Istri Simpanan

Bab 124 - Merasa Mual



Bab 124 - Merasa Mual

0Setelah selesai membersihkan diri Dae Hyun dan Soo Yin segera ke ruang makan. Mereka hanya makan bertiga namun hidangannya penuh satu meja.     

Ada berbagai macam menu diantaranya Tangsuyuk (tumisan daging sapi dengan saus asam manis), Nakni Bokkeum (gurita pedas), Mul Kimchi, Sundubu Jjigae (sup tahu sutera dan seafood pedas), Jjamppong, Miyeok guk, dan masih banyak lagi.     

Soo Yin langsung duduk di hadapan Hae Sok yang diikuti Dae Hyun yang duduk di sampingnya.      

"Tuan, kau benar sekali jika nenek sangat pandai memasak. Aku sungguh tidak sabar ingin mencicipinya," puji Soo Yin dengan raut wajah yang sangat riang. Ia merasa bahagia bisa belajar sedikit macam-macam bumbu yang tidak pernah diketahui sebelumnya.     

"Tentu saja, nenekku adalah seorang koki yang hebat," ujar Dae Hyun yang disertai dengan tawa yang begitu renyah. Tak lupa ia mengacungkan kedua jempol tangannya ke atas.     

"Kalian ini membuat nenek tua ini malu saja." Hae Sok mengulum senyum mendapat pujian dari dua anak muda yang ada di depannya.     

Mereka bertiga mulai mengambil makanan ke dalam masing-masing piringnya. Soo Yin seperti biasa ia makan dengan lahap meski kali ini lebih bisa menahan diri untuk menjaga kesopanan.      

"Sejak kapan kau memakan makanan pedas?" Hae Sok menautkan kedua alisnya ketika melihat Dae Hyun mengambil Sundubu Jjigae yang memiliki cita rasa yang agak pedas. Ia tahu jika selama ini cucunya tidak bisa makan yang terlalu pedas sehingga ia hanya menambahkan bubuk cabai hanya sedikit.     

"Entahlah, tiba-tiba aku sangat ingin memakannya. Lagi pula aku baik-baik saja selagi makanannya tidak terlalu pedas," ujar Dae Hyun yang mulai menyendokkan udang ke dalam mulutnya.      

Soo Yin juga merasa aneh dengan suaminya. Pernah sekali memasak pedas untuknya namun setelah itu Dae Hyun menjadi sakit perut. Ia menjadi khawatir namun Soo Yin memilih tidak berkomentar.     

"Sebaiknya kau makan ini saja," ujar Hae Sok yang mengambilkan sup rumput laut ke dalam piring Dae Hyun.     

Baru saja Dae Hyun mencicipi satu suapan tiba-tiba perutnya terasa mual. Sehingga ia langsung pergi ke westafel untuk memuntahkan semuanya.     

Hae Sok dan Soo Yin saling berpandangan. Mereka tampak bingung dengan apa yang terjadi pada Dae Hyun. Meski begitu Soo Yin tetap melanjutkan makannya karena sayang jika semuanya terbuang sia-sia. Soo Yin tidak peduli jika Hae Sok menganggapnya gadis bertubuh kecil namun memiliki selera makan yang tinggi.     

Lima menit kemudian Dae Hyun kembali ke meja makan setelah mencuci mulutnya. Ia duduk kembali di tempat semula.     

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Itu pasti karena kau makan sedikit pedas. Jangan memakannya lagi," ujar Hae Sok seraya mengganti piring Dae Hyun dengan yang baru.     

"Entahlah, Nek. Perutku terasa sangat mual rasanya mungkin karena aku agak terlambat makan siang," sahut Dae Hyun mengira-ngira bagaimana dirinya bisa seperti itu padahal sebelumnya baik-baik saja.     

"Ya sudah, makanlah kembali," ujar Hae Sok.     

Dae Hyun kembali memegang peralatan makan namun sepertinya selera makannya sudah menghilang. Dia hanya memandang Soo Yin yang tengah makan dengan lahap tanpa mengedipkan matanya. Ternyata membuat istrinya senang tidaklah terlalu sulit. Semoga saja ia bisa segera berpisah dengan Aeri sehingga ia bisa melihat istrinya setiap saat.     

