Istri Simpanan

Bab 135 - Tidur di ranjang yang sempit



Bab 135 - Tidur di ranjang yang sempit

0Setelah kembali ke rumah sakit Soo Yin mencuci mukanya terlebih dahulu di kamar mandi. Ruang yang ditempati Dae Hyun adalah ruangan VIP sehingga memiliki kamar yang cukup luas dan kamar mandi sendiri. Namun senyaman apapun kamar di rumah sakit tetap saja tidak akan ada orang yang betah untuk tinggal di sana.     

"Sayang, kemarilah," panggil Dae Hyun ketika Soo Yin baru ke luar dari kamar mandi. Ia menempuk ranjang di sampingnya yang masih kosong.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin sembari mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil.     

"Tidurlah di sini," ujar Dae Hyun yang sudah berbaring terlebih dahulu. Ranjang itu bisa muat dua orang namun jika mereka bergerak sedikit saja maka salah satu pasti akan terjatuh.     

"Aku tidur di sofa saja," sahut Soo Yin. Ia melangkahkan kakinya menuju sofa. Lebih nyaman di sana dari pada harus tidur di ranjang yang sempit.     

Soo Yin segera membaringkan tubuhnya di sofa karena sekarang hampir tengah malam sehingga matanya sudah ngantuk berat.     

Dae Hyun segera turun dari ranjang bergegas menghampiri istri kecilnya yang keras kepala. Ia langsung mengangkat tubuh Soo Yin yang sudah memejamkan matanya hampir. Seketika Soo Yin merasa tubuhnya melayang di udara sehingga ia langsung mencengkram lengan Dae Hyun.     

Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di ranjangnya. Ia tidak tega jika membiarkan istrinya tidur di sofa karena pasti sangat tidak nyaman.     

"Sayang, tidurlah." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin dengan lembut.     

"Kau mau kemana?" ujar Soo Yin seraya memegang lengan Dae Hyun.     

"Biarkan aku yang tidur di sofa," ujar Dae Hyun dengan tersenyum.     

"Tidurlah di sini bersamaku. Sepertinya ranjang ini muat untuk kita berdua yang penting jangan terlalu banyak bergerak," ujar Soo Yin.     

"Baiklah, jika kau meminta." Dengan senang hati Dae Hyun langsung naik ke atas ranjang karena memang inilah yang ia harapkan. Ia mematikan lampu terlebih dahulu karena terlalu silau.     

Dae Hyun melingkarkan lengannya di perut Soo Yin sembari menatap wajahnya lekat-lekat. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh bibir lembut Soo Yin yang begitu menggoda.     

"Sayang, tidurlah," ujar Soo Yin yang perlahan membuka matanya. Ia melihat Dae Hyun yang tengah tersenyum ke arahnya dan ternyata wajah mereka kini tinggal berjarak beberapa sentimeter saja.     

Melihat Soo Yin yang membuka matanya Dae Hyun merasa tidak tahan ingin melahap bibir yang berwarna merah muda itu. Ia langsung mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibir istrinya. Ciuman itu semakin lama semakin panas hingga Soo Yin ingin terlepas karena napasnya yang sudah terengah-engah.     

Soo Yin membalas ciuman Dae Hyun hingga lidah mereka saling bertautan. Ia segera tersadar jika sekarang berada di rumah sakit sehingga Soo Yin menghentikannya. Jangan sampai mereka berbuat sesuatu di rumah sakit.     

"Hentikan! Ingat, kita sekarang berada di rumah sakit," ujar Soo Yin sembari menutupi mulutnya dengan telapak tangan agar Dae Hyun tidak menciumnya lagi.     

"Memangnya kenapa?" tanya Dae Hyun dengan sorot mata yang sayu.     

"Sudahlah, sebaiknya kita tidur atau aku akan tidur di sofa saja," ancam Soo Yin.     

"Baiklah." Dae Hyun hanya menghela napas panjang mendengar ancaman istrinya.     

Soo Yin membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Dae Hyun.      

================================     

Tok … tok … tok ….     

Di luar Kim Soo Hyun mengetuk pintu dengan sangat kuat. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan Dae Hyun pasti memperlakukan Soo Yin dengan tidak baik sehingga pagi-pagi buta ia bergegas pergi ke rumah sakit.     

"Kenapa harus dikunci?" umpat Kim Soo Hyun seraya memutar gagang pintu dengan kuat namun tidak mau terbuka.     

Kim Soo Hyun kembali mengetuk pintu kuat-kuat. Ia tidak peduli jika penghuni ruangan lainnya akan terganggu.     

Soo Yin yang mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras langsung terbangun. Ia tanpa sadar mendorong tubuh Dae Hyun yang tengah memeluknya.     

Brukkkk ….     

Dae Hyun yang tengah tertidur pulas kini terjatuh ke lantai dengan posisi telentang.     

"Aduh!" seru Dae Hyun ketika merasakan punggungnya menyentuh lantai dengan cukup keras.     

