Istri Simpanan

Bab 138 - Seperti apa pria idamanmu?



Bab 138 - Seperti apa pria idamanmu?

0Setelah makan siang mereka memutuskan untuk kembali ke Seoul. Lagi pula Kim Soo Hyun dan Dae Hyun harus segera kembali bekerja setelah beberapa hari ini meninggalkan hotel.     

"Nenek, ayo ikut kami ke Seoul," ajak Aeri. Ia tetap berusaha lebih keras lagi agar mendapat perhatian dari Hae Sok.     

"Yeon Ho, hati-hati di jalan. Sampai bertemu kembali anak manis," ucap Hae Sok sembari merengkuh pipi Jo Yeon Ho yang begitu menggemaskan. Ia sama sekali tidak memperdulikan ucapan Aeri. Ia sudah tidak percaya lagi dengan wanita itu.     

Aeri hanya bisa menahan amarahnya dengan mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Jika Hae Sok bukan nenek Dae Hyun, ia tidak akan sudi untuk bersikap baik padanya.     

"Kenapa Ibu tidak ikut kami ke Seoul saja. Di sini Ibu sendirian jauh dari anak cucu," ujar Ny. Park sembari memegang pergelangan tangan Hae Sok yang sudah berkerut dimakan usia. Ia ingin mertuanya ikut kumpul bersama mereka.     

"Aku hanya ingin hidup tenang dan nyaman," sahut Hae Sok.     

"Kalau begitu kami pergi dulu, Bu." Ny. Park memeluk tubuh Hae Sok beberapa Saat.     

"Nek, maafkan aku jika selama di sini selalu merepotkan," pamit Soo Yin. Ia tidak berani menatap wanita tua itu.     

"Aku tahu kau gadis yang baik. Aku ingin kau lebih bersabar lagi," bisik Hae Sok dengan penuh makna tertentu sembari memeluk Soo Yin. Entah mengapa Hae Sok merasa jika Soo Yin jauh lebih cocok dengan cucunya dari pada Aeri. Sepertinya dia harus segera pergi ke kuil untuk bertanya pada gurunya.     

"Terima kasih, Nek." Soo Yin terharu dengan ucapan Hae Sok. Ia merasa bahagia karena wanita itu tidak membencinya.     

"Aku akan mendoakan kalian berdua agar Tuhan memberikan jalan yang terbaik," bisik Hae Sok seraya menepuk punggung Soo Yin. Yang lain sudah ke luar sehingga tidak ada yang akan mendengarkan ucapan mereka.     

Setelah semuanya berpamitan akhirnya mereka berangkat. Dae Hyun harus merelakan Soo Yin satu mobil dengan Kim Soo Hyun. Awalnya ia bersikeras menolak namun Hae Sok terus memelototinya sehingga mau tidak mau Dae Hyun menyerah.     

Dae Hyun merasa sedikit lega setelah mengetahui ada ibunya yang bersama mereka sehingga tidak perlu khawatir jika Kim Soo Hyun akan melakukan sesuatu yang buruk.     

Dae Hyun membanting pintu mobil kuat-kuat dengan memasang wajah cemberut. Ia tidak suka jika satu mobil bersama dengan Aeri.     

Jika Dae Hyun sangat marah maka berbeda dengan Kim Soo Hyun yang selalu mengembangkan senyuman. Ia tampak sumringah karena satu mobil bersama Soo Yin. Baginya tidak masalah ada ibunya karena ia sudah tahu jika ibunya sangat mendukung Soo Yin untuk menjadi istrinya.     

================================     

Soo Yin terus memandang ke depan sambil berdiam diri. Ia merasa kaku karena berada di kursi penumpang depan tepat di samping Soo Yin. Apalagi Kim Soo Hyun terus saja meliriknya sehingga membuatnya merasa sangat tidak nyaman.     

"Soo Yin, sebutkan kriteria pria idamanmu?" tanya Ny. Park tiba-tiba untuk memecah kesunyian. Tadinya ia berniat diam saja dan akan membiarkan Kim Soo Hyun menanyakannya namun putranya itu malah sepertinya malu-malu.     

"Iya, Bu?" Soo Yin yang tengah melamun tidak terlalu mendengarkan ucapan Ny. Park. Ia memiringkan tubuhnya untuk menoleh ke belakang.     

"Ibu ingin tau pria idamanmu itu seperti apa?" ujar Ny. Park mengulangi pertanyaannya sekali lagi.     

