Istri Simpanan

Bab 117 - Tugasmu hanyalah menemaniku



Bab 117 - Tugasmu hanyalah menemaniku

0Kim Soo Hyun mengepalkan tinjunya hendak meninju tembok namun mengurungkan niatnya. Sepertinya demi gadis pujaannya mulai saat ini harus bisa menahan emosinya jangan sampai Soo Yin menjauh karena sikapnya.     

"Soo Yin, Aku akan menunggumu di bawah," seru Kim Soo Hyun dengan nada tenang seolah-olah ia tidak marah sama sekali. Meski kecewa namun dia akan menunggu Soo Yin di lantai bawah. Dia tidak akan menyerah hanya karena terhalang oleh saudaranya yang begitu menyebalkan. Ia segera bergegas turun menuju lobi.     

Soo Yin menoleh ke arah pintu untuk melihat Kim Soo Hyun namun pria itu sudah tidak terlihat lagi. Ia tadi juga tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan olehnya.     

"Mana yang harus aku kerjakan?" tanya Soo Yin seraya mengerutkan keningnya. Padahal dia sudah sangat mengantuk dan ingin segera membaringkan tubuhnya di ranjang yang nyaman dan empuk.     

"Kemarilah," ujar Dae Hyun sembari menepuk pangkuannya.     

"Ada apa?"      

"Kemarilah terlebih dahulu," ujar Dae Hyun agar Soo Yin mendekatinya.     

Dengan terpaksa Soo Yin mendekati Dae Hyun dan berdiri di sampingnya. Namun Dae Hyun langsung merengkuh pinggangnya hingga menyebabkannya terjatuh tepat di pangkuan Dae Hyun.     

"Bukankah kau bilang ada pekerjaan?" tanya Soo Yin dengan wajah polos. Ia melingkarkan tangannya di leher Dae Hyun.     

"Pekerjaanmu hanya di sini menemaniku," bisik Dae Hyun sensual di telinga Soo Yin hingga ia merasa geli.     

"Tapi …." ucap Soo Yin.     

Belum sempat melanjutkan ucapannya Dae Hyun sudah membungkam bibir merah Soo Yin dengan bibirnya. Dae Hyun melakukannya dengan sangat agresif kali ini. Tidak seperti biasanya yang begitu lembut. Soo Yin bahkan sampai merintih karena bibirnya terasa perih.     

"Aduh, sakit," gerutu Soo Yin saat Dae Hyun sudah melepaskan ciumannya. Bibirnya benar-benar terasa bengkak karena Dae Hyun beberapa kali menggigitnya.     

"Maaf," ucap Dae Hyun yang langsung mengusap bibir Soo Yin dengan ibu jarinya. Pikiran yang kacau dan tubuh yang lelah membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Terlebih lagi baru saja Kim Soo Hyun datang ingin menggoda istrinya. Ia merasa jadi sangat marah.     

"Jangan melakukannya denganku jika kau seperti itu," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Bibir merah dan membengkak karena ulah Dae Hyun.     

Soo Yin hendak berdiri karena ia tidak suka dengan perlakuan Dae Hyun malam ini kepadanya. Belum sempat bangkit Dae Hyun malah memeluknya dengan sangat erat.     

"Sayang, ayo kita pergi saja dari Seoul," ucap Dae Hyun sembari menyembunyikan kepalanya di ceruk sang istri. Ada kepedihan dan putus asa yang terdengar dari nadanya.     

"Memangnya kita mau pergi kemana?" tanya Soo Yin. Ia berhenti meronta saat ini.     

"Aku ingin kita pergi jauh dari tempat ini. Aku ingin pergi ke tempat dimana tidak ada orang yang mengganggu kita," sahut Dae Hyun. Ia sangat menyesal karena sepertinya untuk terlepas dari Aeri sangat sulit. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu kepada Soo Yin. Menjadikannya istri simpanan pastilah sangat menyiksa batinnya.     

"Lalu bagaimana dengan Jo Yeon Ho dan juga orang tuamu. Apa kau sudah memikirkannya matang-matang?" Soo Yin tidak ingin bersikap egois. Meski dirinya sangat ingin hanya hidup bahagia berdua saja dengan suaminya tapi dia ingin agar Dae Hyun menyelesaikan semua masalahnya bersama Aeri meskipun sulit. Dia tidak ingin semua orang mengetahui hubungan mereka sebelum Dae Hyun bercerai dengan Aeri.     

"Jika kita tetap berada di sini mungkin aku akan selalu menyakiti hatimu. Kau harus tahu Aeri itu sangatlah licik." Dae Hyun mendongakkan wajahnya untuk menatap bola mata istrinya.      

