Istri Simpanan

Bab 115 - Suasana hati yang buruk



Bab 115 - Suasana hati yang buruk

0Pagi hari Dae Hyun langsung pergi bekerja tanpa ikut sarapan bersama dengan yang lain padahal Jo Yeon Ho merengek agar Dae Hyun sarapan terlebih dahulu. Anak itu bersikeras agar ayahnya tetap tinggal karena sudah beberapa hari tidak sarapan bersama.     

"Ayah terburu-buru. Kau bisa sarapan bersama dengan Kakek dan Nenek," ujar Dae Hyun seraya berjongkok untuk memegang pundak Jo Yeon Ho. Sebenarnya dia tidak tega jika menolak keinginannya. Namun melihat Aeri di rumah itu membuatnya tidak bernafsu untuk makan.     

"Apa Ayah dan Ibu masih bertengkar?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.      

"Tidak, ayah hanya agak sibuk. Ya sudah, ayah berangkat terlebih dahulu," ujar Dae Hyun tanpa menjawab pertanyaan putranya karena anak seusianya belum pantas mengetahui masalah orang dewasa.     

"Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan." Jo Yeon Ho mencium kedua pipi Dae Hyun secara bergantian.     

Jo Yeon Ho mengikuti langkah Dae Hyun sampai ke teras kemudian melambaikan tangannya ketika mobil Dae Hyun melintas di depannya. Ia segera bergegas kembali masuk setelah mobil Dae Hyun tidak terlihat lagi.     

"Dimana Kakak?" tanya Kim Soo Hyun yang baru saja ke luar dari kamarnya. Beberapa hari ini ia agak sibuk sehingga harus lembur. Ia kemarin sangat menyayangkan tidak bisa bertemu dengan pujaan hatinya.     

"Kakakmu sudah pergi. Ia tampak sangat terburu-buru," sahut Ny Park yang tengah menata makanan di meja.     

"Ibu, sepertinya Dae Hyun tidak sarapan karena aku berada di rumah ini lagi," ujar Aeri menundukkan kepalanya. Ia memasang wajah yang sangat terlihat pilu seolah-olah dia sangat tersakiti.     

"Aeri, kau tidak boleh berbicara seperti itu. Aku yakin Dae Hyun memang sedang sibuk," ujar Ny Park untuk menenangkan Aeri.     

"Jadi kalian bertengkar?" tebak Kim Soo Hyun seraya tersenyum miring. Ia tidak tahu mengenai masalah kemarin.     

"Itu hanya sebuah kesalahpahaman saja," timpal Park Ji Hoon.     

"Ya ampun. Jika pada akhirnya selalu bertengkar untuk apa kalian menikah?" cibir Kim Soo Hyun. Ia dapat menebak jika itu pasti kesalahan Aeri.     

"Kim Soo Hyun!" Ny Park melotot ke arah putranya. Ia takut akan menyinggung perasaan Aeri. Terlebih lagi di sana ada Jo Yeon Ho.     

"Aeri, tidak usah terlalu dipikirkan. Ibu yakin Dae Hyun tidak seperti itu," ujar Ny Park.     

"Baiklah," sahut Aeri sembari mengusap air mata yang hanya sedikit menggenang di pelupuk matanya.     

"Ayah, kemarin Nenek menghubungiku agar Kakak mengunjunginya ke Busan. Nenek baru saja pindah kemarin," ucap Kim Soo Hyun.     

"Iya sepertinya nenekmu merindukan Dae Hyun. Mungkin karena mereka sudah lama tidak bertemu," sahut Park Ji Hoon. Sebenarnya kemarin ibunya sudah menitip pesan kepadanya namun dirinya belum ada waktu untuk menyampaikan hal itu. Beberapa hari kemarin ia pergi ke Busan untuk untuk membantu pindahan ibunya dari Ghosan.     

"Sepertinya begitu," ujar Kim Soo Hyun.     

Kini mereka makan dalam keadaan hening. Hanya sesekali saja terdengar obrolan antara Ny Park dan Aeri.     

Setelah selesai sarapan mereka kembali mengerjakan aktivitas masing-masing. Aeri sebenarnya sangat jenuh di rumah namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengantarkan Jo Yeon Ho ke sekolahnya.     

Aeri menutup pintu kamarnya setelah selesai sarapan untuk berganti pakaian. Sebelum itu ia ingin terlebih dahulu menghubungi Han. Ia harus mengingatkan Han agar sekarang lebih hati-hati. Aeri langsung buru-buru masuk ke kamar mandi karena takut ada yang mendengarkan.     

"Pagi, Sayang. Ada apa pagi-pagi sudah menelepon? apa kau merindukanku?" tanya suara Han yang begitu renyah ketika sambungan telepon sudah terhubung.     

"Hentikan omong kosongmu. Sebaiknya kau berhati-hati sekarang. Dae Hyun sepertinya sudah mencurigai hubungi kita," ujar Aeri dengan suara pelan.     

"Benarkah? lalu bagaimana denganmu sekarang?" tanya Han.     

"Aku sudah berhasil kembali ke rumah ini namun Dae Hyun bersikap dingin terhadapku," ujar Aeri.     

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"     

"Untuk sementara jangan menghubungi ataupun menemuiku," ujar Aeri. Ia masih membutuhkan Dae Hyun yang merupakan sumber uang baginya.     

