Istri Simpanan

Bab 134 - Tidak ingin memakannya



Bab 134 - Tidak ingin memakannya

0Soo Yin terus berdiri di dekat pintu seraya memandangi suaminya yang tengah memakai mantelnya.     

"Lebih baik kau tetap tinggal di sini saja. Nanti aku yang akan membelikan makanan untukmu," ujar Soo Yin. Ia tidak ingin mendapatkan masalah jika sampai ketahuan pergi ke luar dari rumah sakit karena tempat makan yang akan dikunjunginya cukup jauh dari area rumah sakit.     

"Aku akan ikut!" ucap Dae Hyun dengan cepat dan tidak ingin ada bantahan dari Soo Yin. Ia tidak akan merasa tenang membiarkan istrinya pergi ke luar sendirian di tempat yang masih asing.     

"Terserah kau saja." Soo Yin menyerah untuk membujuk Dae Hyun agar tetap tinggal karena percuma saja.     

Soo Yin dan Dae Hyun berjalan dengan mengendap-endap takut ketahuan oleh dokter yang merawatnya. Selama berjalan di lorong rumah sakit Dae Hyun terus menggenggam erat pergelangan tangan istrinya. Seakan-akan tak rela melepaskannya meski hanya sesaat.      

Setelah 10 menit barulah mereka berhasil ke luar dari gedung rumah sakit.     

"Sayang, aku ingin makanan yang berada di pinggir jalan di sebelah sana," ujar Soo Yin sambil menunjuk jalanan yang cukup ramai. Saat berangkat tadi tanpa sengaja ia melihat beberapa macam makanan yang tiba-tiba ingin disantap.     

"Kita pesan taksi dulu," ujar Dae Hyun. Meski tidak jauh namun Dae Hyun tidak ingin istrinya kelelahan apalagi ia pasti hatinya terguncang karena tadi Aeri terus menyalahkannya.     

"Aku tidak ingin naik taksi. Aku ingin kau menggendongku," rengek Soo Yin seperti anak kecil.     

Tanpa pikir panjang Dae Hyun langsung berjongkok agar Soo Yin lebih mudah menaiki punggungnya. Tubuh istrinya yang kecil itu tidak akan terasa berat sama sekali.     

Soo Yin segera menaiki punggung Dae Hyun kemudian mengalungkan tangannya di leher. Dae Hyun menyangga kedua kaki Soo Yin dengan pergelangan tangannya agar tidak terjatuh.     

Dae Hyun terus melangkahkan kakinya sejauh hampir 100 meter. Terakhir kali menggendong Soo Yin tubuhnya ringan tapi kali ini terasa lebih berat sehingga Dae Hyun sedikit terengah-engah. Atau karena tubuhnya yang melemah sehingga Soo Yin terasa lebih berat.      

"Kau sedikit lebih berat sekarang," ujar Dae Hyun sembari terus melangkah. Ia berjalan di trotoar yang agak sunyi     

"Jadi sekarang aku gendut?" tanya Soo Yin yang tersinggung dengan perkataan suaminya.     

"Tidak, Sayang. Kau hanya sedikit lebih berisi bukannya gendut tapi aku semakin menyukaimu. Kau terlihat lebih cantik sekarang," puji Dae Hyun untuk mengembalikan suasana hati istri kecilnya. Sepertinya Soo Yin sedang datang bulan sehingga lebih sensitif.     

"Tidak usah berbohong," ucap Soo Yin dengan memasak wajah cemberut.     

"Untuk apa aku berbohong. Bagiku kau selalu cantik bagaimanapun keadaanmu," ujar Dae Hyun dengan lembut sembari mendongakkan wajahnya sedikit untuk memandang wajah istrinya.     

Soo Yin mendengus sembari menempelkan pipinya di punggung Dae Hyun tanpa menanggapi perkataan suaminya kembali.     

"Jika Aeri mengatakan apapun yang menyakitimu. Aku ingin kau tidak memikirkannya," ujar Dae Hyun sembari terus melangkah.     

"Kenapa?" tanya Soo Yin.     

"Aku tidak ingin dia meracuni pikiranmu yang akan membuatmu ragu. Jadi apapun perkataannya yang menyakitkan hatimu, kau tidak perlu mendengarkannya," ujar Dae Hyun.     

"Tenanglah, aku tidak pernah memikirkan apapun yang ia katakan," sahut Soo Yin. Sejak kecil Soo Yin sudah terbiasa mendengar kata-kata hinaan sehingga sekarang ia sudah mulai kebal.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di punggung Dae Hyun. Terasa sangat nyaman hingga membuat matanya mengantuk.     

Tidak berapa lama kemudian akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Di Jalanan itu sudah sangat ramai oleh para pengunjung.     

