Istri Simpanan

Bab 129 - Kompetisi memasak



Bab 129 - Kompetisi memasak

0Soo Yin segera pergi ke dapur bersama dengan Aeri dan mempersiapkan beberapa bahan makanan. Soo Yin tidak mengetahui beberapa bahan yang tampak asing.     

"Kenapa kau selalu saja membuntuti suamiku? Apa kau berniat merayunya?" sindir Aeri di sela aktivitasnya tengah membersihkan bahan-bahan.     

Deg …     

Tiba-tiba hati Soo Yin terasa berdenyut mendengar pernyataan Aeri yang sangat tepat sasaran.     

"Jangan berani-berani kau merayunya! Jika kau masih ingin hidup dengan damai," ancam Aeri sembari menatap Soo Yin.     

"Ten … tentu saja itu tidak mungkin," sahut Soo Yin tergagap. Tubuhnya saat ini terasa panas dingin.     

"Ha … ha … ha …. Tentu saja itu tidak mungkin. Mana mungkin suamiku memiliki selera yang begitu rendah," cibir Aeri dengan menaikkan sebelah bibirnya. Tawa yang begitu renyah membuat Soo Yin merinding mendengarnya.     

'Wanita ini terlalu percaya diri,' ~ gerutu Soo Yin dalam hati. Ingin rasanya ia mengatakan fakta yang sebenarnya namun dia tidak ingin mendapatkan masalah karena Dae Hyun mengatakan jika Aeri adalah wanita yang licik.     

"Suamiku juga tidak mau dengan bekas sampah pria lain," ujar Aeri sembari terkekeh.     

Soo Yin menautkan kedua alisnya. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Aeri.     

"Bukankah kau pernah tidur bersama dengan Tuan Lee Young Join? Tidak usah heran jika aku bisa mengetahui hal ini," ucap Aeri seraya mendengus. Ia tetap sibuk dengan pisaunya yang mulai mengiris beberapa bahan.     

"Aku tidak pernah tidur dengannya," sanggah Soo Yin. Ia teringat kembali malam dimana ia hampir saja dinodai oleh pria brengsek itu.     

"Tidak usah pura-pura karena aku melihat ketika dia membawamu ke apartemennya. Benar kata Li Sa mungkin kau seperti Ibumu yang suka merayu pria kaya." Aeri memandang jijik ke arah Soo Yin.     

Soo Yin mengepalkan tinjunya. Kesabarannya kini benar-benar hampir habis oleh perkataan Aeri yang membuat nyeri ulu hatinya. Untuk melampiaskan semuanya Soo Yin memotong sayuran secara sembarangan.     

Pikirannya benar-benar panas oleh pernyataan pedas yang dilontarkan mulut Aeri.     

"Bagaimana? Apa kalian bisa memasak?" tanya Hae Sok yang membuat Soo Yin terlonjak kaget. Hampir saja jarinya teriris.     

"Tentu saja, Nek. Aku berniat memasak Tangsuyuk dan Kimbab untuk nenek dan Dae Hyun," sahut Aeri sembari melirik Soo Yin yang belum memasak apapun.     

"Lalu bagaimana denganmu?" tanyq Hae Sok sembari memandang Soo Yin.     

"Aku … aku …." Soo Yin bahkan belum terpikirkan apa yang akan dia masak.     

"Tidak usah terlalu banyak berharap padanya, Nek. Sepertinya ia kesusahan untuk memasak," cibir Aeri.     

"Ya sudah, lanjutkan," ujar Hae Sok tidak menanggapi pernyataan Aeri. Ia bergerak kembali ke ruang tamu untuk menemui Jo Yeon Ho kembali.     

Suara dapur terdengar sangat bergemuruh dengan suara peralatan dapur yang saling bersenggolan. Sangat nampak jika Aeri dan Soo Yin jarang memegang peralatan memasak.     

Pelayan sampai kewalahan membersihkan peralatan dapur yang berserakan. Dapur itu juga terlihat sangat berantakan.     

Satu jam kemudian Aeri mulai menata masakannya di meja makan. Mereka berdua saat ini benar-benar seperti tengah berkompetisi memasak. Ada juga pelayan yang sudah menyiapkan masakan mereka karena Hae Sok takut jika makanan menantunya tidak enak.     

Makanan yang dibuat oleh Aeri tampak begitu sempurna dan sangat menggiurkan. Berbeda dengan Soo Yin yang hanya memasak Sundubu Jjigae namun sangat tampak tidak menarik dan tidak menyelerakan untuk disantap.      

