkan sempat melarangmu untuk melanjutkan pendidikan,' batin Dae Hyun.     

Untuk meminta maaf atas semua kesalahannya sepertinya ia perlu mengabulkan permintaan istri kecilnya. Dae Hyun juga menyayangkan jika Soo Yin tidak melanjutkan pendidikannya karena ia masih sangat muda.     

Dae Hyun buru-buru menaruh ponsel Soo Yin di atas nakas karena ia sepertinya mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat.     

Soo Yin kembali ke dalam kamar sembari membawa nampan di tangannya. Ada juga obat yang diberikan oleh Bibi Xia yang biasa diminum Dae Hyun saat sakit.     

"Bangunlah, kau harus sarapan agar lekas sembuh," ujar Soo Yin dengan datar. Ia membantu Dae Hyun untuk bersandar di bantal agar lebih nyaman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.