"Sayang, kita sudah sampai," ucap Dae Hyun namun tidak ada jawaban dari istri kecilnya. Pria itu mendongakkan kepalanya ke samping untuk melihat Soo Yin yang ternyata tertidur. Pantas saja rasanya semakin berat.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya menuju salah satu kursi panjang yang ada di bawah pohon. Ia menurunkan Soo Yin di kursi karena belum bangun juga. Dae Hyun menggerakkan pinggangnya memutar ke kanan dan ke kiri untuk menghilangkan sedikit rasa pegal.     

"Sayang, bangunlah." Dae Hyun mengguncang tubuh istri kecilnya pelan-pelan karena takut mengagetkannya.     

Soo Yin menguap kemudian menutupi mulutnya dengan tangan.     

"Kita sudah sampai?" ujarnya sembari mengucek kedua matanya.     

"Jika kau mengantuk sebaiknya kita pulang saja," ujar Dae Hyun.     

Sudah beberapa hari Soo Yin mengalami rasa kantuk yang berlebihan sehingga ketika kepalanya menyentuh sesuatu yang terasa nyaman maka matanya akan cepat sekali untuk terpejam.     

"Tidak mau, aku ingin semua makanan yang tadi kulihat." Soo Yin buru-buru berdiri untuk menghilangkan rasa kantuknya. Ia tidak ingin pulang sebelum mendapatkan apa yang dilihatnya siang tadi.     

"Belilah semua yang kau mau," ujar Dae Hyun yang ikut berdiri kemudian mengacak-acak rambut Soo Yin.     

Dae Hyun selalu mengikuti langkah Soo Yin kemanapun dia mau. Kini tangannya sudah menenteng beberapa macam makanan yang sudah dibeli oleh istri kecilnya. Dae Hyun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Soo Yin yang tidak kunjung usai padahal mereka sudah berkeliling.     

Ada Odeng atau fish cake, tokkebi hot dog, twigim atau tempura, bungeoppang, gyeranpang, ada juga gurita dan cumi-cumi kering.     

"Kau yakin akan menghabiskan semua ini?" tanya Dae Hyun sembari mengangkat tangannya yang sudah kesusahan membawa kantong plastik.     

"Tentu saja," ujar Soo Yin dengan mata berbinar-binar.     

Dae Hyun mengajak Soo Yin untuk duduk di sebuah bangku panjang yang terletak tidak jauh dari tempat itu.     

Soo Yin merasa air liurnya ingin menetes ketika melihat makanan di depannya yang terlihat sangat menggiurkan. Ia mulai mencicipi makanan itu dengan penuh semangat namun baru saja mencicipi cumi-cumi kering kini ia sudah tidak berselera untuk memakannya.     

"Aku tidak mau memakannya," ujar Soo Yin sembari menyodorkan semuanya pada Dae Hyun.     

"Bukankah kau tadi yang memintanya. Lalu untuk apa semua ini?" tanya Dae Hyun.     

"Aku ingin kau yang memakannya," ujar Soo Yin.     

"Perutku tidak akan muat memakan semua ini," ucap Dae Hyun sembari memijat pelipisnya.     

Soo Yin mengamati sekeliling hingga ia menemukan beberapa gelandangan yang tengah duduk di pinggir jalan.     

"Ayo, berikan saja kepada mereka dari pada terbuang," ujar Soo Yin yang langsung mengambil kantong kresek yang berisi masakan. Ia berjalan ke arah gelandangan kemudian memberikan semua makanan pada mereka. Melihat keadaan mereka yang terlunta-lunta tanpa ada tempat untuk berteduh membuat hati Soo Yin tersentuh. Jika Dae Hyun tidak menolong keluarganya mungkin sekarang dirinya akan bernasib sama dengan mereka.     

Soo Yin terus memberikannya pada beberapa orang hingga tidak tersisa. Ternyata ia harus banyak bersyukur karena kehidupannya jauh lebih layak. Tak pernah terbayangkan bagaimana jadinya jika ia tidak menikah dengan Dae Hyun. Pria yang sabar dan penuh kasih sayang.      

Melihat para gelandangan yang tampak senang mendapatkan makanan, tanpa sadar air mata menetes di pipinya.      

"Ada apa?" tanya Dae Hyun yang sudah berdiri di samping Soo Yin. Ia bingung ketika istrinya tiba-tiba saja sedih.     

"Tidak ada, ayo kita pulang," ujar Soo Yin tersenyum seraya mengusap air mata yang menggenang di pelupuk matanya.     

Soo Yin terus menggandeng pergelangan tangan Dae Hyun. Ia menyandarkan kepalanya di bahu suaminya selama perjalanan kembali ke rumah sakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.