Istri Simpanan

Bab 136 - Wanita licik



Bab 136 - Wanita licik

0Soo Yin segera turun dari taksi. Untunglah ia mengingat alamat rumah Hae Sok. Jika tidak, mungkin ia akan tersesat.     

Soo Yin melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang yang sudah tidak terkunci. Rumah itu terlihat masih sepi mungkin mereka belum bangun. Baru saja Soo Yin hendak mengetuk pintu ternyata Ny. Park sudah membukanya.     

"Soo Yin?" ujar Ny. Park sembari menautkan kedua alisnya. Ia melebarkan senyum penuh kehangatan.     

"Apa kau sendirian? Dimana Dae Hyun dan Kim Soo Hyun?" lanjut Ny. Park yang tidak melihat keberadaan kedua putranya.     

"Iya, Nyonya. Mungkin sebentar lagi mereka juga sampai," sahut Soo Yin.     

"Bukankah sudah kubilang kau jangan memanggilku dengan sebutan seperti itu. Panggil saja aku ibu," ujar Ny. Park. Ia ingin Soo Yin menjadi lebih dekat dengannya.     

"Tapi …." ucap Soo Yin. Ia belum terbiasa memanggil mertuanya dengan sebutan 'ibu'.     

"Mulai sekarang kau harus memanggilku ibu!" ujar Ny Park penuh penekanan. Dia tidak ingin Soo Yin menolak keinginannya.     

"Baiklah, Bu," sahut Soo Yin sembari tersenyum tipis.     

"Apa kau pulang naik taksi? Sebenarnya kemana mereka sehingga membiarkanmu pulang sendirian?" tanya Ny. Park.     

"Mereka … mereka …." Soo Yin bingung untuk mengatakan apa.     

"Ya sudah, kita ke dalam saja," ujar Ny. Park sembari menuntun Soo Yin masuk ke dalam rumah. Ia nanti akan membuat perhitungan kepada putranya.     

Ny. Park mengajak Soo Yin masuk dan menyuruhnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Meski menurut Aeri jika Soo Yin yang hampir membahayakan nyawa Dae Hyun namun ia sangat yakin jika Soo Yin melakukannya secara tidak sengaja sehingga ia tidak marah sama sekali dengan gadis itu.     

Soo Yin pergi ke kamarnya kemudian membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Dari kemarin ia bahkan belum mengganti pakaiannya sama sekali. Soo Yin membaringkan tubuhnya sebentar di ranjang sembari merentangkan kedua tangannya. Semalaman ia sangat tidak nyaman karena tidak bisa bebas bergerak.     

Setelah selesai Soo Yin pergi ke dapur. Ternyata di sana sudah ada Aeri dan Hae Sok bersama beberapa pelayan yang tengah memasak.     

"Selamat pagi, semuanya," sapa Soo Yin dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ia melangkahkan kakinya menuju meja dapur di dekat tempat mencuci piring.     

"Rupanya kau sudah pulang?" ujar Hae Sok.     

"Sudah, Nek," sahut Soo Yin.     

"Soo Yin, jangan menyentuh apapun di sini. Aku tidak ingin semua orang di rumah ini akan keracunan karena ulahmu," cibir Aeri ketika melihat Soo Yin hendak membantu membersihkan sayuran.     

"Aeri, kau tidak boleh berbicara seperti itu," ujar Hae Sok dengan nada dingin. Ia tidak suka Aeri yang berbicara agak kasar kepada Soo Yin.     

"Nenek, aku hanya mengatakan fakta yang sebenarnya. Lagi pula masakanku jauh lebih baik dari Soo Yin," ucap Aeri dengan penuh percaya diri.     

"Benarkah jika kemarin kau yang memasaknya?" tanya Hae Sok sembari memandang Aeri. Tadinya ia ingin bungkam namun karena Aeri membukanya. Sekarang ia harus meluruskan semuanya.     

"Ten … tentu saja, Nek. Aku sudah mempelajari resep itu dengan baik," sahut Aeri dengan terbata.      

"Aku pikir kemarin makanan itu adalah yang dimasak oleh pelayan rumah ini," ujar Hae Sok seraya tersenyum miring.      

Tanpa Soo Yin dan Aeei ketahui Hae Sok sudah mencicipi masakan mereka sebelum mereka menghidangkannya di meja makan. Rasanya berbanding terbalik dengan ketika mencicipinya yang sudah berada di meja makan.     

Masakan Soo Yin yang awalnya tidak pedas mendadak terasa pedas sekali dan masakan Aeri yang tadinya rasanya sangat aneh tiba-tiba menjadi sangat enak.      

Hae Sok menyadari jika yang dihidangkan oleh Aeri adalah masakan yang dibuat oleh para pelayannya. Ia sudah hafal setiap resep yang diajarkan kepada pelayannya dan memang itu adalah resepnya.     

"Mana mungkin, Nek. Itu semua aku yang membuatnya," bantah Aeri.     

"Kalau begitu nenek ingin kau membuat menu yang sama seperti kemarin," tantang Hae Sok. Ia ingin membuktikan perkataannya yang tidak pernah salah.     

"Tapi aku sudah lupa dengan resep yang kemarin karena aku hanya mencobanya saja," ujar Aeri dengan tangan gemetar.     

"Bukankah kau bilang jika sudah mempelajari resepnya?" desak Hae Sok. Ia sangat yakin jika Aeri berbohong.     

