Istri Simpanan

Bab 130 - Tidak selemah itu



Bab 130 - Tidak selemah itu

0Seoho Hospital     

Kini Dae Hyun tengah dalam perawatan dokter di Unit Gawat Darurat. Semua orang menunggu di depan pintu. Tubuh Soo Yin benar-benar lemas kali ini. Air mata tidak kuasa ia bendung lagi.     

"Soo Yin, jika terjadi sesuatu pada suamiku maka kau orang pertama yang harus bertanggung jawab," ujar Aeri sembari memandang tajam ke arah Soo Yin yang terduduk lemas di lantai.     

"Sudah, jangan berdebat. Sebaiknya kalian berdoa saja jika tidak akan terjadi apapun pada Dae Hyun," ucap Hae Sok berusaha untuk tenang meski ada saat ini ia khawatir.      

"Ibu, ayah kenapa?" ujar Jo Yeon Ho. Ia takut terjadi sesuatu pada ayahnya.     

"Yeon Ho, ayahmu baik-baik saja. Tidak usah khawatir," ucap Hae Sok untuk menenangkan cucunya.      

Pertama kali keluarga mengetahui jika Dae Hyun menderita alergi Capsaicin ketika Dae Hyun berusia remaja. Saat itu hampir saja merenggut nyawanya karena Dae Hyun mengalami sesak napas. Setelah itu tidak ada kejadian seperti ini lagi karena mereka selalu melarang jika Dae Hyun makan cabai dalam bentuk apapun.     

Kejadian hari ini sungguh di luar dugaan. Hae Sok tidak menyangka jika demi Soo Yin ia rela makan menu yang akan membahayakan nyawanya.     

Soo Yin terus saja terisak meski tidak bersuara. Ia berusaha menahan suaranya karena Aeri terus menyalahkannya.     

Hae Sok yang melihat Soo Yin menangis sejak tadi tidak tega melihatnya. Ia berjalan menghampiri Soo Yin yang masih bersimpuh di lantai.     

"Soo Yin, bangunlah," ujar Hae Sok seraya membungkukkan tubuhnya untuk menarik tangan Soo Yin agar berdiri.     

"Nenek?" Soo Yin mendongakkan wajahnya dengan deraian air mata di pipinya.     

"Bangunlah, jangan seperti ini," ujar Hae Sok. Meski awalnya ia syok mengetahui jika gadis itu adalah istri kedua Dae Hyun namun karena kejadian tadi sepertinya Dae Hyun benar-benar mencintainya.      

"Nenek, ini semua karena kesalahanku," ujar Soo Yin yang memeluk Hae Sok sambil terisak-isak.     

"Sudah, ini hanya sebuah kecelakaan. Jangan terlalu menyalahkan dirimu. Duduklah di kursi, tidak enak dilihat orang," ujar Hae Sok sembari melepaskan pelukannya.     

Setelah beberapa saat dirayu akhirnya Soo Yin duduk di bangku bersama dengan Jo Yeon Ho. Kini ia sudah bisa menenangkan dirinya.     

"Kakak, kasihan sekali ayahku," ucap Jo Yeon Ho dengan raut wajah sedih.     

"Ayo kita berdoa agar ayahmu baik-baik saja," ujar Soo Yin.     

Jo Yeon Ho menganggukkan kepalanya. Ia segera mengikuti apa yang dilakukan oleh Soo Yin dengan memejamkan matanya dengan kedua tangani yang ditautkan kemudian meletakkannya di bibir.     

Ketika Soo Yin membuka matanya Jo Yeon Ho masih terpejam. Ia tampak masih khusyuk mendoakan ayahnya.     

Setelah beberapa saat akhirnya dokter keluar juga. Hae Sok yang duduk di dekat pintu langsung berdiri ingin mengetahui kondisi cucunya. Begitu juga dengan Soo Yin ia refleks langsung berdiri kemudian segera menghampiri dokter sembari menggandeng Jo Yeon Ho.     

"Dok, bagaimana keadaan cucuku?" tanya Hae Sok kepada dokter yang baru saja ke luar.     

"Kondisinya sudah jauh lebih baik namun disarankan agar pasien tidak memakan cabai dalam bentuk apapun," saran Dokter wanita yang masih muda.     

"Bolehkah kami melihatnya?" tanya Hae Sok.     

"Silahkan, Nek," ujar Dokter itu sebelum akhirnya ia meninggalkan UGD.     

Hae Sok sudah masuk duluan bersama Jo Yeon Ho.     

"Soo Yin, kau tidak usah masuk! Karena suamiku tidak membutuhkanmu," ucap Aeri yang baru saja muncul entah dari mana. Ia melirik Soo Yin sekilas sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan untuk melihat keadaan Dae Hyun.     

