Istri Simpanan

Bab 119 - Tidak tega



Bab 119 - Tidak tega

  Beberapa hari kemudian.     

  Beberapa hari belakangan Dae Hyun akan memilih pulang terlambat dari hotel. Ia lebih suka menghabiskan waktu hingga larut malam bersama Soo Yin. Ia akan pulang di saat semua keluarganya telah tertidur. Ia juga selalu tidur di ruang kerjanya.     

  Aeri juga bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada hal yang terjadi di antara mereka. Dae Hyun tidak menyangka jika wanita itu sangat tidak tahu malu. Aeri bersikap seolah-olah Dae Hyun marah karena cemburu kepadanya.     

  Sedangkan untuk Kim Soo Hyun selalu sibuk dengan pekerjaannya karena Dae Hyun selalu membuatnya sibuk. Dengan sengaja melimpahkan pekerjaannya pada Kim Soo Hyun agar ia tidak ada waktu untuk mendekati Soo Yin.     

  Tidak ingin kedua orang tuanya curiga pagi-pagi sekali Dae Hyun akan kembali ke kamarnya dan memilih tidur di sofa. Hari ini dia agak terlambat bangun karena semalam tengah malam baru pulang dari hotel.     

  Dae Hyun terburu-buru berjalan menuruni tangga sembari memakai dasinya yang belum rapi. Jika sudah agak siang seperti ini maka ia akan kesulitan terlepas dari Jo Yeon Ho. Sebenarnya tidak tega melihat putranya yang terus merengek namun dirinya rasanya sangat muak melihat Aeri.     

  "Ayah, kenapa selalu pagi-pagi sekali pergi bekerja?" ujar Jo Yeon Ho yang sudah di bawah tangga. Ia memasang wajah cemberut dengan tangan yang terlipat di dada. Anak itu rindu ingin sarapan bersama keluarganya seperti waktu itu.     

  "Maaf, beberapa hari ini ayah agak sibuk," ucap Dae Hyun. Ada rasa tidak tega melihat putranya terlihat sedih seperti itu.     

  "Dae Hyun, apa salahnya sarapan di rumah terlebih dahulu," pinta Ny Park yang tengah berjalan menghampiri putra dan cucunya. Ia juga merasakan jika akhir-akhir ini Dae Hyun selalu sibuk dan jarang menghabiskan waktu di rumah.     

  "Baiklah, pagi ini ayah akan sarapan bersamamu," ujar Dae Hyun seraya mengusap puncak kepala Jo Yeon Ho hingga membuat rambutnya terlihat berantakan.     

  "Hore!" seru Jo Yeon Ho dengan penuh semangat. Ia meloncat-loncat karena sangat senang bisa sarapan bersamamu dengan ayahnya. Sebagai seorang anak Jo Yeon Ho tidak ingin melihat orang tuanya bertengkar kembali.     

  Hati Dae Hyun tersentuh dengan tingkah Jo Yeon Ho yang kegirangan. Ia sadar jika beberapa hari belakangan terlalu egois tanpa mementingkan perasaan Jo Yeon Ho sama sekali.      

  "Ayo kita sarapan," ajak Aeri yang masih memakai celemek di tubuhnya dengan peluh keringat membasahi wajahnya.     

  Dae Hyun semakin heran melihat perubahan Aeri kali ini. Sejak kapan wanita itu menyukai aktivitas memasak? Dulu saja ia tidak mau berkutat di dapur walau hanya untuk mengambil air hangat saja.     

  Pantas saja orang tuanya begitu mempercayai Aeri ternyata Aeri telah berubah drastis. Namun Dae Hyun merasa yakin jika ada sesuatu hal yang direncanakan olehnya.     

  "Kalian berdua tunggulah dulu di ruang makan menunggu yang lainnya," tutur Ny Park yang menaiki tangga untuk memanggil suaminya.     

  "Yeon Ho, temani ayahmu mengobrol agar tidak kabur. Ibu akan ke atas terlebih dahulu," ujar Aeri sembari mengerling ke arah Dae Hyun namun pria itu justru membuang muka.     

  Jo Yeon Ho menarik tangan Dae Hyun agar mengikutinya ke ruang makan. Anak itu bahkan menarik kursi untuk tempat Dae Hyun duduk. Melihat Jo Yeon Ho yang tampak senang dan bersemangat membuat Dae Hyun menyesal karena telah cuek kepadanya. Niatnya untuk cuek kepada Aeri ternyata berimbas juga kepada putranya.     

  Sambil menunggu yang lain untuk berkumpul di meja makanDae Hyun dan Jo Yeon Ho mengobrol. Dae Hyun menanyakan bagaimana sekolahnya saat ini. Ia baru menyadari jika Jo Yeon Ho sebentar lagi akan kelulusan taman kanak-kanak. Bahkan sebentar lagi akan diadakan upacara kelulusan yang mengharuskan kedua orang tuanya untuk datang.     

