Istri Simpanan

Bab 104 - Jangan mencoba merayuku



Bab 104 - Jangan mencoba merayuku

Dae Hyun kini sudah duduk bersandar pada bantal di sisi ranjang. Ia terus mengamati wajah cantik istrinya.     

"Sayang, jika kau ingin pergi melihat universitas maka pergilah," ujar Dae Hyun dengan lembut. Ia memberanikan diri untuk mengatakannya.     

Soo Yin menyipitkan matanya. Bagaimana bisa dia mengetahui jika akan pergi ke universitas? apakah dia melihat pesanku? batin Soo Yin.     

Soo Yin memilih diam. Dia hanya menyendok bubur kemudian menyuapkannya pada Dae Hyun. Ini pasti hanya sebuah rayuan agar mau memaafkannya sehingga Dae Hyun mengizinkannya pergi. Padahal waktu itu Dae Hyun sepertinya tidak berniat untuk mengizinkannya kuliah.     

Dae Hyun tidak perlu merasa khawatir jika Soo Yin bersama dengan Jae-hwa karena ada Jean bersama mereka. Lagi pula Dae Hyun juga sudah mendapatkan cinta istri kecilnya. Yah, walaupun karena kesalahannya kini istrinya kembali marah.     

"Pergilah," pinta Dae Hyun sekali lagi.     

"Tidak perlu, aku tidak akan melanjutkan kuliah," ujar Soo Yin tanpa menanyakan bagaimana Dae Hyun bisa mengetahuinya.     

"Soo Yin, bukankah kau ingin menjadi dokter?" tanya Dae Hyun.     

"Dari mana kau mengetahuinya?" tanya Soo Yin singkat. Sepertinya dia tidak pernah mengatakannya kepada siapapun selama ini. Ia hanya pernah mengatakannya kepada Jean dan Jae-hwa saja. Tidak mungkin jika Dae Hyun akan repot-repot menanyakannya kepada mereka.     

"Kau harus melanjutkan cita-citamu sehingga jika kelak aku tua dan sakit seperti ini kau bisa merawatku," ujar Dae Hyun seraya mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Soo Yin.     

"Siapa juga yang akan menua bersama pria pembohong sepertimu?" cibir Soo Yin secara terus terang tanpa ada yang disembunyikan di hatinya. Ia sudah terlalu lelah untuk memendam semuanya sendirian.     

"Jadi kau sudah melupakan ini semua," ujar Dae Hyun sembari mengeluarkan perekam yang berbentuk seperti pena. Sebuah rekaman suara Soo Yin yang berjanji tidak akan meninggalkannya sampai kapanpun.     

Tiba-tiba saja ponsel Soo Yin berdering sehingga ia langsung meraihnya segera untuk menjawabnya.     

"Jae-hwa, ada apa?" tanya Soo Yin setelah menjawab panggilannya.     

"Apa kau sudah membaca pesan yang aku kirim?" tanya Jae-hwa.     

"Oh, itu. Iya, aku baru saja selesai membacanya," ujar Soo Yin.     

"Bagaimana, apa kau ada waktu?" tanya Jae-hwa.     

Soo Yin memandang ke arah Dae Hyun yang tampak sedang mendengarkan percakapannya dengan Jae-hwa. Dae Hyun menganggukan kepalanya agar Soo Yin menyetujui ajakan Jae-hwa. Dia tidak perlu khawatir karena nanti akan menghubungi Chang Yuan agar menyuruh salah satu anak buahnya mengikuti Soo Yin.     

"Baiklah, kita bertemu di cafe biasa kita berkumpul," ujar Soo Yin.     

"Ok, sampai jumpa." Jae-hwa segera menutup teleponnya.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya. Ia kembali menyuapi Dae Hyun hingga makanannya habis tanpa berkata apa-apa lagi.      

Dae Hyun merasa sangat senang dengan istri kecilnya. Meski sedang marah namun masih perhatian kepadanya. Ia pikir semalam akan mengacuhkannya karena sedang marah.     

"Sayang, kau memang istri terbaik," puji Dae Hyun sembari tersenyum.     

"Tidak usah mencoba untuk merayuku karena itu tidak akan merubah segalanya," ujar Soo Yin sembari mencibir. Dia tidak akan begitu mudah memaafkan pria yang telah berbohong dua kali padanya.     

"Sayang, katakan bagaimana caranya agar kau memaafkanku?" tanya Dae Hyun penuh harap.     