"Tapi aku benar-benar sudah lupa dengan resep kemarin, Nek," ujar Aeri. Ia masih berusaha mencari alasan agar Hae Sok tidak mendesaknya untuk membuatnya lagi.     

Soo Yin hanya mendengarkan tanpa ada niat untuk ikut campur karena ia tidak mengerti apa maksud perkataan Hae Sok.     

"Kau juga memasukkan bubuk cabai ke dalam masakan Soo Yin dengan jumlah yang cukup banyak. Kau pikir aku tidak mengetahuinya?" ujar Hae Sok dengan tersenyum miring.     

"Pantas saja masakanku jadi sangat pedas," timpal Soo Yin dengan alis yang berkerut.     

"Itu semua adalah kesalahanmu. Kenapa aku yang disalahkan?" gerutu Aeri sambil memandang Soo Yin dengan tatapan tidak suka.     

"Ternyata sifatmu sebagai publik figur sangatlah buruk. Wajah dan hatimu tidak serasi," cibir Hae Sok.     

"Ada apa, Bu?" tanya Ny. Park yang masuk ke dapur dengan menggandeng tangan Jo Yeon Ho. Tanpa sengaja ia mendengar keributan.     

"Tanyakan saja pada menantumu. Kenapa dia harus berbohong jika hanya ingin dipuji?" sahut Hae Sok dengan nada datar.     

"Aeri, tolong jelaskan," ujar Ny. Park seraya menatap menantunya. Tentu saja pikirannya langsung tertuju pada Aeri karena hanya dia satu-satunya yang menjadi menantunya.     

"Ibu, maafkan aku. Aku kemarin salah menyajikan menu yang ternyata dibuat oleh pelayan di rumah ini. Aku juga memasukkan sedikit bubuk cabai ke masakan Soo Yin. Itu … itu karena aku mencicipi masakan Soo Yin sangat tidak enak jika tidak ada citarasa pedas namun aku justru memasukkannya terlalu banyak," ujar Aeri panjang lebar. Awalnya ia ingin mengelak terhadap tuduhan Hae Sok namun ternyata Hae Sok sudah mengetahuinya.     

"Jadi maksudnya kau yang membuat masakan Soo Yin menjadi pedas?" ujar Ny. Park.     

"Maaf, aku tidak sengaja melakukannya. Aku hanya ingin membantu agar masakan Soo Yin jauh lebih baik," sahut Aeri dengan menundukkan kepalanya.     

"Iya, tapi semua itu justru hampir membuat celaka Dae Hyun," ujar Ny. Park. Ia tidak habis pikir jika Aeri yang melakukan semua itu.     

"Aku sungguh minta maaf, Bu," ujar Aeri yang terisak sembari duduk bersimpuh.     

"Ibu, kenapa menangis?" ujar Jo Yeon Ho yang menghampiri Aeri. Ia memeluk tubuh Aeri dengan tangan mungilnya.     

"Tolong maafkan kesalahanku," ujar Aeri dengan berlinang air mata.     

"Nenek, tolong maafkan ibuku karena dia tidak bersalah." Jo Yeon Ho hanyalah seorang anak kecil yang belum tahu apapun. Tapi ia sangat sedih jika melihat ibunya menangis.     

Ny. Park dan Hae Sok saling berpandangan beberapa saat.      

"Baiklah, tapi jangan ulangi kesalahanmu. Jika kau berbuat hal bodoh seperti itu lagi ibu tidak akan memaafkan kesalahanmu," ujar Ny. Park sembari menghela napas panjang. Ia hanya tidak tega melihat cucu kesayangannya yang ikut sedih.     

"Terima kasih, Bu," ujar Aeri yang langsung bangkit berdiri.     

"Maafkan aku, Nek. Aku juga minta maaf karena sudah menyalahkanmu, Soo Yin." Aeri menghampiri Soo Yin kemudian memeluknya. Untunglah ibu mertuanya masih percaya dengan semua perkataannya.     

Soo Yin memilih diam saja. Ia tahu jika permintaan maaf ini hanya sebuah tipuan dari Aeri. Soo Yin yakin jika Aeri melakukannya agar dirinya tidak disalahkan oleh keluarga Dae Hyun. Soo Yin bersyukur karena ternyata Hae Sok dapat mengungkapkan semuanya.     

"Aeri, ibu tidak ingin kau berbuat bodoh seperti itu lagi. Kau tahu jika suamiku sampai tahu maka pasti akan sangat marah," ucap Ny. Park.     

"Ibu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ujar Aeri dengan bersungguh-sungguh. Dia merasa sangat sial karena usahanya untuk mengambil hati Hae Sok gagal. Bahkan sekarang hampir saja kehilangan kepercayaan dari Ny. Park. Sepertinya dia harus lebih berhati-hati dalam bertindak.     

"Soo Yin, ternyata kau sudah sampai di rumah. Kami sampai berkeliling mencarimu karena takut kau tersesat," ujar Kim Soo Hyun yang baru saja tiba di rumah.     

"Iya Tuan, maaf saya tadi pergi terlebih dahulu," ujar Soo Yin.     

"Jangan seperti itu lagi karena kau membuatku khawatir," ujar Kim Soo Hyun.     

"Kim Soo Hyun, dimana kakakmu? Apa dia sudah benar-benar pulih sehingga sudah pulang?" tanya Ny. Park.     

"Sudah, Bu. Saat ini ia tengah menemui seorang wanita di halaman," sahut Kim Soo Hyun.     

"Siapa?" tanya Hae Sok.     

"Aku tidak tau," ujar Kim Soo Hyun sembari menengadahkan tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.