Istri Simpanan

Bab 114 - Menaklukkan melalu keluarganya



Bab 114 - Menaklukkan melalu keluarganya

0Dae Hyun terus melangkahkan kakinya hingga ia sampai di dekat bangku panjang yang berada di halaman samping. Di sana cahayanya remang-remang karena sinar lampu terhalang pepohonan. Ia berdiri sambil memasukkan tangannya di saku celana.     

"Aku ingin membawa pulang Yeon Ho. Ku harap kau tidak keberatan," ujar Dae Hyun ketika Aeri sudah sampai satu meter di belakangnya. Ia berusaha berbicara dengan tenang dan tidak menggunakan emosinya.     

"Jo Yeon Ho tidak akan mau pulang jika tidak bersamaku," sahut Aeri dengan senyum penuh percaya diri.     

"Yeon Ho tidak pernah suka padamu sehingga aku yakin dia bisa hidup tanpamu. Lagi pula sejak kecil ia sudah terbiasa," ujar Dae Hyun sembari berbalik ke belakang untuk memandang Aeri.     

"Apa kau yakin? dia bahkan kemarin meminta ikut pergi bersamaku setelah kau mengusirku," ujar Aeri sembari terkekeh. Ia merasa lucu dengan Dae Hyun yang terlalu percaya diri.     

"Itu pasti karena kau telah merayunya. Seharusnya kau senang karena aku melepaskanmu, dengan begitu kau akan bebas melakukan apapun dengan Han," cibir Dae Hyun.     

"Jadi kau sungguh menuduhku berselingkuh dengannya?" ujar Aeri dengan sedikit emosi dan berkaca-kaca. Ia mulai memainkan aktingnya kembali. Meski dirinya mencintai Han namun Aeri tidak ingin melepaskan Dae Hyun.     

"Kau pikir selama ini aku bodoh?" ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Tatapannya berapi-api ke arah Aeri.     

"Dae Hyun, kau sungguh kejam!" ujar Aeri yang terisak-isak kemudian berlari masuk ke dalam rumah. Ia melakukan ini agar Jo Yeon Ho melihat bahwa Dae Hyun menyakitinya.     

Dae Hyun mengusap wajahnya dengan gusar dan putus asa. Ia terpaksa mengikuti langkah Aeri. Sungguh sangat menyebalkan jika ia sudah berakting seperti itu.     

"Ayah, kenapa membuat Ibuku menangis?" Jo Yeon Ho yang marah pada Dae Hyun. Namun ekspresinya malah membuatnya terlihat lucu.     

"Ayah tidak melakukan apapun. Yeon Ho, ayo kita pulang," bujuk Dae Hyun tanpa memperdulikan Aeri yang terus terisak.     

"Aku akan pulang namun setelah Ayah meminta maaf pada Ibu. Ayah juga harus membawa Ibuku pulang," ucap Jo Yeon Ho yang kemudian menghampiri Aeri. Ia memeluk kaki Aeri dengan tangan kecilnya.     

"Menantuku, jika kalian ada masalah sebaiknya diselesaikan baik-baik. Jangan seperti ini yang bisa mengorbankan perasaan Yeon Ho." Ny Sun Book ikut angkat bicara. Ia akan berusaha keras agar Dae Hyun tidak menceraikan putrinya. Ia tidak ingin kehilangan ATM berjalan sehingga tidak perlu bersusah payah bekerja.     

"Ibu, sudahlah. Dae Hyun tidak akan mendengarkan perkataan Ibu," ujar Aeri di sela-sela isakannya.     

"Yeon Ho, maafkan ibu jika selama ini tidak bisa merawat Jo Yeon Ho dengan baik." Aeri berlutut kemudian merengkuh wajah putranya.     

"Ibu, aku tidak akan pergi bersama Ayah jika Ibu tidak ikut," ucap Jo Yeon Ho seraya mengusap air mata Aeri dengan tangan mungilnya. Dia tidak ingin melihat ibunya sedih.     

Dae Hyun tidak tahu harus berbuat apa. Pantas saja ia merasa ada yang aneh dengan Aeri kali ini. Ternyata ia sudah memiliki Jo Yeon Ho yang berpihak kepadanya. Jika ia tetap meninggalkan putranya ia takut Aeri akan melakukan hal yang buruk terhadapnya.     

"Yeon Ho, pergilah bersama Ayah." Aeri mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala Jo Yeon Ho.     

"Ayah, tolong bawa ibu bersama kita," ujar Jo Yeon Ho yang tiba-tiba saja memeluk kaki Dae Hyun dengan erat. Ia menangis sesenggukan. Anak itu tidak ingin berpisah dengan ibunya.     

Dae Hyun sungguh tidak tega melihat putranya menangis. Tindakan Aeri kini benar-benar di luar dugaannya.     

"Ayah, aku mohon jangan pisahkan kami," ujar Yeon Ho yang terus mengeratkan pelukannya di kaki Dae Hyun.     

Dae Hyun menjadi dilema saat ini. Ingin meninggalkan putranya bersama Aeri tapi dia sungguh tidak bisa melakukan hal itu. Ia tidak ingin kehilangan putranya.     

"Baiklah, kita pulang bersama ibu," ujar Dae Hyun dengan terpaksa menuruti kemauan putranya.     