Soo Yin menoleh ke arah sumber suara. Ia membelalakkan matanya ketika sadar sudah mendorong tubuh Dae Hyun.     

"Sayang, kenapa kau bisa terjatuh?" Soo Yin langsung bergegas turun dari ranjang. Ia membantu Dae Hyun untuk berdiri.     

"Kenapa kau mendorongku? Bukankah sudah kubilang jangan terlalu banyak bergerak?" ujar Dae Hyun sambil memegang pinggangnya.     

"Maaf, aku terkejut karena ada suara ketukan pintu," sahut Soo Yin.     

"Sial! Siapa yang mengetuk pintu di pagi buta seperti ini," umpat Dae Hyun kesal. Padahal ini masih pukul enam pagi.     

Soo Yin merapikan rambut dan pakaiannya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya ke pintu.     

"Tuan Kim Soo Hyun?" ujar Soo Yin. Seketika kantuknya langsung menghilang begitu melihat pria itu.     

"Soo Yin, bagaimana semalam? Apa tidurmu nyenyak? badanmu pasti pegal-pegal karena kakakku menyuruhmu tidur di sofa," ujar Kim Soo Hyun yang mengulurkan tangannya untuk memegang pundak Soo Yin sebentar.      

"Lihatlah rambutmu sangat berantakan dan matamu juga seperti panda," sambung Kim Soo Hyun sembari merengkuh wajah Soo Yin dengan kedua tangannya.     

"Tuan, aku baik-baik saja," ucap Soo Yin. Ia memegang tangan Kim Soo Hyun kemudian menyingkirkan dari wajahnya.     

"Kim Soo Hyun, untuk apa kau datang di pagi buta seperti ini?" ujar Dae Hyun seraya berkacak pinggang. Ia marah karena sekilas tadi melihat adiknya menyentuh wajah istrinya.     

"Aku hanya ingin melihat calon istriku. Lihatlah, Soo Yin bahkan menunggu semalaman seorang pria yang pura-pura sakit," ucap Kim Soo Hyun dengan nada tinggi ketika melihat Dae Hyun sudah tidak memakai infus di tangannya.     

"Apa maksudmu pura-pura sakit?" ujar Dae Hyun dengan nada yang lebih tinggi.     

"Stop!" teriak Soo Yin yang berdiri di tengah-tengah sembari menutupi telinganya yang berdenyut mendengar dua pria yang tengah berdebat. Kenapa mereka selalu menggunakan otot ketika berbicara.     

"Hei, ini rumah sakit. Apa kalian tidak bisa bicara pelan-pelan!" bentak seorang pria paruh baya yang tiba-tiba muncul di pintu. Sejak tadi ia mencoba menahan kesabarannya untuk tidak marah namun obrolan mereka yang sangat keras sungguh keterlaluan.     

"Maafkan kami, Paman," ujar Soo Yin sembari membungkukkan tubuhnya. Ia merasa tidak enak karena pagi-pagi sudah membuat tidak nyaman.     

"Jika kalian terus berdebat, aku akan memanggil petugas keamanan untuk mengusir kalian," ancam pria paruh baya itu. Ia langsung meninggalkan mereka bertiga kemudian masuk ke dalam ruangan yang berada di sebelahnya.     

"Jika kalian masih ingin berdebat silahkan saja. Aku akan pulang ke rumah nenek," ujar Soo Yin. Ia kembali ke dalam untuk mengambil mantel dan ponselnya. Ia melewati dua pria yang tengah saling bertatapan.     

"Ini semua salah Kakak," ujar Kim Soo Hyun yang langsung mengikuti langkah Soo Yin yang sudah pergi terlebih dahulu.     

"Dasar pengganggu!" umpat Dae Hyun. Ia juga bergegas menyusul istri kecilnya. Ia tidak rela memberikan kesempatan pada Kim Soo Hyun untuk berdua saja dengan Soo Yin.     

Ternyata Soo Yin sangat cepat sekali berjalan. Saat Kim Soo Hyun ke luar dari gedung ternyata Soo Yin sudah naik taksi.     

"Mana Soo Yin?" tanya Dae Hyun ketika tidak melihat istrinya tidak bersama dengan Kim Soo Hyun.     

"Dia sudah naik taksi," sahut Kim Soo Hyun singkat kemudian ia masuk ke dalam mobil.     

Dae Hyun juga ikut masuk ke dalam mobil Kim Soo Hyun.     

"Kau bisa menyetir apa tidak? Mengejar taksi saja tidak bisa," cibir Dae Hyun. Ia terus melihat ke depan namun taksi itu sudah tidak terlihat.     

"Kak, bisa diam tidak!" Kim Soo Hyun mulai emosi karena Dae Hyun terus saja berbicara. Jika saja Dae Hyun bukan saudaranya ingin sekali ia memukulnya.     

Selama dalam perjalanan mereka terus saja beradu mulut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.