Istri Simpanan

Bab 127 - Istri Kedua



Bab 127 - Istri Kedua

0Bunyi siulan burung menemani suasana di pagi hari sangat khas di pedesaan. Seberkas cahaya mentari pagi sudah mulai berpacu dengan waktu. Perlahan sinarnya sudah masuk melalu celah jendela.     

Hae Sok sudah bangun sejak pagi-pagi buta. Saat ia akan pergi ke dapur untuk untuk melihat pelayan menyiapkan sarapan Hae Sok teringat jika Soo Yin ingin belajar masak lebih banyak lagi. Ia segera bergegas menuju kamar yang ditempati Soo Yin.     

Hae Sok menuju kamar Soo Yin sembari membawa sapu di tangannya. Pintu kamar memang tidak memiliki kunci sehingga siapa saja dapat masuk secara bebas. Pelan-pelan Hae Sok menggeser pintu agar terbuka.     

Dia sangat terkejut hingga jantungnya hampir copot saat melihat cucunya memeluk tubuh kecil Soo Yin. Ia syok melihat dua orang yang bukan suami istri justru tidur satu ranjang.     

"Dasar cucu kurang ajar!" teriak Hae Sok sembari memukul tubuh Dae Hyun dengan menggunakan sapu.     

Soo Yin dan Dae Hyun sontak sangat terkejut dengan adanya Hae Sok di kamar mereka.     

"Aduh, Nek!" pekik Dae Hyun yang tubuhnya terasa sakit karena Hae Sok memukul punggungnya cukup kuat.     

"Dasar kurang ajar! bisa-bisanya kau tidur di kamar seorang gadis," umpat Hae Sok tanpa menghentikan sapunya memukuli Dae Hyun.     

Soo Yin kini sudah terduduk memberi jarak antara dirinya dengan Dae Hyun. Ihanya menggaruk kepalanya melihat Hae Sok yang tampak sangat marah. Untung Soo Yin berada di tengah bukan di bagian pinggir. Sehingga ia tidak ikut serta menjadi amukan sang nenek.     

Namun Soo Yin juga merasa takut jika wanita tua itu sampai membencinya seperti sikap ayah mertuanya padanya. Sudah terlalu banyak orang yang membencinya dalam masa hidupnya.     

"Nek, cukup! tolong hentikan!" pinta Dae Hyun yang sudah jatuh ke lantai sembari menutupi kepalanya karena neneknya benar-benar marah saat ini.     

Hae Sok perlahan menghentikan aksinya dengan napas yang terengah-engah. Ia memegang dadanya untuk berusaha meredam emosi.     

"Kalian berdua tamui nenek di luar!" ujar Hae Sok dengan nada dingin. Ia segera meninggalkan dua orang yang membuat darahnya kembali naik.     

Soo Yin merasa merinding ketika mendengarnya. Tubuhnya terasa lemas kali ini hingga tanpa sadar ada air yang mengalir dari sudut mata indahnya.     

"Sayang, kau kenapa?" ujar Dae Hyun ketika melihat istri kecilnya hendak menangis.     

"Apakah nenek akan membenciku juga?" Soo Yin menatap Dae Hyun dengan pilu. Baru pertama kali ia merasa dikasihi oleh seorang nenek karena neneknya sangat membencinya. Ia selalu dianggap sampah oleh keluarga besarnya.     

Soo Yin menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tak banyak yang diinginkan dalam hidupnya ia hanya tidak ingin orang dikenalnya membencinya.     

Dae Hyun yang bangkit dari lantai kemudian duduk di ranjang. Ia mendekap tubuh Soo Yin ke dalam pelukannya.     

"Tenanglah, aku yakin jika nenek tidak akan membencimu." Ada rasa bersalah di hati Dae Hyun. Jika saja semalam dia tidak memaksa untuk tidur di kamar istrinya pastilah sekarang nenek belum mengetahui hubungan mereka.     

"Nenek pasti akan membenciku sama seperti ayahmu," ujar Soo Yin di sela isakannya. Isakannya kini benar-benar pecah karena takut.     

