Istri Simpanan

Bab 132 - Tidak menyesal



Bab 132 - Tidak menyesal

0Dae Hyun merasa lega setelah melihat istri kecilnya baik-baik saja namun ia juga merasa bersalah ketika mengamati kelopak mata istrinya yang tampak sembab.     

"Soo Yin, kau dari mana saja?" tanya Ny. Park. Entah mengapa ia selalu suka jika melihat Soo Yin apalagi setelah mengetahui Kim Soo Hyun menyukainya. Ia semakin tidak sabar ingin menjadikannya menantu.     

"Aku hanya ke belakang gedung ini untuk mencari angin sebentar. Maaf jika aku merepotkan kalian," ucap Soo Yin sembari membungkukkan tubuhnya.     

"Tidak sama sekali," sahut Ny Park sembari menggenggam jemari Soo Yin.      

Soo Yin benar-benar terharu dengan Ny Park yang tersenyum hangat kepadanya karena sejak kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Ia sangat berharap jika sikap Ny Park tidak akan berubah jika mengetahui semuanya.     

"Dimana nenek dan Yeon Ho?" tanya Soo Yin yang mengamati sekeliling ruangan namun tidak ada Jo Yeon Ho Dan nenek Hyun Bin.     

"Mereka sudah diantarkan pulang karena tidak baik seorang anak kecil berada di rumah sakit," sahut Ny Park.     

Soo Yin menganggukan kepalanya karena mengerti mengenai hal itu.     

"Kakak, kenapa kau bertindak bodoh seperti itu?" gerutu Kim Soo Hyun sembari memandang Dae Hyun yang tengah duduk di ranjang.     

Dae Hyun hanya menatap Kim Soo Hyun sekilas sembari mendengus. Meski hampir membahayakan nyawanya namun ia sama sekali tidak menyesal untuk melakukan hal itu. Ia tidak mau jika Aeri menghina masakan istri kecilnya karena ia tahu Soo Yin pasti sangat bekerja keras membuatnya.     

"Aku ingin pulang saja karena aku sudah sembuh," ujar Dae Hyun yang hendak melepaskan jarum infus lagi. Setelah melihat Soo Yin ia tidak membutuhkan obat apapun. Lagi pula semakin lama berada di sini Aeri pasti akan menyalahkan Soo Yin.     

"Sayang, tetaplah di sini sampai besok pagi agar kondisi tubuhmu sudah benar-benar pulih," ujar Aeri sembari memegang lengan Dae Hyun.     

Dae Hyun menghempaskan tangan Aeri dengan kasar hingga membuat tubuh Aeri terhuyung ke belakang. Beruntung ada Ny. Park yang berada di sebelahnya.     

"Dae Hyun, kenapa kau kasar seperti itu pada istrimu?" ujar Ny. Park yang melotot ke arah putranya.     

"Ibu, sepertinya Dae Hyun benar-benar membenciku gara-gara foto itu." Aeri langsung sesenggukan sembari mengusap air mata yang menetes di pipinya. Ternyata belajar akting menangis sangat bermanfaat di situasi seperti ini.     

"Aku tidak sengaja. Sudahlah, tidak usah berlebihan," ucap Dae Hyun dengan nada datar tanpa merasa bersalah sama sekali.     

"Dae Hyun, cemburumu itu sudah sangat keterlaluan. Cepat minta maaf pada Aeri sekarang juga!" Ny Park sangat geram dengan Dae Hyun yang menyakiti hati istrinya. Ia mengusap pundak Aeri untuk menenangkannya.     

"Benar kata ibu, Kak. Kau tidak boleh bersikap kasar kepada kakak ipar," timpal Kim Soo Hyun.     

"Tidak usah ikut campur!" ucap Dae Hyun dengan suara tinggi.     

Soo Yin hanya mengamati mereka yang tengah saling beradu mulut. Melihat sikap Dae Hyun seperti itu kepada Aeri sungguh sangat berbanding terbalik dengan sikap kepadanya yang begitu lembut dan perhatian. Soo Yin jadi berpikir apakah suaminya itu mempunyai sikap ganda karena sikapnya yang sangat berubah total.     

Aeri terus terisak-isak. Ia tidak akan berhenti menangis sebelum Dae Hyun memohon maaf kepadanya.     

"Dae Hyun, minta maaf sekarang juga!" ujar Ny. Park sekali lagi.     

"Apa susahnya meminta maaf kepada kakak ipar." Kim Soo Hyun turun protes karena sikap saudaranya yang begitu keras kepala.     

"Baiklah, aku minta maaf," ucap Dae Hyun dengan malas dan sangat muak.     

"Aku sudah memaafkanmu karena aku tau jika kau benar-benar cemburu itu artinya kau mencintaiku," ujar Aeri dengan senyuman licik tersungging di bibir tipisnya.     

"Sudahlah, aku ingin istirahat. Sebaiknya kalian pulang saja ke rumah nenek. Biarkan aku sendiri di sini kecuali Soo Yin yang tidak boleh pulang. Dia harus merawatku karena aku sudah membayarnya dengan mahal," tukas Dae Hyun. Ia sama sekali tidak masalah jika keluarganya menganggap ucapannya tidak masuk akal.     

"Kakak, Soo Yin itu sekretarismu bukan pelayanmu," protes Kim Soo Hyun. Ia tidak rela jika Soo Yin harus merawat Dae Hyun.     

