Istri Simpanan

Bab 121 - Perjalanan ke Busan



Bab 121 - Perjalanan ke Busan

0Villa Pyeongchang-dong,     

Soo Yin baru saja ke luar dari rumah namun tiba-tiba saja ada sebuah mobil Maybach silver yang masuk ke halaman. Soo Yin mengerutkan keningnya ketika sudah mengetahui siapa pemilik mobil itu yang tidak lain pastilah suaminya.     

Soo Yin merasa heran untuk apa Dae Hyun datang pagi-pagi seperti ini. Apakah dia sangat merindukannya sehingga tidak sabar untuk berjumpa dengannya di tempat kerja.     

Soo Yin hanya berdiri di teras sambil menenteng tasnya kemudian meletakkannya di pundak. Ia menunggu sampai Dae Hyun ke luar dari mobil.     

"Selamat pagi, Sayang," sapa Dae Hyun sembari mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir manis istri kecilnya.     

"Pagi," sahut Soo Yin.     

"Sayang, kemaslah beberapa potong pakaian," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menautkan kedua alisnya. Ia heran karena datang sepagi itu kemudian menyuruhnya mengemas pakaian.     

"Memangnya kita mau kemana?" tanya Soo Yin. Ia agak bingung karena pagi-pagi suaminya sudah datang kemudian menyuruhnya membawa pakaian. Seketika Soo Yin langsung membelalakkan matanya. Ia teringat dengan ajakan suaminya untuk pergi dari Seoul.     

"Kau tidak berencana membawaku pergi dari Seoul kan?" tanya Soo Yin yang menaruh curiga. Ia takut jika suaminya akan berbuat nekad.     

"Kita aka pergi ke Busan," ujar Dae Hyun.     

"Untuk apa kita ke sana?" tanya  Soo Yin.     

"Nenek ingin bertemu denganku. Aku juga ingin memperkenalkan kau pada nenek. Bukankah aku sudah mengatakannya beberapa hari yang lalu?" sahut Dae Hyun.     

Soo Yin mulai mengingat ketika Dae Hyun berniat untuk mengajaknya ke Busan tapi sekarang dia sudah berubah pikiran.     

"Hmm, sebaiknya aku tidak usah ikut," tolak Soo Yin.     

"Ayolah, temani aku menemui nenek," bujuk Dae Hyun. Ia akan tetap membawanya meski Soo Yin menolak.     

"Nenek hanya ingin bertemu denganmu bukan denganku." Soo Yin tetap bersikukuh untuk menolak.     

"Sayang, aku mohon," ucap Dae Hyun sembari menggenggam jemari Soo Yin dengan raut wajah memelas.     

"Kenapa kau tidak pergi bersama Aeri?" ujar Soo Yin.     

"Sudahlah, aku sedang tidak ingin membicarakan wanita itu. Aku hanya membutuhkanmu untuk ikut bersamaku," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin memutar bola matanya hingga pada akhirnya ia menyetujui ajakan Dae Hyun untuk pergi ke Busan.     

"Terima kasih, Sayang." Dae Hyun mendekap tubuh Soo Yin sebentar untuk mengungkapkan rasa bahagianya.     

"Dae Hyun, tidak usah berlebihan seperti itu," protes Soo Yin.     

"Aku hanya terlalu bahagia," ucap Dae Hyun.     

Dae Hyun membuntuti Soo Yin berjalan menaiki tangga. Kemudian masuk ke dalam kamar untuk menemani istrinya mengemas pakaian yang akan dibawa.     

Soo Yin hanya membawa beberapa baju saja karena mereka juga di sana tidak lama. Mungkin besok sore sudah kembali ke Seoul.     

Sebelum berangkat Soo Yin berpamitan terlebih dahulu pada Bibi Xia karena ia tidak ingin wanita paruh baya itu mencemaskannya jika nanti malam tidak pulang.     

Sedangkan Dae Hyun terlebih dahulu mengecek mobilnya sebelum berangkat bersama dengan Chung Ho untuk memastikan keamanan mobilnya. Perjalanan ke Busan memakan waktu yang cukup lama sehingga Dae Hyun ingin mobilnya tidak mengalami masalah sama sekali.     

"Sudah siap, Sayang?" tanya Dae Hyun ketika melihat istri kecilnya ke luar dari rumah.     

Soo Yin menganggukan kepalanya.     

Dae Hyun membuka mobil agar istrinya segera masuk. Ia juga yang memasang sabuk pengaman di tubuh Soo Yin. Membuat Soo Yin merasa tersentuh karena suaminya begitu perhatian kepadanya.     