"Maafkan aku, Sayang." Hanya itu yang dapat Dae Hyun katakan saat ini.     

"Ini semua salahmu! Seandainya kau tidak kemari pasti hal ini tidak akan terjadi," ujar Soo Yin seraya memukul dada Dae Hyun.     

"Aku sungguh minta maaf," ucap Dae Hyun penuh rasa sesal. Semalam ia ketiduran sehingga tidak ingat untuk kembali ke kamarnya.     

Dae Hyun diam saja ketika Soo Yin terus meninjunya. Ia membiarkan Soo Yin meluapkan amarahnya hingga perlahan sedikit agak tenang. Dae Hyun mengajak istrinya itu menemui neneknya yang tengah duduk di ruang keluarga.     

Wanita tua itu memalingkan wajahnya ketika Dae Hyun dan Soo Yin datang. Ia sangat marah karena dua orang itu membohonginya. Jantungnya terasa nyeri melihat cucu kesayangannya tidur dengan seorang gadis yang bukan istrinya.     

Hae Sok ingin sekali menghubungi Park Ji Hoon dan istrinya sekarang juga namun ia mengurungkan niatnya karena ia masih butuh penjelasan dari Dae Hyun.     

"Nenek," ujar Soo Yin sembari mendekati Hae Sok dengan mata yang berkaca-kaca.      

Hae Sok tetap dalam posisi yang sama. Sorot matanya yang tajam menyiratkan jika dirinya sedang kesal menahan emosi yang sudah memuncak.     

"Nenek, maafkan aku," ucap Dae Hyun sembari duduk di hadapan neneknya.      

"Ada hubungan apa di antara kalian?" tanya Hae Sok dengan nada dingin.     

"Nenek, sebenarnya aku sudah menikahi Soo Yin beberapa bulan yang lalu," sahut Dae Hyun dengan tenang dan memberanikan diri memandang neneknya.     

"Apa kau bilang? Jadi kalian berselingkuh sudah lama?" ucap Hae Sok dengan sarkas.     

"Kami tidak selingkuh, Nek," sanggah Dae Hyun untuk membela diri.     

"Kalau tidak berselingkuh jadi apa namanya?" ucap Hae Sok sembari menatap tajam Dae Hyun dan Soo Yin secara bergantian.     

"Dia istri kedua bagiku, Nek," ucap Dae Hyun dengan berani membalas tatapan Hae Sok.     

"Soo Yin, kenapa kau mau menjadi istrinya?" tanya Hae Sok dengan penuh intimidasi.     

"Aku … aku …." Lidah Soo Yin terasa berat. Ia juga pada awalnya tidak mau menjadi istrinya namun seiring waktu yang terus berjalan kini perasaannya pada Dae Hyun malah tidak ingin dipisahkan.     

"Aku yang memaksanya menikah denganku, Nek," timpal Dae Hyun. Ia memandang istrinya yang tengah menunduk.     

"Aku tidak bertanya kepadamu!" ucap Hae Sok.     

"Ini benar-benar aku yang memaksanya, Nek," ujar Dae Hyun. Dia tidak ingin jika istrinya disalahkan karena semua ini adalah kesalahannya.     

"Apa maksudmu?" tanya Hae Sok dengan nada yang lebih tinggi.     

"Aku bersedia menolong keluarganya dengan syarat dia harus menikah denganku," sahut Dae Hyun dengan jujur meski tidak sepenuhnya kesalahannya namun dia tidak ingin menyakiti perasaan istrinya.     

"Apa ayahmu mengajarkan harus meminta imbalan jika menolong seseorang?" teriak Hae Sok dengan tubuhnya sedikit gemetar. Sejak kecil ia mengajarkan anak-anaknya untuk menolong seseorang dengan ikhlas tanpa perlu meminta imbalan apapun sehingga hatinya teriris ketika Dae Hyun berkata jujur seperti itu.     