Aeri rasanya ingin meloncat karena merasa sangat senang. Usahanya untuk bertahan melalui Jo Yeon Ho sepertinya lebih mudah dari pada harus menemui para investor tua Bangka yang kerap menginginkan tubuhnya. Namun Aeri hanya memasang ekspresi wajah datar agar tidak terlalu menampakkan rasa senangnya.     

"Benarkah?" ucap Jo Yeon Ho yang langsung menghentikan tangisnya. Matanya berbinar-binar mendengar pernyataan ayahnya.     

"Hmm," sahut Dae Hyun dengan rasa malas. Sepertinya dia harus memiliki rencana lain untuk bisa benar-benar lepas dari Aeri.     

"Syukurlah, ternyata kalian hanya salah paham. Aeri, kau juga tidak boleh langsung pergi begitu saja. Ibu yakin karena Dae Hyun sedang emosi sehingga berbicara seperti itu," timpal Ny Sun Book. Ia tersenyum senang sembari melirik putrinya. Ternyata idenya untuk berbuat baik pada cucunya sangatlah bermanfaat.     

"Ya sudah, sebaiknya kami pergi sekarang juga karena kedua orang tuaku tengah menunggu Jo Yeon Ho," pamit Dae Hyun yang sudah tidak ingin berlama-lama di rumah itu.     

"Kalau begitu hati-hati di jalan. Ibu titip salam kepada mereka," ujar Ny Sun Book.     

Dae Hyun akhirnya menganggukan kepalanya sebelum akhirnya mengajak Jo Yeon Ho untuk naik ke dalam mobilnya. Sedangkan Aeri tentu saja langsung ikut masuk ke dalam mobil tanpa peduli jika Dae Hyun tidak senang.     

Bayangan untuk segera terlepas dari Aeri belum bisa terwujud. Ini semakin membuatnya kesal. Dae Hyun membiarkan Aeri duduk di belakang bersama dengan Jo Yeon Ho padahal hal itu sesuatu yang sangat jarang terjadi.     

===============================     

Selama dalam perjalanan Dae Hyun sama sekali tidak berniat untuk mengatakan apapun meski Aeri terus mengajaknya mengobrol.     

Saat tiba di UN Village ternyata Jo Yeon sudah tertidur pulas sehingga Dae Hyun langsung membawanya ke dalam kamar.     

Sedangkan Aeri masih di bawah menemui mertuanya.     

"Aeri, kau tidak boleh pergi dengan tiba-tiba seperti itu," ujar Ny Park yang duduk di samping Aeri.     

"Ibu, maafkan aku. Aku hanya menuruti perkataan Dae Hyun agar aku pergi dari rumah ini. Padahal hatiku sangat sedih saat melangkah ke luar," ucap Aeri dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.     

"Dae Hyun mungkin hanya cemburu sehingga ia menjadi emosi seperti itu. Seorang pria memang seperti itu, ia akan sangat marah jika mengetahui istrinya bersama pria lain," ujar Ny Park sembari tersenyum untuk menenangkan menantunya.     

Park Ji Hoon hanya terdiam sambil mendengarkan istrinya yang tengah merayu Aeri untuk tetap tinggal. Ia tidak mengetahui apa yang sebelumnya terjadi namun ia sangat yakin jika Dae Hyun melakukan itu pasti ada alasan kuat di baliknya.     

Aeri menyandarkan kepalanya di bahu Ny Park. Jika dia tidak bisa menaklukkan Dae Hyun dengan hatinya maka dia akan menaklukkan Dae Hyun dengan anggota keluarganya. Dia harus membuat keluarganya berpihak kepadanya dengan begitu Dae Hyun pasti tidak bisa berbuat apa-apa.      

"Pergilah ke atas. Susul Dae Hyun di kamarnya, jelaskan padanya jika kau tidak melakukan semua yang dituduhkan kepadamu," ujar Ny Park. Ia ingin melihat rumah tangga putranya kembali utuh seperti semula.     

"Baiklah, kalau begitu aku akan ke atas." Aeri segera menaiki tangga sambil menyeka air matanya. Tidak disangka ternyata tidak butuh waktu lama untuk kembali ke dalam rumah itu.     

Aeri segera menaiki tangga menuju kamarnya. Ia perlahan membuka pintu kamar, ternyata Dae Hyun baru saja membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.     

"Terima kasih sudah membawaku kembali ke dalam rumah ini," ucap Aeri seraya tersenyum merekah.     

"Aku melakukannya demi Yeon Ho. Kau tidak usah mengira jika aku masih menginginkanmu tetap tinggal di rumah ini," ujar Dae Hyun dengan nada datar sembari menautkan kancing bajunya.     

"Bagiku itu tidak masalah sama sekali. Dae Hyun, kau tidak akan bisa mengusirku dari rumah ini," ucap Aeri dengan tersenyum licik. Ia tidak perlu bersikap baik kepada Dae Hyun karena sepertinya percuma saja.     

"Kita lihat saja nanti," ujar Dae Hyun. Ia meraih bantal dan selimut untuk dibawanya ke dalam ruang kerjanya. Ia lebih baik tidur di sana saja dari pada tidur seranjang dengan wanita licik seperti Aeri.     

Aeri merasa sangat marah sehingga ia membuang semua barang-barang yang ada di meja riasnya.     

"Lihat saja nanti, aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku!" ucap Aeri dengan sorot mata berapi-api sembari mengepalkan tinjunya kuat-kuat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.