Istri Simpanan

Bab 126 - Bunga Peony dan Edelweis



Bab 126 - Bunga Peony dan Edelweis

0Dae Hyun hanya menuruti istri kecilnya saat tangannya terus ditarik.      

"Sayang, kita mau kemana?" ujar Dae Hyun.     

"Tentu saja pulang ke rumah nenek. Kau kenapa tadi membuatku malu?" Soo Yin menghempaskan pergelangan tangan Dae Hyun dengan kuat.     

"Bukankah kau tadi ingin aku mengakuimu sebagai istriku. Lalu kenapa kau justru menutupi mulutku?" ujar Dae Hyun. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh istri kecilnya.     

"Memang, tapi tidak perlu juga untuk berbalik ke sana lagi," ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Sudah, jangan marah seperti itu atau nanti malam kau tidak akan bisa tidur," goda Dae Hyun.     

"Kau menyebalkan!" Soo Yin memukul dada Dae Hyun dengan pelan sembari mengulum senyum.     

"Ayo pulang karena sebentar lagi gelap," ajak Dae Hyun.     

"Hai, anak muda!" panggil seorang wanita tua yang berada di pinggir jalan. Ia tengah duduk sambil menengadahkan tangannya seperti orang meminta.     

Suara itu sontak membuat Soo Yin dan Dae Hyun menoleh. Dae Hyun segera mengeluarkan beberapa lembar uang untuk diberikan kepada wanita itu.     

"Sebagai ucapan terima kasih aku bolehkah aku memeriksa tangan istrimu?" tanya sang Nenek kepada Dae Hyun.     

Dae Hyun dan Soo Yin saling berpandangan. Ia merasa heran dengan wanita itu padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya namun kenapa wanita itu mengetahui jika mereka suami istri.     

"Tidak usah bingung kenapa nenek mengetahui hubungan kalian yang disembunyikan dari banyak orang," ujar wanita tua itu sembari terkekeh.     

"Sini gadis cantik biarkan nenek memerika nasibmu." Wanita tua itu meraih tangan Soo Yin.     

Soo Yin masih mengepalkan tangannya. Ia sedikit takut dengan wanita tua itu.     

"Tidak usah takut," ujar wanita itu sembari membuka telapak tangannya.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya agar Soo Yin mau membuka telapak tangannya. Ia sangat yakin jika wanita tua itu tidak akan berbuat sesuatu yang macam-macam pada istri kecilnya.     

Wanita itu tampak fokus ketika mengamati garis telapak tangan Soo Yin. Ia berulang kali menautkan kedua alisnya.     

"Cinta kalian sebenarnya seperti Bunga Peony namun akan banyak duri yang akan menusuknya," ucap wanita tua itu.     

"Apa maksud Nenek?" tanya Soo Yin sembari menarik pergelangan tangannya.     

"Namun hubungi kalian kelak akan menjadi bunga Edelweis," sambung wanita tua itu tanpa menjawab pertanyaan Soo Yin.     

"Maaf, Nek. Kami harus segera pulang," ujar Dae Hyun. Ia sudah bisa menebak jika wanita tua itu mencoba meramal hubungan mereka. Jujur saja jika Dae Hyun tidak pernah percaya mengenai hal seperti itu.     

"Kau harus bertahan agar hubungan kalian seperti bunga Edelweis," ucap wanita itu sembari menatap mata Soo Yin.     

Soo Yin tidak mengerti sama sekali apa yang wanita tua katakan. Lagi pula apa hubungannya bunga Peony dan bunga Edelweis di dalam kehidupannya. Sungguh tidak masuk akal.     

"Soo Yin, ayo sebaiknya kita pulang saja," bisik Dae Hyun di telinga istrinya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya karena perutnya tiba-tiba terasa keroncongan. Beberapa hari ini nafsu makannya sangat meningkat pesat.     

"Maaf, kami harus segera kembali," ujar Soo Yin pada wanita tua itu.     

Mereka membungkukkan tubuhnya sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menjauh dari wanita itu. Soo Yin merasa penasaran sehingga ia berbalik ke belakang namun tidak disangka jika wanita tua itu sudah tidak ada di tempat tadi.     

"Kemana wanita itu?" gumam Soo Yin sembari celingukan.     

"Sudah tidak usah mencarinya dan jangan memikirkan apapun yang dikatakan wanita itu," ujar Dae Hyun sembari menggandeng pergelangan tangan Soo Yin.     

"Cuci tangan dan tubuhmu sebelum menyentuhku! aku tidak mau bersentuhan dengan bekas wanita yang tadi memelukmu," ucap Soo Yin menatap tajam Dae Hyun.     

