Istri Simpanan

Bab 110 - Kau adalah obat untukku



Bab 110 - Kau adalah obat untukku

0Setelah sampai di kamar Soo Yin meletakkan nampannya di atas nakas. Ia mulai meletakkan nasi dan sup ke dalam mangkuk.     

Dae Hyun menyeret kakinya mengikuti langkah Soo Yin kemudian duduk di sisi ranjang. Lehernya terasa sakit karena tadi tidur dengan tidak benar.     

"Makanlah." Soo Yin menyodorkan mangkuk beserta sendok pada suaminya.     

"Aku ingin kau menyuapiku," rengek Dae Hyun. Ia sama sekali tidak mengulurkan tangannya untuk menerima mangkuk yang disodorkan Soo Yin.     

"Ya ampun sejak kapan kau bertingkah manja seperti ini? apa selama ini Aeri tidak pernah memperhatikanmu?" ucap Soo Yin dengan nada yang sedikit sinis. Meski kesal Soo Yin tetap menyendokkan makanan itu kemudian menyodorkannya pada Dae Hyun.     

"Kalau kau masih marah aku akan mogok makan," ancam Dae Hyun. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak mau membuka mulutnya meski perutnya terasa perih.     

Soo Yin memutar bola matanya. Sejak kapan pria ini menjadi manja dan bertingkah seperti anak kecil. Bukankah seharusnya dirinya yang bertingkah seperti itu? Apakah dunia sudah benar-benar terbalik?     

"Baiklah, aku tidak marah lagi," ucap Soo Yin dengan memasang wajah datar.     

"Kau seperti tidak ikhlas," protes Dae Hyun.     

"Sudah, jangan banyak bicara," ucap Soo Yin dengan rasa kesal. Lama-lama kesabarannya akan hilang menghadapi tingkah suaminya.     

Dae Hyun akhirnya membuka mulutnya sembari terus memandangi wajah cantik istrinya. Sebenarnya dia tidak mau makan karena tadi mendapat kabar dari anak buahnya jika Soo Yin pergi bersama dengan Kim Soo Hyun. Selera makannya benar-benar menghilang tadi siang.     

"Apa kau tahu jika Kim Soo Hyun menyukaiku?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari bibir Soo Yin. Ia penasaran apa suaminya tahu mengenai hal ini.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Tenggorokan Dae Hyun tiba-tiba saja tercekat seperti ada yang menyangkut saat mendengar pertanyaan istrinya.     

"Pelan-pelan!" Soo Yin menyodorkan segelas air minum pada suaminya. Yang langsung ditenggak habis oleh Dae Hyun.     

"Dari mana kau mengetahuinya?" tanya Dae Hyun sembari menatap Soo Yin. Ia sebenarnya ingin mengetahui reaksi dari istri kecilnya     

"Jean yang mengatakannya," sahut Soo Yin dengan jujur.     

"Lalu bagaimana menurutmu? apa kau akan menerimanya?" tanya Dae Hyun.     

"Bisa jadi, lagi pula dia itu masih muda dan sangat tampan. Jika aku bersamanya pasti sangatlah cocok," ucap Soo Yin dengan wajah berseri-seri. Seolah-olah ia sangat bahagia mengetahui bahwa Kim Soo Hyun menyukainya. Ia ingin kembali membuat suaminya terbakar api cemburu.     

Dae Hyun tidak menjawab. Ia malah berdiri untuk kemudian melangkahkan ke kamar mandi hingga ia memuntahkan isi perutnya. Pernyataan istrinya membuat perutnya terasa mual.     

Soo Yin tersenyum puas karena sudah berhasil membuat suaminya cemburu. Itu salahnya sendiri karena berbohong kepadanya. Namun Soo Yin segera melangkahkan mendekati pintu kamar mandi ketika mendengar Dae Hyun muntah-muntah. Suaranya terdengar begitu nyaring.     

"Apa kau baik-baik saja?" seru Soo Yin dari luar. Ia menjadi cemas keadaan suaminya.     

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar bunyi air mengalir di westafel. Dae Hyun merasa kesal dengan tubuhnya yang kini menjadi lemah seperti ini.      

Dae Hyun ke luar sambil menekuk wajahnya tanpa melihat ke arah istri kecilnya. Ia sangat marah mendengar jawabannya tadi.     