"Ibu!" teriak Jo Yeon Ho dari luar kamar sembari menggedor pintu.     

Aeri langsung menutup teleponnya dengan segera tanpa berkata apa-apa lagi. Ini sudah sangat darurat. Jika mertuanya sampai mengetahui hal itu. Sudah pasti dirinya akan langsung ditendang ke luar dari rumah mewah itu. Ia tidak bisa membayangkan akan bekerja keras lagi seperti sebelum menikah dengan Dae Hyun.     

"Ada apa, Yeon Ho?" ujar Aeri setelah membuka pintu.      

"Kenapa Ibu lama sekali? ini sudah siang nanti aku bisa terlambat," ucap Jo Yeon Ho mendongakkan wajahnya.     

"Maaf, tadi ibu ke kamar mandi.  Ayo kita berangkat."     

Aeri langsung menggenggam tangan Jo Yeon Ho. Kemudian bergegas mengantarnya ke sekolah.     

================================     

The Silla Seoul Hotel.     

Hari ini suasana hati Dae Hyun sepertinya sedang sangat kacau. Sampai-sampai ia memarahi pekerja yang tengah membersihkan ruangan. Padahal pekerja itu sama sekali tidak bersalah. Hari ini setiap ada karyawan yang melakukan kesalahan kecil maka emosinya akan meledak.     

Soo Yin menghampiri Dae Hyun untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya yang hari ini sangat aneh.     

Semalam padahal ia kelihatan baik-baik saja.     

"Sayang," sapa Soo Yin dengan lembut hingga mampu mencairkan suasana hati Dae Hyun yang tengah membeku.     

Hari ini tidak ada kesempatan untuk Soo Yin menanyakan hal itu karena selalu saja ada karyawan yang datang. Apalagi hari ini ada tes penerimaan karyawan baru membuat mereka sangat sibuk. Saat ini sedang jam makan siang sehingga digunakan Soo Yin untuk menyapa suaminya. Tak lupa ia sudah mengunci pintu terlebih dahulu karena takut jika saja ada orang tiba-tiba nyelonong masuk tanpa permisi.     

Dae Hyun yang tengah berkutat pada layar monitor langsung memandang ke sumber suara lembut itu. Rasa kekesalan yang ada di hatinya perlahan membaik dengan adanya Soo Yin. Ia menatap manik mata indah Soo Yin. Melihat istri kecilnya tersenyum membuat beban yang ada di pundaknya perlahan menghilang.     

"Sayang, apa sebenarnya yang terjadi padamu? jika lelah lebih baik istirahat terlebih dahulu." Soo Yin berjalan ke belakang kursi Dae Hyun kemudian melingkarkan tangannya di leher suaminya.     

"Aku hanya kesal pada diriku sendiri," ucap Dae Hyun sembari memiringkan kepalanya untuk merengkuh pipi Soo Yin.     

"Kenapa?" Soo Yin menempelkan wajahnya di pipi Dae Hyun. Ia ingin mengembalikan suasana hati suaminya yang buruk menjadi baik kembali.     

"Aku belum bisa terlepas dari Aeri," ujar Dae Hyun dengan rasa kesal yang menyelimuti hatinya.      

"Bukankah kau bilang kau sudah mengusirnya agar pergi dari rumah?" tanya Soo Yin seraya mengerutkan keningnya.     

"Dia memang pergi dari rumah namun sayang sekali dia bahkan membawa Yeon Ho bersamanya." Dae Hyun menghela napas panjang sambil meneguk salivanya hingga tampak otot lehernya yang bergerak naik turun.     

"Benarkah? apa dia mengelak dengan foto-foto yang kemarin kau tunjukkan?" tebak Soo Yin.     

"Hmm, ia bahkan berakting terlihat sangat menyedihkan di depan Yeon Ho dan kedua orang tuaku. Aku semakin kesal melihatnya berlama-lama tinggal di rumah," ucap Dae Hyun seraya mendengus.     

"Jadi dia sudah kembali ke rumah?"     

"Aku terpaksa membawanya pulang karena Jo Yeon Ho yang memohon. Bagiku sangat sulit untuk menolak keinginan putraku." Dae Hyun mengusap wajahnya dengan gusar.     

"Sudah, sekarang tidak usah dipikirkan. Aku yakin suatu saat nanti kita dapat membongkar kejahatan dan kebohongan Aeri selama ini," ujar Soo Yin seraya tersenyum. Meski hatinya sedikit kecewa mendengar hal itu namun ia akan mencoba untuk baik-baik saja.     

"Terpaksa kita harus menunggu lebih lama lagi untuk kita tinggal bersama," ucap Dae Hyun lirih.     

"Tidak masalah, aku akan dengan sabar menunggu waktu itu," ujar Soo Hyun seraya tersenyum hangat.     

"Terima kasih, Sayang. Kau memang istri yang terbaik," ucap Dae Hyun. Setelah berbicara dengan Soo Yin hatinya kini terasa lebih lega.     

"Ayo kita makan siang karena aku sudah sangat lapar," ajak Soo Yin sembari memegang perutnya.     

"Baiklah." Dae Hyun berdiri kemudian menggandeng tangan Soo Yin walau hanya sampai pintu harus melepasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.