Dae Hyun, Jo Yeon Ho dan Hae Sok kini telah duduk melingkar mengitari meja makan.     

"Mana masakan Ibu? Aku ingin sekali mencicipinya," ujar Jo Yeon Ho dengan wajah yang berseri-seri.     

"Kau harus memakan yang ini." Aeri mulai menaruh menu yang dibuatnya ke dalam piring Jo Yeon Ho.     

"Lalu, mana buatan Kakak?" Anak itu tampak bersemangat.     

"Sudah pasti itu tidak enak. Kau bisa sakit perut jika memakannya. Lihatlah, makanan itu bahkan tidak menarik sama sekali," cibir Aeri. Ia sama sekali tidak peduli jika Soo Yin akan tersinggung oleh ucapannya.     

"Sudah, ayo kita makan," ujar Hae Sok. Ia mulai mencicipi makanan Aeri sedikit.     

"Bagaimana, Nek?" Aeri sangat bersemangat ingin mendapatkan pujian dari Hae Sok.     

"Hmmm, tidak buruk," sahut Hae Sok dengan ekspresi datar dan sulit terbaca. Kemudian ia mencicipi makanan yang dibuat oleh Soo Yin.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya melihat ekspresi wajah Hae Sok. Benar saja perkiraan Soo Yin jika masakannya tidak enak karena Hae Sok tidak menelannya padahal hanya mencicipinya sedikit.     

"Aku bilang juga apa jika masakannya sudah pasti tidak enak," ujar Aeri yang merasa puas.     

"Soo Yin, karena kau yang telah membuatnya. Kau juga harus menghabiskan semuanya," ujar Aeri sembari meletakan mangkuk yang berisi masakan Soo Yin ke depannya. Tanpa sepengetahuan Soo Yin tadi Aeri sudah memasukkan bubuk cabai dan merica yang sangat banyak.     

Soo Yin meneguk salivanya. Ia bisa-bisa muntah jika memakan sebanyak itu.     

"Sayang, kau makan punyaku saja," ujar Aeri sembari mengambilkan makanan ke dalam piring suaminya.     

Dae Hyun tidak menanggapi Aeri sama sekali ia justru menggeser makanan Soo Yin ke depannya. Seenak apapun makanan Aeri ia sama sekali tidak berniat untuk mencicipinya. Dae Hyun mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya sedikit. Memang rasanya sedikit aneh dan agak terlalu pedas. Dae Hyun hanya berharap jika tidak akan terjadi sesuatu pada pencernaannya.     

Aeri membelalakkan matanya ketika melihat Dae Hyun yang justru memilih memakan menu Soo Yin dari pada buatannya.     

"Dae Hyun, jangan dimakan!" ujar Aeri. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada suaminya karena niatnya hanya untuk membuat Soo Yin sakit perut.      

Aeri berusaha merebut mangkuk dari tangan Dae Hyun namun Dae Hyun sama sekali tidak melepaskannya.     

"Lepaskan!" ujar Dae Hyun agar Aeri menyingkirkan tangannya.     

Dae Hyun memandang istri kecilnya beberapa saat. Sebelum akhirnya menyuapkan makanan kembali ke dalam mulutnya. Baru dua sendok saja mulutnya sudah terasa seperti terbakar. Bahkan keringat dingin mulai mengucur dari dahinya.     

"Tuan, jangan!" ucap Soo Yin sembari berkaca-kaca. Ia rasanya ingin menangis melihat suaminya memakan masakannya yang pasti terasa aneh.     

Soo Yin segera merebut mangkuk itu dari Dae Hyun namun pria itu tidak memperbolehkannya.     

Soo Yin menarik mangkuk itu dengan kuat hingga isinya tumpah. Lebih baik ia dimarahi oleh Hae Sok dari pada harus melihat suaminya menghabiskan masakannya yang ia sendiri bahkan enggan untuk memakannya.     

"Soo Yin, kenapa kau menumpahkannya?" ujar Dae Hyun sambil merasakan perutnya yang mulai bergejolak. Keringat dingin sudah bercucuran dari dahinya.     

"Makanan itu tidak layak untuk dimakan," ujar Soo Yin dengan cepat.     

Dae Hyun memegangi perutnya yang terasa sakit dan dadanya juga terasa sesak.      

"Dae Hyun, kau kenapa?" ujar Hae Sok yang mulai panik melihat cucunya yang tampak menahan rasa nyeri.     

"Nenek, sebaiknya kita membawanya ke rumah sakit," ujar Aeri. Ia langsung bergegas ke luar untuk memanggil sopir agar membantu memapah Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.