Dengan sedih dan kecewa Soo Yin hanya bisa melihat dari kaca kecil yang terletak di pintu. Ia bersyukur karena keadaan Dae Hyun sudah baik-baik saja. Soo Yin merasa sangat bersalah karena semenjak bersama dengannya Dae Hyun selalu saja hampir celaka.     

Soo Yin hanya meraba kaca kecil yang terletak di pintu dengan perlahan sembari tersenyum. Ia memutuskan untuk ke luar dari rumah sakit kamudian duduk di sebuah bangku panjang yang terletak di bawah pohon. Percuma saja memohon karena Aeri tidak akan membiarkannya masuk.     

Dae Hyun mencoba untuk duduk. Ia sangat tidak suka dengan bau rumah sakit.     

"Lebih baik kau berbaring saja," ujar Hae Sok.     

"Aku tidak selemah itu, Nek. Dimana Soo Yin? Kenapa tidak ada di sini?" Dae Hyun melihat ke sekeliling ruangan namun tidak menemukan istri kecilnya.     

"Sayang, tidak perlu mencarinya karena kau pasti tidak membutuhkannya. Ini juga kesalahannya sehingga kau seperti ini," ujar Aeri.     

"Biarkan nenek yang memanggilnya," ujar Hae Sok  yang langsung membuka pintu namun bangku tunggu di depan ruangan itu kosong. Ia memandang koridor tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Soo Yin. Padahal tadi Soo Yin berada di sana sehingga Hae Sok kembali ke dalam.     

"Dimana Soo Yin, Nek?" tanya Dae Hyun ketika neneknya kembali sendirian.     

"Soo Yin tidak ada di luar. Mungkin sedang ke toilet," sahut Hae Sok.     

Tanpa pikir panjang Dae Hyun langsung melepaskan jarum infus yang menempel di tangannya. Ia bahkan hendak melepaskan alat bantu pernapasan yang menempel di hidungnya. Ia tadi mengalami sesak sehingga dokter memberikan peralatan pernapasan.     

"Dae Hyun, apa yang kau lakukan?" ujar Aeri sembari membelalakkan matanya. Ia tak percaya dengan apa yang dilakukan Dae Hyun.     

"Aku akan pergi mencari Soo Yin," ucap Dae Hyun. Ia sangat cemas jika istri kecilnya akan melakukan sesuatu yang buruk.     

Ceklek …     

Baru saja hendak turun dari ranjang masuk Ny. Park yang baru saja tiba di Busan. Ia dan Kim Soo Hyun langsung berangkat setelah Aeri menghubungi jika terjadi sesuatu pada Dae Hyun. Sedangkan Park Ji Hoon tidak bisa ikut karena ada urusan.     

"Siapa yang menghubungi ibu?" tanya Dae Hyun seraya menatap tajam ke arah Aeri. Baginya ini sangat berlebihan karena harus menelepon keluarganya padahal kondisinya baik-baik saja.     

"Aku hanya khawatir takut terjadi sesuatu padamu," sahut Aeri.     

"Sungguh kau terlalu berlebihan!" umpat Dae Hyun. Bukan tidak suka jika ornag tuanya datang namun Dae Hyun merasa jika hal itu sangat tidak perlu.     

"Dae Hyun, kenapa kau memakan sesuatu yang membahayakan nyawamu?" ujar Ny Park. Raut wajahnya menyiratkan rasa cemas yang mendalam karena takut kejadian di masa lalu terulang kembali.     

"Aku baik-baik saja, Bu" ujar Dae Hyun dengan santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya. Padahal tadi lehernya tercekat dan dadanya kesulitan untuk bernapas. Namun jika ia terlihat menderita maka kemungkinan besar Soo Yin akan disalahkan. Dia tidak ingin membuat Soo Yin sedih.     

"Aeri bilang kau makan yang dimasak oleh Soo Yin? Apa gadis itu tidak tahu jika kau tidak bisa makan pedas?" ujar Ny Park.     

"Tidak usah menyalahkannya, Bu," ujar Dae Hyun sembari menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.     

"Lalu, kau mau kemana? Kenapa melepas semua peralatan ini?" ujar Ny Park.     

"Aku akan mencari Soo Yin, aku takut terjadi sesuatu kepadanya." Dae Hyun tetap bersikeras ingin mengetahui keberadaan Soo Yin.     

"Sudah, sebaiknya kau tidur istirahat saja. Ibu akan menyuruh Kim Soo Hyun untuk mencarinya," ucap Ny. Park.     

"Tapi, Bu …." ujar Dae Hyun.     

"Benar kata ibu. Dia mungkin hanya ke luar sebentar untuk mencari angin," timpal Aeri. Ia mulai menaruh curiga pada suaminya yang selalu berlebihan sikapnya terhadap Soo Yin.     

Dae Hyun terpaksa menuruti perkataan ibunya karena Dokter yang memeriksanya tiba-tiba saja datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.