Istri Simpanan

Bab 131 - Mengakhiri hidup?



Bab 131 - Mengakhiri hidup?

0Kim Soo Hyun baru saja ke luar dari mobil ketika ponselnya berdering. Ia segera menjawab panggilan yang ternyata dari ibunya.     

"Ada apa, Bu?" tanya Kim Soo Hyun setelah sambungan telepon terhubung.     

"Dimana kau sekarang?" tanya Ny Park.     

"Aku masih di parkiran," sahut Kim Soo Hyun.     

"Tolong cari Soo Yin terlebih dahulu karena sepertinya dia pergi di luar," ujar Ny. Park.     

"Soo Yin menghilang?" Kim Soo Hyun cemas mendengar perkataan ibunya.     

"Tidak, mungkin dia hanya ke luar sebentar. Maka sebaiknya kau mencarinya," sahut Ny. Park     

"Baiklah." Kim Soo Hyun segera mengikuti apa yang diperintahkan ibunya. Lagi pula tujuannya datang ke Busan salah satunya untuk bertemu Soo Yin. Jika saja saudaranya tidak membawa bersamanya maka rencananya pasti sudah berjalan dengan lancar.     

Kim Soo Hyun menyusuri setiap pekarangan rumah sakit untuk mengetahui keberadaan Soo Yin. Berulang kali ia sudah berusaha menghubungi ponselnya namun tidak ada jawaban. Tiba-tiba pandangannya jatuh pada sosok yang tengah berdiri di pinggir kolam.     

Sosok wanita memakai baju berwarna merah maroon. Baju itu sangat tidak asing karena dia pernah beberapa kali melihatnya. Tidak salah lagi wanita itulah yang dicarinya sejak tadi ternyata tengah berdiri di dekat kolam ikan bahkan bisa dibilang sudah sangat dekat.     

"Jangan-jangan dia mau bunuh diri," gumam Kim Soo Hyun. Ia segera berlari takut Soo Yin berbuat sesuatu yang buruk.     

"Soo Yin, jangan lakukan itu!" Kim Soo Hyun menarik pergelangan tangan Soo Yin dari belakang.     

Soo Yin yang tengah berdiri kehilangan keseimbangan sehingga ia langsung terjatuh di pelukan Kim Soo Hyun yang sudah terjangkang ke tanah duluan. Kini posisi Soo Yin berada di atas tubuh Kim Soo Hyun.     

Kondisi tanah yang miring menyebabkan mereka berguling-guling beberapa saat sebelum akhirnya tubuh mereka berhenti di tanah yang rata.     

'Jika ini semua adalah mimpi maka aku ingin dengan posisi seperti ini beberapa jam lagi,' ~ batin Kim Soo Hyun yang terus memandangi wajah nan begitu cantik. Kim Soo Hyun benar-benar terbuai oleh kecantikan sederhana dari wanita yang kini berada di atasnya.     

"Tuan, tolong lepaskan aku." Soo Yin berulang kali mengatakan hal itu namun Kim Soo Hyun malah memeluk tubuhnya dengan erat.     

"Ah, maaf." Kim Soo Hyun segera tersadar dari lamunannya sehingga langsung melepaskan tubuh Soo Yin. Ia saat ini merasakan jantungnya berdebar-debar tidak karuan.     

Soo Yin perlahan bangkit berdiri kemudian mengusap rumput kering yang menempel di pakaiannya.     

"Biar aku bantu." Setelah Kim Soo Hyun berhasil berdiri ia membantu membersihkan rumput kering yang menempel di rambut Soo Yin.     

"Terima kasih," sahut Soo Yin.     

"Apa kau tadi hendak mengakhiri hidupmu? Kenapa kau melakukan hal gila seperti itu?" gerutu Kim Soo Hyun. Dia tidak habis pikir jika mental Soo Yin selemah itu. Hanya karena hampir mencelakai saudaranya ia harus mengakhiri hidupnya.     

"Mengakhiri hidup?" Soo Yin mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti maksud perkataan Kim Soo Hyun.     

"Bukankah kau tadi hendak bunuh diri?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Untuk apa aku harus melakukan hal seperti itu," ujar Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Lalu kenapa kau berdiri di pinggir kolam terlalu dekat?" ucap Kim Soo Hyun.     