"Silahkan kau pikirkan sendiri caranya," ucap Soo Yin. Ia segera bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dan tidak lupa mengambilkan pakaian yang akan dikenakan oleh suaminya.     

"Aku pergi dulu," ujar Soo Yin dengan singkat sembari melenggang ke luar dari kamar.     

Dae Hyun hanya menghela napas panjang. Ia sepertinya harus berusaha lebih keras lagi agar Soo Yin mau memaafkannya kali ini. Tidak disangka istrinya benar-benar marah akan hal itu.     

===============================     

UN Village.     

Aeri yang merasa posisinya di rumah itu terancam akan melakukan segala cara agar Dae Hyun tunduk padanya. Dia tidak akan rela jika ada yang menggantikan posisi yang sudah dengan susah payah diraihnya.     

Biasanya di pagi seperti ini Jo Yeon Ho akan menghampiri kamarnya untuk mencari ayahnya. Terlebih lagi hari ini adalah libur sudah pasti Jo Yeon Ho akan segera masuk.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar suara ketukan pintu sehingga Aeri langsung membuka lemari untuk mencari koper. Ia sudah mengeluarkan beberapa potong pakaian di ranjang.     

"Ibu, apa aku boleh masuk?" ujar Jo Yeon Ho dari luar. Anak itu menempelkan kepalanya di pintu.     

"Masuklah!" seru Aeri dari dalam. Ia langsung memasang wajah yang begitu menyedihkan.     

"Dimana Ayah?" tanya Jo Yeon Ho yang memandang ke sekeliling ruangan namun tidak menemukan sosok yang dicarinya.     

"Ayah … Ayahmu pergi sejak semalam," ujar Aeri sembari terisak-isak.     

Jo Yeon Ho mengerutkan keningnya. Ia merasa heran melihat ibunya yang tampak sedih tidak seperti biasanya.     

"Ibu mau kemana? Kenapa mengemasi pakaian?" tanya Jo Yeon Ho.     

"Yeon Ho, maafkan ibu. Mungkin mulai sekarang kita akan jarang bertemu lagi," ujar Aeri yang sesenggukan sembari mendekap Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya.     

"Apa maksud Ibu?" Anak berusia 6 tahun itu belum mengerti perkataan Aeri.     

"Semalam Ayahmu …." Aeri sengaja tidak melanjutkan kata-katanya.     

"Ada apa dengan Ayah?" tanya Jo Yeon Ho dengan polos.     

"Ayah mengusir ibu dari rumah ini sehingga ibu akan pergi sekarang juga." Aeri melepaskan dekapannya kemudian mengusap air mata yang membasahi pipinya.     

"Kenapa?" Jo Yeon Ho menyipitkan matanya.     

"Ibu juga tidak tahu apa sebenarnya salah ibu. Kita sepertinya akan berpisah, Yeon Ho," ujar Aeri dengan deraian air mata.     

"Aku tidak ingin berpisah dengan Ibu." Jo Yeon Ho memeluk tubuh Aeri dengan tangan mungilnya sangat erat.     

"Benarkah?" tanya Aeri dengan perasaan senang. Tidak menyangka jika kini putranya sudah luluh kepadanya.     

Jo Yeon Ho menganggukkan kepalanya berulang kali yang menandakan tidak ingin berpisah dengan Aeri.     

"Jika kau tidak ingin berpisah dengan ibu maka kau harus memohon pada Ayah agar tidak mengusir ibu dari rumah ini. Apa kau mau melakukannya?" Aeri melepaskan pelukan Jo Yeon Ho kemudian memegang kedua bahu anak itu.     

"Tentu, nanti aku akan memohon kepada Ayah," sahut Jo Yeon Ho dengan begitui yakin.     

"Kau tahu jika ayah mengusir ibu dari rumah ini maka ayahmu pasti akan menikah lagi sehingga kau akan memiliki ibu tiri yang sangat kejam. Kau akan dipukuli olehnya jika ayahmu sedang tidak berada di rumah. Ayahmu bahkan tidak akan menyayangimu lagi," ujar Aeri panjang lebar untuk meyakinkan putranya bahwa memiliki ibu tiri bukanlah hal yang baik.     

"Benarkah seperti itu?" tanya Jo Yeon Ho.     

"Tentu saja benar, maka dari itu apapun yang terjadi kau tidak boleh membiarkan ayah mengusir ibu," ucap Aeri.     

"Baiklah."     

Aeri tersenyum licik terukir di bibirnya. Dengan adanya Jo Yeon Ho maka Dae Hyun tidak akan semudah itu mengusirnya dari rumah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.