Istri Simpanan

Bab 116 - Tidak ingin memberi harapan palsu



Bab 116 - Tidak ingin memberi harapan palsu

0Kim Soo Hyun bersandar di kursi sembari meregangkan tangannya untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia merasa lelah beberapa hari ini karena banyak pekerjaan yang menuntutnya. Selama bekerja di hotel sepertinya saudaranya membuatnya terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk menemui Soo Yin. Meski waktu istirahat makan siang saja tidak bisa karena waktunya terbatas.     

Kim Soo Hyun menghela napas panjang sembari melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu masih menunjukan pukul delapan malam. Seharusnya Soo Yin saat ini belum pulang.      

Kim Soo Hyun segera meraih satu buket yang baru dibelinya pagi tadi. Ia berniat memberikannya kepada Soo Yin. Sayang sekali dia belum memiliki kesempatan untuk menyatakan perasaan cintanya lagi. Ia mencium aroma wangi bunga mawar merah sebelum akhirnya menuju ruangan Dae Hyun.     

Kim Soo Hyun membuka pintu pelan-pelan. Ia mengintip dari sela-sela pintu untuk melihat keberadaan Soo Yin. Ternyata sepertinya ia tengah mengemasi barang-barangnya. Ini waktu yang tepat untuk memberikan tumpangan kepadanya.     

"Hmmm." Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar mengejutkan Soo Yin sehingga ia langsung menoleh untuk melihat ke sumber suara.     

Kim Soo Hyun menyembunyikan tangan kanannya yang menggenggam bunga di belakang punggungnya. Ini sepertinya waktu keberuntungan karena saudaranya sedang tidak ada di ruangan. Tidak menyesal menghampiri gadis itu malam ini. Kim Soo Hyun terus melangkah sembari merapikan dasi dan kemejanya dengan sebelah tangan.     

'Untuk apa dia datang kemari?' ~ batin Soo Yin dengan perasaan yang tidak enak.     

"Soo Yin, dimana kakakku?" tanya Kim Soo Hyun untuk basa basi terlebih dahulu.     

"Oh, Tuan Dae Hyun tengah ke luar sebentar. Ia pasti sebentar lagi kembali. Silahkan, Tuan menunggu di sofa," ucap Soo Yin. Ia bernapas lega karena Kim Soo Hyun ke ruangannya hanya untuk mencari Dae Hyun dan tidak ada hubungan dengannya.     

"Tidak, aku kemari tidak untuk bertemu dengan kakakku." Kim Soo Hyun tersenyum lebar hingga Soo Yin mulai menaruh curiga.     

Soo Yin hanya tersenyum tipis mendengar pernyataan Kim Soo Hyun. Semoga saja pria itu tidak akan mengatakan apapun yang membuatnya tidak nyaman.     

"Ini untukmu." Kim Soo Hyun menyodorkan satu buket bunga mawar merah.     

"Seharusnya anda tidak perlu repot-repot," tolak Soo Yin. Ia sama sekali tidak ingin memberikan harapan palsu untuk Kim Soo Hyun. Dengan menerima bunga pemberiannya maka Kim Soo Hyun pasti akan semakin mengejarnya.     

"Ini tidak repot sama sekali untuk gadis secantik dirimu," ucap Kim Soo Hyun dengan mengedipkan sebelah matanya.     

Soo Yin hanya menggigit bibir bawahnya. Ia berharap semoga saja Dae Hyun cepat kembali agar bisa melepaskan dari situasi yang tidak mengenakan ini.     

"Ambilah, aku bahkan dengan senang hati akan memberikan bunga untukmu setiap hari." Kim Soo Hyun tetap menyodorkan bunga mawar itu sembari terus menatap Soo Yin dengan senyum-senyum sendiri. Dia membayangkan bagaimana bahagianya jika suatu saat nanti mereka menikah. Mereka pasti akan menjadi pasangan yang paling cocok. Hidup bahagia bersama anak-anak mereka yang sangat lucu.     

Soo Yin mengulurkan tangannya untuk menerima bunga tersebut. Baru saja hendak memegangnya tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka.     

Soo Yin segera menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Ia tersenyum senang akhirnya Dae Hyun datang di saat waktu yang tepat.     

Raut wajah Kim Soo Hyun berubah jadi muram. Ia tampak tidak senang dengan kehadiran Dae Hyun. Ia kesal dengan saudaranya karena selalu saja menggagalkan setiap rencana kejutan yang akan diberikan untuk Soo Yin.     