Dae Hyun juga mematikan ponselnya dan ponsel Soo Yin agar Kim Soo Hyun tidak bisa menghubungi mereka. Dae Hyun sangat yakin jika Kim Soo Hyun mengetahui ia membawa Soo Yin bersamanya sudah pasti akan murka. Setelah itu Dae Hyun segera memacukan mobilnya menembus jalanan kota Seoul di pagi hari.     

"Kita naik mobil?" ujar Soo Yin saat Dae Hyun tidak mengemudikan mobilnya ke arah stasiun.     

"Naik mobil lebih nyaman, lagi pula jaraknya tidak terlalu jauh," sahut Dae Hyun. Ia terus fokus menatap jalanan di depannya.     

"Sayang, bagaimana jika nanti nenek curiga pada kita?" ujar Soo Yin. Ia benar-benar merasa gugup akan bertemu dengan nenek mertuanya.     

"Jangan terlalu khawatir, aku akan mencari alasan yang tepat kenapa aku mengajakmu ke sana," ujar Dae Hyun yang mengulurkan sebelah tangannya untuk membelai rambut Soo Yin.     

"Aku merasa takut." Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun.     

"Tidak usah cemas," ucap Dae Hyun untuk menenangkan istri kecilnya.     

Soo Yin hanya mendengus kemudian menghela napas panjang untuk mengurangi rasa gugupnya.     

"Aku yakin Kim Soo Hyun pasti saat ini sangat kesal." Dae Hyun terkekeh membayangkan adiknya yang pasti sangat sibuk dan marah mencari keberadaan Soo Yin.     

"Memangnya apa yang kau lakukan padanya?" tanya Soo Yin sembari mendongakkan wajahnya untuk melihat raut wajah suaminya yang tampak senang.     

"Tidak ada, aku hanya memberinya sedikit pelajaran  akibat berusaha merayu istriku," ujar Dae Hyun dengan senyum penuh kemenangan. Kim Soo Hyun pasti mengira dirinya tidak tahu jika dia merencanakan sesuatu. Dae Hyun mendapat kabar dari Chang Yuan mengenai rencana Kim Soo Hyun yang akan melamar Soo Yin di halaman hotel.     

"Katakan, apa yang sebenarnya kau lakukan?" Soo Yin memandang Dae Hyun dengan curiga.     

"Aku hanya menggagalkan rencananya untuk melamarmu. Dia pikir bisa menang melawanku." Dae Hyun berdecak kesal sekaligus kagum.     

"Melamarku?" Soo Yin menyipitkan matanya menyiratkan rasa heran yang ada di hatinya.     

"Tidak usah memikirkannya, aku hanya ingin kau memikirkan diriku saja," ucap Dae Hyun seraya merengkuh pinggang istri kecilnya sebentar sebelum akhirnya kembali fokus mengemudikan mobilnya.     

"Sejak kapan kau menjadi posesif seperti itu?" gerutu Soo Yin.     

"Sejak aku tahu jika kau juga mencintaiku," sahut Dae Hyun sembari mengerling nakal.     

Soo Yin hanya mengulum senyum ketika mendengar pernyataan suaminya. Tiba-tiba saja Soo Yin menguap sehingga ia menutupi mulut dengan tangannya. Entah kenapa Soo Yin merasa beberapa hari belakangan matanya ingin selalu terpejam apalagi di saat pagi hari seperti ini.     

"Apa kau semalam tidak tidur sehingga masih pagi kau sudah mengantuk?" tanya Dae Hyun.     

"Bagaimana tidak mengantuk? Kau selalu mengantarku pulang setelah lewat tengah malam," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Maaf," ujar Dae Hyun nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

Soo Yin menguap lagi, sepertinya matanya memang sudah ingin sekali terpejam.     

"Tidurlah, jika kau mengantuk lagi pula perjalanan kita ke Busan memakan waktu sekitar dua jam. Kau bisa tidur terlebih dahulu," ujar Dae Hyun. Ia tidak tega melihat istri kecilnya yang sudah berulang kali menguap.     

"Baiklah, aku akan tidur," ujar Soo Yin yang langsung menyandarkan kepalanya di kursi. Lima menit kemudian ia sudah benar-benar tertidur pulas.     

Dae Hyun mengusap puncak kepala Soo Yin beberapa saat kemudian fokus menatap jalanan panjang yang akan dilaluinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.