"Itu karena aku mencintainya, Nek," sahut Dae Hyun dengan tenang.     

"Lalu bagaimana dengan model itu?"      

"Nenek juga pasti sudah tahu jika aku menikah dengannya hanyalah sebuah kesalahan yang aku bahkan ragu jika aku melakukannya." Dae Hyun menghela napas panjang.     

Soo Yin menitikkan air mata dari pelupuk matanya. Trauma masa kecilnya membuatnya takut akan kehilangan orang-orang yang disayanginya. Dalam hidupnya ia hanya memiliki ayahnya, Jae-hwa dan Jean saja sebelum bertemu dengan Dae Hyun. Selama ini orang selalu mengabaikan dan merendahkannya hanya karena dirinya anak seorang wanita simpanan.     

"Nenek, aku mohon jangan membenci Soo Yin karena ini sama sekali bukan kesalahannya," ujar Dae Hyun yang tidak tega melihat istri kecilnya menangis. Andaikan waktu bisa terulang mungkin ia akan memikirkan seribu kali lagi untuk menikahi Soo Yin.     

Semuanya sudah terlambat karena saat ini dia tidak dapat melepaskan Soo Yin. Ia tidak mampu jika harus berpisah dengan istri kecilnya. Ia rela melepaskan semua yang dimilikinya saat ini demi hidup bersama Soo Yin.     

Hae Sok kembali melihat Soo Yin yang tengah terisak. Ada rasa yang berkecamuk di dalam hatinya.      

"Nenek, aku mohon jangan membenciku," ujar Soo Yin dengan air mata yang deras mengalir di pipinya. Ia mencoba meraih tangan yang sudah keriput dimakan usia kemudian menggenggamnya dengan erat.     

"Dimana orang tuamu?" tanya Nenek Hyun Bin sembari memijat pelipisnya. Ada rasa iba melihat Soo Yin benar-benar menangis seperti itu. Meski kecewa namun dirinya juga kasihan pada Soo Yin.     

"Ibuku sudah tiada. Aku sejak kecil tinggal bersama dengan ayahku namun saat ini ayahku sudah ke pulau Jeju," sahut Soo Yin.     

"Jika Dae Hyun pergi meninggalkanmu apa yang akan kau lakukan?"     

Soo Yin memberanikan diri mendongakkan kepalanya. Ia mulai mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya.     

"Nenek, aku tidak akan meninggalkannya," sahut Dae Hyun dengan nada penuh penekanan. Ia tidak suka neneknya mengatakan hal seperti itu tentangnya. Karena sampai kapanpun dia tidak akan pernah meninggalkan istri kecilnya.     

Nenek Hyun Bin tidak bisa berkata apa-apa lagi tentang mereka. Pagi ini hatinya benar-benar dibuat syok oleh mereka berdua. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menerima semua kenyataan yang mengejutkan.     

Tiba-tiba saja ada seorang pelayan yang masuk ke dalam ruang keluarga.     

"Nyonya, di luar ada tamu," ujah salah satu pelayan di rumah itu.     

"Siapa?" tanya Hae Sok.     

"Saya tidak tahu, Nyonya. Hanya seorang wanita muda bersama dengan putranya," sahut pelayan.     

Soo Yin dan Dae Hyun saling berpandangan. Yang ada di pikiran mereka saat ini adalah Yeon Woo bersama putranya yang berkunjung.     

"Baiklah, sebentar lagi kami akan ke luar," ujar Hae Sok pada pelayan.      

Pelayan itu mengganggukkan kepalanya sebelum akhirnya pergi ke dapur membuatkan minuman untuk tamu.     

"Jika kau benar mencintainya seharusnya kau bercerai terlebih dahulu dengan Aeri. Jika sudah seperti ini bagaimana jika keluarga besar kita sampai tahu kau memiliki dua istri. Mereka pasti akan menurunkanmu dari jabatan direktur," ujar Hae Sok.      

"Ya, aku mengerti, Nek," ucap Dae Hyun sembari menghela napas panjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.