"Kim Soo Hyun, ada apa kau datang kemari?" tanya Dae Hyun yang melangkahkan kakinya menghampiri istri dan saudaranya. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat bunga yang dipegang oleh Soo Yin. Ia sudah dapat menebak jika itu pasti dari Kim Soo Hyun.     

"Tidak ada, aku hanya ingin bertemu dengan Soo Yin. Kakak, kenapa kau cepat sekali kembali?" ujar Kim Soo Hyun yang secara terus terang tidak menyukai kedatangan saudaranya.     

'Ya ampun, sepertinya dia benar-benar ingin mengibarkan bendera perang kepadaku,' ~ batin Dae Hyun.     

"Soo Yin sibuk sehingga kau jangan mengganggunya," ucap Dae Hyun dengan nada sedikit ketus. Dia pikir dirinya tidak tahu jika kemarin berniat mendekati Soo Yin dengan mengajaknya jalan-jalan. Beruntung ada Jean di antara mereka sehingga ia tidak menyusulnya ke bioskop.     

"Kau seharusnya tidak boleh membiarkannya lembur terus. Kakak, kau sungguh tidak punya hati," ucap Kim Soo Hyun.     

"Dia sekretarisku sehingga terserah aku akan melakukan apapun terhadapnya," ucap Dae Hyun dengan nada menyombongkan diri.     

"Soo Yin, sebaiknya kau bekerja denganku saja. Kau pasti sangat tersiksa bekerja dengan kakakku," bujuk Kim Soo Hyun seraya memandang Soo Yin.     

"Itu tidak benar," sanggah Soo Yin sambil melirik Dae Hyun yang memasang wajah masam.     

"Kau dengar itu, jadi tidak usah berharap dia akan bekerja denganmu," cibir Dae Hyun sembari mengangkat sebelah bibirnya bagian atas.     

"Itu pasti karena Kakak sudah mengancamnya," sindir Kim Soo Hyun.     

"Sudah, tidak usah berdebat." Soo Yin benar-benar merasa pusing dengan perdebatan mereka. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa.     

"Kakak, sebaiknya kau pergi ke Busan karena nenek baru saja pindah ke sana. Ia sangat ingin berjumpa denganmu," bujuk Kim Soo Hyun. Ini adalah salah satu kesempatan agar Dae Hyun meninggalkan Seoul walaupun tidak lama. Dengan begitu ia akan memiliki rencana untuk mendekati Soo Yin tanpa ada penghalang lagi.     

"Nenek tidak menghubungiku agar aku mengunjunginya," ucap Dae Hyun dengan nada datar. Ia dapat membaca pikiran Kim Soo Hyun jika dirinya pergi.     

"Kalau tidak percaya tanyakan saja pada ayah. Apa kau tidak ingin bertemu dengan nenek setelah sekian lama? Cucu macam apa sebenarnya dirimu," gerutu Kim Soo Hyun.     

"Akan kupikirkan nanti," sahut Dae Hyun.     

"Sudah malam, sebaiknya aku pulang terlebih dahulu. Silahkan jika kalian masih ingin mengobrol," pamit Soo Yin yang sudah menenteng tasnya. Ia sudah lelah seharian ini sehingga butuh waktu istirahat.      

"Soo Yin, ayo akan kuantar kau pulang," ujar Kim Soo Hyun dengan tersenyum lebar.     

"Tidak, aku yang akan mengantarkannya. Lagi pula ada pekerjaan yang harus diselesaikan olehnya terlebih dahulu," tolak Dae Hyun. Dia tidak akan membiarkan saudaranya itu mendekati istrinya.     

"Apa Kakak sudah tidak waras? ini sudah malam tapi masih saja menyuruhnya untuk lembur. Lagi pula sebaiknya kau pulang cepat untuk menyelesaikan masalah dengan kakak ipar," protes Kim Soo Hyun.     

"Tidak usah ikut campur dengan urusanku. Cepatlah sebaiknya kau pulang sekarang juga," usir Dae Hyun dengan terus terang.     

"Jadi Kakak mengusirku?" Kim Soo Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Terserah jika kau menganggapnya begitu," sahut Dae Hyun acuh.     

"Soo Yin, cepat ke ruanganku jika tidak ingin pulang dini hari," ujar Dae Hyun yang langsung melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya. Semoga saja Kim Soo Hyun menyerah dan memilih pulang terlebih dahulu.     

"Tuan, saya permisi," ujar Soo Yin yang mengikuti langkah suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.