Soo Yin segera melangkah terlebih dahulu agar cepat sampai di rumah Hae Sok. Dae Hyun hanya bisa mengamati Soo Yin sembari menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Ternyata sifat kekanakan Soo Yin belum bisa menghilang. Padahal tadi Soo Yin sudah memegang tangannya namun sekarang justru menyuruhnya mencucinya terlebih dahulu. Ternyata wanita itu memang agak aneh dan rumit.     

Mereka tiba di rumah Hae Sok sudah gelap karena mereka terlalu jauh melangkah. Dae Hyun dan Soo Yin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum makan malam. Soo Yin merasa tidak enak sebenarnya karena sore tadi tidak membantu Hae Sok memasak. Ia merasa menjadi tamu yang tidak tahu diri.     

Perutnya bahkan tidak bisa diajak kompromi. Soo Yin terus saja makan dengan lahap. Berbeda dengan Dae Hyun yang hanya makan sedikit saja.     

"Sebenarnya kalian dari mana kenapa sampai larut baru sampai di rumah?" tanya Hae Sok.     

"Soo Yin tersesat, Nek," sahut Dae Hyun.     

"Ya ampun, bagaimana bisa kau tersesat?" tanya Hae Sok.     

"Apa lupa dengan arah jalan. Di desa ini rumahnya tampak sama," sahut Soo Yin sembari meringis.     

"Begitu ya, lain kali kau harus berhati-hati," saran Hae Sok.     

Soo Yin menganggukan kepalanya.     

Mereka berbincang sebentar sebelum akhirnya Hae Sok menyuruh mereka istirahat karena sejak tiba mereka sama sekali belum istirahat.     

Dae Hyun dan Soo Yin masuk ke dalam kamar mereka yang bersebelahan.      

"Sayang, apa yang kau lakukan?" tanya Dae Hyun yang tengah berbaring. Ia mengetuk pembatas di dinding yang terbuat dari hanji.     

"Hmmm," sahut Soo Yin dari sebelah.     

"Apa kau sudah tidur?" ujar Dae Hyun sekali lagi. Ia benar-benar tidak bisa tidur karena ingin mengobrol dengan istri kecilnya.     

"Sudah," jawab Soo Yin singkat. Ia merasa aneh dengan suaminya. Sudah tahu jika belum tidur tapi masih saja menanyakannya.     

"Jika kau tidur lalu kenapa kau menjawab pertanyaanku?" ujar Dae Hyun.     

"Pertanyaanmu saja yang sangat aneh. Sudah tahu jika aku belum tidur kau masih saja menanyakannya," gerutu Soo Yin.     

"Apa aku boleh tidur di kamarmu?"     

"Kemarilah, jika kau ingin hubungan kita ketahuan nenek," tantang Soo Yin dengan mengulum senyum. Ia yakin tidak mungkin Dae Hyun melakukan hal itu.     

Sudah mendapat persetujuan dari istri kecilnya Dae Hyun segera bangkit dari ranjang.     

Soo Yin menempelkan telinganya di dinding. Tidak ada suara yang terdengar.      

'Sepertinya dia sudah tidur,' ~ batin Batin Soo Yin. Ia segera membenamkan kepalanya di bawah selimut. Matanya juga terasa lengket karena seharian kurang tidur.     

Baru saja hendak terpejam tiba-tiba saja ada suara pintu terbuka. Pintu itu memang tidak dikunci sehingga orang bisa masuk tanpa kesulitan.     

Soo terlonjak kaget siapa yang tiba-tiba masuk. Dae Hyun masuk dengan tersenyum lebar karena merasa sangat tepat memilih kamar yang bersebelahan dengan istri kecilnya.     

"Apa yang kau lakukan?" bisik Soo Yin dengan melotot. Ia takut tiba-tiba Hae Sok mendengar mereka      

"Tentu saja tidur denganmu," sahut Dae dengan santai dan wajah yang tampak tenang. Ia naik kemudian ikut mengubur tubuhnya dengan selimut yang sama bersama Soo Yin.     

"Apa kau ingin nenek mengetahui hubungan kita?" bisik Soo Yin dengan penuh penekanan.     

"Sebentar saja, nanti aku akan kembali ke kamarku. Sekarang tidurlah," ujar Dae Hyun sembarang melingkarkan tangannya di perut Soo Yeon.     

"Pergilah, nanti ketahuan nenek," ujar Soo Yin sambil mendorong tubuh Dae Hyun dari ranjang.     

"Aku hanya sebentar saja." Dae Hyun memejamkan mataku sambil memeluk Soo Yin dengan lebih erat.     

Soo Yin yang memang sudah sangat ngantuk akhirnya menyerah dan turut memejamkan matanya juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.