"Tuan, makanlah." Soo Yin merasa risih saat Dae Hyun menatapnya sehingga ia menyodorkan kembali mangkuk yang berisi Miyeok guk.     

"Tolong jauhkan makanan itu dariku," ucap Dae Hyun seraya menutupi mulutnya. Ia kembali merasakan rasa mual saat mencium soup itu. Ia bergegas ke luar hari ruang makan karena perutnya terasa di aduk-aduk.     

"Apa sebenarnya yang terjadi kepadanya?" gumam Soo Yin lirih.     

Hae Sok hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah cucunya yang sangat aneh.     

Setelah selesai makan siang, Soo Yin membantu pelayan untuk merapikan meja. Meskipun Hae Sok melarangnya ia tetap melakukannya karena dia di sini adalah tamu yang seharusnya lebih memiliki sopan santun.     

Soo Yin tidak ingin menyia-nyiakan waktu selagi berada di tempat Hae Sok. Ia meminta diajari bagaimana caranya menyulam karena selama ini ia tidak pernah mempelajarinya. Ternyata menyulam tidak sesulit yang dipikirkannya. Setelah mencoba beberapa kali akhirnya Soo Yin bisa melakukannya.     

Beruntung Hae Sok sangat sabar mengajarkannya menyulam.     

"Akhirnya aku berhasil!" seru Soo Yin dengan wajah yang terlihat sangat senang.     

"Kau ini." Hae Sok terkekeh melihat Soo Yin yang berjingkrak seperti anak kecil.     

"Nenek, tolong ajarkan aku bagaimana caranya membuat bunga," ujar Soo Yin.     

Have Sok merasa senang dengan semangat Soo Yin untuk belajar. Kedatangan mereka berdua benar-benar mampu menghibur hatinya yang kadang terasa kesepian karena jauh dari anak-anak dan cucunya. Alasan Hae Sok tidak mau ikut bersama anak-anaknya adalah karena percuma saja ikut bersama mereka jika mereka semua sibuk bekerja. Itu lebih baik jika ia tetap tinggal sendirian.     

Wanita berusia 70 tahun mulai mengajarkan Soo Yin bagaimana membuat pola. Ia dengan telaten mengajari Soo Yin hingga ia bisa sedikit demi sedikit.     

"Apa kalian tidak lelah sejak siang hingga sore tetap menyulam?" tanya Dae Hyun sembari duduk di salah satu kursi.      

Mereka saat ini berada di teras belakang yang menghadap langsung pada lahan pertanian yang yang ada di sebuah lereng. Dari sana terlihat tanaman yang menghijau sejauh mata memandang.     

"Pria mana tau mengenai hal ini," ujar Soo Yin di sela tawanya. Ia tidak memalingkan wajahnya dari kain yang sedang disulam olehnya.     

"Ini sudah sore, bukankah kau bilang ingin berjalan-jalan selagi berada di sini?" ujar Dae Hyun berusaha mengingatkan Soo Yin karena mereka berniat mengelilingi kampung itu.     

"Benar, aku hampir saja lupa. Nenek, tidak apa-apa ya kami tinggal sebentar? sangat disayangkan jika selagi di sini tidak kemana-mana," ujar Soo Yin yang beranjak dari kursinya.     

"Jika kau ingin jalan-jalan di sekitar sini. Pakailah hanbok karena masyarakat di sini masih mengenakannya," saran Hae Sok.     

Hanbok adalah salah satu pakaian tradisional Korea yang sekarang sudah mengalami perkembangan lebih modern.     

"Tapi aku tidak memilikinya," ujar Soo Yin.     

"Tenanglah, nenek akan mengambilnya sebentar." Hae Sok bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil sesuatu dari lemarinya. Itu adalah hanbok kenangan-kenangan saat dirinya masih muda dulu. Hanbook dengan bagian atas yang berwarna merah muda dengan roknya yang berwarna coklat muda. Ada sulaman di bagian lengan yang membuatnya terlihat begitu indah.     

"Pakailah ini," ujar Hae Sok sembari menyodorkan hanbok itu pada Soo Yin.     

"Nenek, aku sangat berterima kasih." Soo Yin mengulurkan tangannya untuk menerima pakaian itu kemudian mendekapnya di dada dengan erat. Ia segera pergi ke kamar untuk memakainya. Ternyata ukurannya sangat pas di tubuhnya yang ramping     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.