  "Ayah, aku sangat senang karena sebentar lagi aku lulus," ucap Jo Yeon Ho dengan wajah yang berbinar-binar. Ia sangat antusias menceritakan bagaimana perkembangan sekolahnya saat ini.     

  "Benar, itu berarti anak ayah sudah mulai tumbuh besar," ujar Dae Hyun. Andaikan ia lahir dari rahim Soo Yin Pastilah mereka akan menjadi keluarga yang sangat bahagia. Meski itu tidak akan mungkin terjadi karena faktanya Jo Yeon Ho adalah putranya bersama dengan Aeri.     

  "Pokoknya aku ingin Ayah dan Ibu datang pada acara kelulusanku. Bahkan kita juga harus pergi liburan untuk merayakannya," ujar Jo Yeon Ho dengan penuh semangat.     

  "Kau ingin berlibur kemana?" tanya Dae Hyun sembari mengangkat sebelah alisnya.      

  "Kemana saja aku mau yang terpenting bersama Ayah dan Ibu," sahut Jo Yeon Ho.     

  Dae Hyun tertegun mendengar penuturan putranya. Haruskah ia menuruti keinginan putranya untuk pergi berlibur bertiga di saat ia mati-matian berusaha untuk berpisah dari Aeri. Namun sebagai seorang ayah Dae Hyun tidak ingin mengecewakan putranya.     

  "Ayah mau kan?" ujar Jo Yeon Ho sembari menggerakkan tangannya yang mungil ke atas ke bawah di depan wajah Dae Hyun karena tidak kunjung menjawab pertanyaannya.     

  "Ah, ayah akan memikirkannya nanti," sahut Dae Hyun sembari memijat pelipisnya. Dalam hati ia tidak berjanji akan menuruti kemauan putranya.     

  Ny Park, Park Ji Hoon dan Kim Soo Hyun sudah mulai berdatangan ke ruang makan. Kini hanya Aeri yang belum turun karena ia tengah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.     

  "Tumben sekali kau belum berangkat bekerja. Biasanya pagi-pagi buta sudah berangkat," ujar Park Ji Hoon.     

  "Yeon Ho memintaku untuk sarapan bersamanya," sahut Dae Hyun dengan wajah datar.     

  "Kakak, kapan kau akan mengunjungi nenek?" tanya Kim Soo Hyun yang baru saja menghempaskan bokongnya di kursi. Ia sudah berharap agar Dae Hyun segera pergi dari Seoul meski hanya beberapa hari.     

  "Minggu ini aku akan mengunjunginya," sahut Dae Hyun.     

  "Kenapa tidak sekarang saja Kakak berangkat?" bujuk Kim Soo Hyun berusaha lebih keras lagi. Jika saudaranya berangkat saat libur bekerja itu percuma saja. Artinya tidak ada waktu untuk bersama Soo Yin di hotel. Padahal ia berencana menyatakan cintanya di depan para pengunjung hotel.     

  "Kau ini sebenarnya kenapa? sepertinya sangat menginginkanku untuk pergi," ujar Dae Hyun dengan menaikkan sebelah bibirnya yang atas. Ia mencium rencana Kim Soo Hyun. Ini pasti ada hubungannya dengan Soo Yin.     

  "Aku … aku hanya kasihan dengan nenek. Dia sudah sangat merindukanmu," ujar Kim Soo Hyun yang terus mencari seribu alasan.     

  "Baiklah, aku akan berangkat hari ini juga. Kau harus ingat jangan sampai ada pekerjaan yang terhambat selagi aku tidak ada," ucap Dae Hyun. Dia akan mengikuti permainan yang dibuat oleh adikku.      

  "Kakak tidak perlu khawatir, aku berjanji akan melakukan semua pekerjaan Kakak dengan benar," ucap Kim Soo Hyun dengan penuh semangat.     

  Kim Soo Hyun langsung memasang raut bahagia ketika mendengar saudaranya akan segera pergi. Ini adalah kabar gembira baginya. Namun Kim Soo Hyun kembali bersikap biasa agar Dae Hyun tidak mencurigainya.     

  "Kim Soo Hyun, sekarang kau tampak bersemangat sekali dalam bekerja," ucap Ny Park. Ia merasa sangat senang melihat putra bungsunya yang sudah mulai dewasa.     

  "Ibu, tentu saja. Umurku sudah matang sehingga tidak boleh lagi bermain-main," sahut Kim Soo Hyun sembari terkekeh.     

  "Baguslah, kalau kau sudah sadar," timpal Park Ji Hoon dengan nada datar.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.