"Itu urusanku! Kau tidak usah ikut campur. Sekarang pulanglah, aku ingin istirahat." Dae Hyun menarik selimut dari kaki hingga ujung kepalanya. Dalam hati ia berdoa agar mereka semua benar-benar meninggalkan rumah sakit.     

"Ibu, biarkan aku saja yang menjaganya." Aeri ingin menunjukan pada mertuanya jika ia sudah merubah sikapnya.     

"Aeri, kau juga pulang karena aku tidak ingin kau kelelahan menjagaku," ujar Dae Hyun dari bawah selimut. Ia terpaksa mengucapkan kata-kata menjijikan seperti itu.     

"Terima kasih, Sayang. Ternyata kau sangat pengertian kepadaku." Aeri membungkukkan tubuhnya untuk memeluk tubuh suaminya namun Dae Hyun sedikit berontak sehingga ia melepaskannya.     

"Soo Yin, kalau dia macam-macam hubungi saja nomorku," ujar Kim Soo Hyun.     

"Baik, Tuan," sahut Soo Yin.     

Sebenarnya Kim Soo Hyun ingin menemani Soo Yin di rumah sakit namun terlalu lama berada di rumah sakit membuat perutnya bergejolak. Ia sangat benci bau obat-obatan yang ada di sana.     

Soo Yin mengekor sampai di pintu untuk mengantarkan ketiga orang itu. Ia menghela napas panjang sebelum berbalik menghampiri Dae Hyun.     

Soo Yin berjalan cepat ketika melihat Dae Hyun sedang membungkuk memegangi dadanya. Ia memejamkan matanya seperti menahan sesuatu yang sesak di dada.     

"Tuan, kau kenapa?" tanya Soo Yin panik. Ia berdiri namun tidak tahu apa yang harus dilakukan.     

"Hubungi Dokter Kang sekarang juga," ujar Dae Hyun sembari menahan rasa sesak dan sakit di bagian dadanya. Ia memegang lehernya yang terasa seperti tercekat.     

"Baiklah," sahut Soo Yin. Ia segera menghubungi dokter Kang untuk meminta pendapat apa yang harus dilakukan ternyata Dokter Kang menyarankan Soo Yin agar menebus obat di apotek rumah sakit sesuai obat yang ia sarankan.     

Soo Yin segera berlari melewati koridor rumah sakit. Ia sama sekali tidak peduli dengan orang-orang yang melihatnya. Tak jarang ia bahkan hampir saja menabrak orang lain. Saat ini ia benar-benar panik takut terjadi sesuatu pada Dae Hyun. Keadaan ini ia seperti mengalami de ja vu ketika ayahnya berada di rumah sakit dahulu.     

Setelah mendapatkannya Soo Yin segera kembali ke ruangan tempat Dae Hyun dirawat. Ia segera bergegas menuangkan air putih kemudian membuka obat dari bungkusnya.     

"Tuan, minumlah," ujar Soo Yin dengan tubuh gemetar dan keringat dingin mengalir membasahi tubuhnya.      

Dae Hyun segera meminum semua obat itu. Obat dengan jumlah sepuluh butir segera ditelannya. Ia menyandarkan kepalanya di sisi ranjang dengan napas yang terengah-engah. Ia kembali memejamkan matanya.     

"Sayang, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" ujar Soo Yin dengan berlinang air mata yang terus membasahi pipinya. Tangannya menggenggam erat jemari Dae Hyun.     

"Tidak usah cemas, aku baik-baik saja," ucap Dae Hyun masih memejamkan matanya. Ia tersenyum sembari meremas jemari istrinya.     

"Setelah menikah denganku kau selalu saja hampir celaka," ujar Soo Yin sembari sesenggukan. Ia menundukkan kepalanya untuk mencium tangan Dae Hyun.     

"Hei, jangan berbicara seperti itu. Ini semua bukan kesalahanmu," ujar Dae Hyun. Setelah meminum obat yang diresepkan Dokter Kang kini keadaannya dadanya sudah mulai membaik.     

Dae Hyun duduk kemudian membungkukkan tubuhnya untuk mengecup puncak kepala istri kecilnya.     

Soo Yin mendongakkan wajahnya. Ia merasa terlalu sedih sehingga tidak menyadari jika Dae Hyun sudah duduk kembali.     

Dae Hyun mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah yang penuh air mata itu. Ia merengkuh wajah Soo Yin kemudian mengusap air matanya secara perlahan.     

"Jangan menangis, lihatlah kelopak matamu yang sudah bengkak. Nanti dokter mengira jika aku menyakitimu," ujar Dae Hyun seraya tersenyum.     

Soo Yin mengerucutkan bibirnya sembari mengembang kempiskan hidungnya. Ia merasa sangat cemas namun suaminya malah menggodanya.     

"Ayo, kita pergi dari sini," ajak Dae Hyun.     

"Mau kemana? Bukankah kondisimu saat ini belum membaik?" ujar Soo Yin.     

"Bukankah sudah kukatakan jika bersamamu bisa menjadi obat untukku. Aku akan sangat baik-baik saja jika berada di dekatmu," ujar Dae Hyun.     

"Kita tidak akan pergi kemanapun sebelum kau sembuh," tolak Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.