"Aku hanya ingin mengambil syalku yang jatuh tertiup angin," ucap Soo Yin. Reaksi Kim Soo Hyun sungguh berlebihan. Kolam itu bahkan airnya hanya sebatas lutut saja. Anak kecil juga tidak akan tenggelam jika jatuh ke sana.     

"Kau menangis?" Kim Soo Hyun baru menyadari jika mata Soo Yin agak sembab. Kelopak matanya juga bengkak.     

"Tidak," sanggah Soo Yin sembari mengucek kedua matanya.      

"Sudahlah kau tidak perlu cemas karena kakakku kini keadaannya sudah baik-baik saja. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu karena kau melakukannya tanpa sengaja. Itu juga salah kakakku kenapa masih makan pedas padahal ia mengetahui hal itu dapat mengancam nyawanya," ucap Kim Soo Hyun panjang lebar. Ia ingin menenangkan hati Soo Yin jika itu bukanlah kesalahannya.     

"Apa tuan Dae Hyun baik-baik saja?" Ia ingin mengetahui jika keadaan suaminya baik-baik saja dan tidak ada masalah yang serius.     

"Tentu saja, sudah tidak usah dipikirkan."     

"Apa aku boleh bertemu dengannya?" tanya Soo Yin. Ia belum tenang jika belum memastikan sendiri hal itu.     

"Tentu saja boleh. Memangnya siapa yang akan melarangmu?" ujar Kim Soo Hyun.     

"Nona Aeri tidak mengizinkanku masuk," ucap Soo Yin dengan raut wajah sedih.     

"Jangan khawatir. Ayo kita masuk," ajak Kim Soo Hyun yang langsung menggandeng pergelangan tangan Soo Yin. Ternyata benar, baru saja menyentuh tangannya hatinya kembali berdebar-debar. Ia tidak pernah merasakan hal semacam ini meski dekat dengan begitu banyak wanita. Kim Soo Hyun semakin yakin jika Soo Yin adalah cinta sejatinya.      

"Tuan, tolong lepaskan tanganku," ujar Soo Yin. Ia merasa sangat tidak nyaman Kim Soo Hyun menggandengnya. Ia juga tidak ingin jika Kim Soo Hyun akan beranggapan sesuatu yang lain.     

"Maaf, aku terlalu bersemangat untuk segera melihat saudaraku." Dengan berat hati Kim Soo Hyun melepaskan tangan Soo Yin.      

'Bersabarlah sebentar lagi Kim Soo Hyun. Jika dia sudah menerimamu maka kau bisa menggandeng tangannya setiap waktu,' ~ batin Kim Soo Hyun. Ia berbicara pada dirinya sendiri agar bersabar sebentar lagi. Ia sangat yakin jika Soo Yin akan bersedia menjadi calon istrinya.     

Soo Yin berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke dalam gedung rumah sakit yang diikuti Kim Soo Hyun di belakangnya karena tadi mendadak ada yang menghubunginya.     

Soo Yin kini sudah berdiri di depan pintu ruangan dimana Dae Hyun dirawat. Baru saja hendak memegang gagang pintu Aeri ke luar sembari menatap tajam ke arahnya.     

"Dasar menyusahkan saja!" umpat Aeri. Sepertinya Ia harus mempunyai cara untuk menyingkirkan Soo Yin dari keluarga Dae Hyun karena ia mempunyai firasat buruk. Setiap ada Soo Yin di dekat keluarga suaminya semua orang selalu saja menomorsatukan dia.     

"Maaf Nona, apa boleh aku masuk?" tanya Soo Yin sembari menggigit bibir bawahnya.     

"Kenapa kau tidak pulang saja ke Seoul? Kau itu sama sekali tidak dibutuhkan di sini. Ini semua juga salahmu," ucap Aeri dengan ketus.     

"Aeri, kau berbicara dengan siapa?" seru Ny. Park dari dalam ruangan.     

"Ini aku …." Baru saja Aeri hendak mengatakan jika dirinya berbicara dengan tukang bersih-bersih rumah sakit namun Kim Soo Hyun tiba-tiba saja muncul.     

"Aku mengobrol dengan Soo Yin, Bu," sambung Aeri. Kemudian ia membuka pintu lebih lebar agar Soo Yin masuk padahal ia tadi sudah hampir mengusirnya.     

"Soo Yin, masuklah. Suamiku menunggumu sejak tadi," ujar Aeri dengan senyuman palsunya.     

Soo Yin dan Kim Soo Hyun akhirnya masuk bersama-sama.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.