"Duduklah! aku akan mengoleskan minyak angin di tubuhmu," ujar Soo Yin yang mendorong tubuh kekar Dae Hyun agar duduk di sisi ranjang.     

"Tidak perlu, aku tidak selemah yang kau pikirkan," tolak Dae Hyun dengan cuek.     

"Sudah, tidak usah keras kepala!" Soo Yin mulai membuka kancing kemeja Dae Hyun satu per satu. Kemudian melepaskan bajunya hingga ia dapat melihat tubuh kekar dan berotot milik suaminya.      

Soo Yin segera mengoleskan minyak angin di punggung Dae Hyun agar tubuhnya menjadi hangat. Sepertinya dia masuk angin.     

Dae Hyun merasa sensasi lain saat Soo Yin mengusap perutnya yang seperti roti sobek. Namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terlalu lemah sehingga tidak bisa melakukannya.     

"Apa kau serius dengan perkataanmu?" ujar Dae Hyun. Ia sangat penasaran dengan hal itu. Lebih baik menghilang dari dunia ini dari pada harus kehilangan Soo Yin.     

"Hmm," sahut Soo Yin tidak ada niat untuk menjawab pertanyaannya. Ia hendak berdiri untuk meletakkan minyak angin di atas nakas namun Dae Hyun menariknya hingga dia kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh ke dalam dada bidang yang tidak terhalang kain.     

"Aku mohon jangan tinggalkan aku." Dae Hyun memeluk istrinya dengan erat. Kemudian menyembunyikan kepalanya di ceruk sang istri. Ia tidak peduli jika Soo Yin menganggapnya bertingkah seperti anak kecil. Ia benar takut untuk kehilangannya.     

Soo Yin tidak menjawab. Ia hanya membalas pelukan Dae Hyun dengan mengusap punggungnya. Bagaimana mungkin dia akan pergi meninggalkannya. Jika berada jauh darinya saja hatinya terus khawatir. Soo Yin meletakkan wajahnya di bahu Dae Hyun.     

"Kenapa kau tidak memberitahu jika Kim Soo Hyun menyukaiku?" tanya Soo Yin.     

"Apakah ada seorang suami yang akan mengatakan kepada istrinya jika ada seorang pria lain yang juga mencintai sang istri?" Dae Hyun justru berbalik tanya.     

"Bukan seperti itu, jika kau mengatakannya padaku setidaknya aku akan bersikap lebih berhati-hati lagi," sahut Soo Yin sembari menepuk punggung Dae Hyun.     

"Aku tidak ingin kau tergoda olehnya," ucap Dae Hyun lirih.     

"Aku ingin tahu dari mana kau mengetahui jika adikmu memiliki perasaan terhadapku?" Soo Yin perlahan melepaskan pelukannya.      

"Aku tahu karena Ayah yang mengatakannya tepat ketika ayah mengetahui hubungan kita." Dae Hyun menghela napas panjang kemudian menatap Soo Yin.     

"Ayah mengetahui hal ini juga?" Soo Yin tidak habis pikir jika ayah mertuanya juga tahu tentang hal ini.     

"Hmmm, namun ayah berpesan agar Kim Soo Hyun tidak tahu mengenai hubungan kita sebelum dia mempelajari bisnis perhotelan. Kau harus tahu jika Kim Soo Hyun mau bekerja di hotel karena dia ingin dekat denganmu." Dae Hyun mengatakan semuanya dengan jujur mengenai adiknya. Dia tidak ingin menyembunyikan apapun pada istrinya. Inilah saat yang tepat untuk mengatakan semuanya dengan tuntas.     

Soo Yin tidak habis pikir jika kedua pria bersaudara menyukai dirinya yang hanya seorang gadis biasa. Padahal mereka lebih pantas mendapatkan yang lebih baik darinya.      

"Tubuhmu terasa panas, sebaiknya kau minum obat terlebih dahulu," ujar Soo Yin.     

"Aku tidak butuh obat. Aku hanya membutuhkanmu untuk tetap berada di sisiku, bagiku kau adalah obat segala penyakit," ujar Dae Hyun menatap Soo Yin dengan tatapan yang nanar.     

Dae Hyun mengusap bibir Soo Yin dengan ibu jarinya kemudian menempelkan bibirnya beberapa saat sebelum akhirnya melepasnya. Ia tidak membutuhkan obat apapun. Ia hanya membutuhkan sentuhan hangat Soo Yin untuk mengobati semua sakit yang terjadi di tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.