"Aku yakin pasti akan ada jalan keluarnya," ucap Soo Yin sembari tersenyum manis.     

"Jalan satu-satunya adalah mengakui hubungan kita di depan semua orang," ucap Dae Hyun. Meski ide ini agak membahayakan tapi baginya tidak masalah jika itu bisa membuat Aeri mundur.     

"Aku tidak setuju mengenai hal itu. Sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Orang akan mengira dirimu gila karena berselingkuh dari Aeri yang seorang model papan atas dengan gadis bodoh dan tidak berpendidikan seperti diriku," ucap Soo Yin sembari terkekeh. Ia sadar diri jika dirinya hanyalah gadis biasa yang tidak berpendidikan jika sampai publik mengetahui hal itu pasti Dae Hyun akan menerima begitu banyak hujatan.     

"Sssttttt, kau tidak boleh berkata seperti itu." Dae Hyun menutup Bibir Soo Yin dengan jari telunjuknya.     

"Memang begitulah faktanya. Sepertinya aku harus kuliah jika ingin mengimbangi dirimu," ucap Soo Yin terkekeh.     

"Apa kau sudah memutuskan akan kuliah dimana?" tanya Dae Hyun.     

"Entahlah, aku tidak tahu karena sepertinya sulit untuk masuk universitas favorit," sahut Soo Yin seraya menghela napas panjang. Ia tidak terlalu berharap banyak.     

"Kau tidak boleh menyerah. Aku yakin kau pasti bisa," ucap Dae Hyun dengan penuh semangat. Ia akan mendukung apapun yang akan dilakukan oleh istri kecilnya. Lagi pula sangat disayangkan jika usia Soo Yin yang masih sangat muda tidak melanjutkan pendidikannya.     

"Hmm, sepertinya aku butuh beberapa buku untuk belajar agar bisa masuk dan lulus tesnya. Jika aku kuliah berarti kau akan bekerja sendirian karena aku pasti sibuk dengan beberapa tugas," ucap Soo Yin sembari menyusuri wajah Dae Hyun dengan jemarinya.     

"Tenanglah, ada Chang Yuan yang akan membantuku." Meski dirinya awalnya kurang setuju dengan Soo Yin mengenai istri yang akan masuk kuliah namun setelah dipertimbangkan ada benarnya juga. Jika kelak Soo Yin menjadi istri satu-satunya maka tidak akan ada yang berani meremehkannya.     

"Atau kau bisa mengganti posisi sekretaris dengan seorang yang cantik dan seksi," goda Soo Yin sembari mengerling nakal.     

"Aku tidak berminat!" ucap Dae Hyun dengan tegas dan kini rahangnya mengeras karena tidak menyukai ucapan Soo Yin. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain.     

"Benarkah?" goda Soo Yin sembari terkekeh geli melihat ekspresi suaminya yang tegang.     

"Tidak usah bercanda," ujar Dae Hyun dengan nada datar. Ia benar-benar tidak suka Soo Yin menggodanya.     

Cup …     

Cup …     

Cup ….     

Soo Yin memberikan kecupan singkat di pipi Dae Hyun.     

"Tidak usah marah, aku hanya bercanda," ucap Soo Yin sembari tertawa.     

"Ternyata kau ini sangat nakal." Dae Hyun menggelitiki perut Soo Yin hingga ia bergerak-gerak karena kegelian.     

"Dae Hyun, hentikan!" rengek Soo Yin sembari terus tertawa hingga rasanya perutnya terasa sakit.     

"Jangan menggodaku jika tidak ingin aku membalasnya," ujar Dae Hyun yang sudah menghentikan aksinya. Ia merapikan rambut Soo Yin yang berantakan kemudian menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Tak pernah sekalipun ia merasa bosan untuk menatapnya. Ia bahkan ingin selalu berada di dekatnya terus menerus.     

"Untuk apa menatapku seperti itu?" Wajah Soo Yin merona ketika pandangan mereka bertemu. Ia segera mengalihkan pandangannya dan pura-pura menyisir rambutnya.     

"Aku selalu ingin melihat wajahmu yang setiap hari seolah-olah menggodaku," ujar Dae Hyun dengan tersenyum begitu mempesona.     

Soo Yin mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar pernyataan Dae Hyun. Meski usia tidak lagi muda namun Dae Hyun tetap saja masih terlihat sangat tampan. Bukan karena itu Soo Yin jatuh cinta tapi karena ketulusan hatinya yang mampu meluluhkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.