"Aku … aku tidak memiliki kriteria apapun," sahut Soo Yin sedikit tergagap.     

"Apa kau menyukai pria seperti Kim Soo Hyun?" tanya Ny. Park sembari melirik putraku yang tengah fokus mengemudi.     

"Ibu!" ujar Kim Soo Hyun. Ia tidak habis pikir jika ibunya akan menanyakan hal itu pada Soo Yin. Wajah Kim Soo Hyun memerah karena malu.     

"Kim Soo Hyun, kau harus bertindak cepat karena gadis secantik Soo Yin pasti banyak yang mengejarnya," ujar Ny. Park tanpa malu sama sekali.      

Soo Yin hanya tersenyum tipis menanggapi pernyataan ibu mertuanya. Ia tidak bisa membayangkan jika kelak semuanya akan terbongkar. Masihkah Ny. Park menginginkannya menjadi menantu?     

"Soo Yin, cepat jawab pertanyaan ibu?" ujar Ny. Park yang sudah tidak sabar ingin mendengar jawabannya.     

Soo Yin menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal. Ia tidak tahu harus menjawab apa mengenai hal ini.     

"Aku tidak memiliki kriteria apapun. Yang terpenting pria itu menyayangiku," sahut Soo Yin sembari memijat kepalanya. Ia sudah tidak memiliki kriteria pria impian karena ia sudah mendapatkannya.     

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan Kim Soo Hyun?" tanya Ny. Park dengan mata yang berbinar..     

"Sudahlah, Bu. Jangan membuat Soo Yin merasa tidak nyaman," protes Kim Soo Hyun. Ia tidak ingin Soo Yin mengira jika dirinya tidak cukup berani untuk mengatakan perasaannya sendiri.     

Soo Yin bisa bernapas lega karena Kim Soo Hyun mengatakan hal itu sehingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan ibu mertuanya.     

"Kim Soo Hyun, setelah sampai di Seoul kau harus mengajak Soo Yin ke toko perhiasan," ujar Ny. Park.     

"Untuk apa, Bu?" tanya Kim Soo Hyun sembari memijat pelipisnya. Sepertinya ibunya sudah tidak sabar karena waktu itu Kim Soo Hyun sudah berjanji kepadanya untuk mengatakan cintanya secepat mungkin kepada Soo Yin. Bagaimana mungkin ia melakukannya jika ia tidak pernah punya kesempatan. Ini semua karena saudaranya yang selalu membuat rencananya gagal.     

"Untuk membeli cincin pertunangan kalian," ujar Ny. Park seraya terkekeh.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Soo Yin yang sedang minum air mineral langsung tersedak hingga air itu menyembur ke luar dari mulutnya.     

"Soo Yin, kau tidak apa-apa?" Kim Soo Hyun segera menyodorkan tisue dengan sebelah tangannya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya kemudian mengeringkan celananya yang basah dengan tisue.      

"Hati-hati jika minum, Soo Yin," ujar Ny. Park yang duduk di kursi penumpang belakang.     

"Aku tidak apa-apa, Bu," sahut Soo Yin. Rasanya ia sudah tidak tahan mendengar pernyataan dari ibu mertuanya. Ternyata ada ibu mertuanya malah membuatnya semakin tidak nyaman. Seandainya hanya berdua saja dengan Kim Soo Hyun pastilah tidak akan seperti ini.     

Soo Yin merasa ada yang sedikit aneh dengan sikap Kim Soo Hyun hari ini yang lebih pendiam tidak seperti biasanya. Apa mungkin itu karena ada ibunya.     

"Soo Yin, tidur saja jika kau mengantuk," ujar Kim Soo Hyun agar ibunya tidak mendahuluinya mengatakan hal-hal yang aneh lagi. Ia tidak ingin jika Soo Yin menjadi tidak suka kepadanya.     

Berdasarkan buku yang baru saja ia baca kemarin seorang gadis tidak terlalu suka pada pria yang terlalu mengejarnya. Maka dari itu kini Kim Soo Hyun berusaha untuk menjaga sikapnya. Meski akan terus mendekati Soo Yin namun ia tidak akan seagresif kemarin. Ia akan mendekati Soo Yin dengan pelan-pelan saja.     

"Kalau begitu aku tidur saja," ucap Soo Yin. Dengan tidur maka ia akan terbebas dari pertanyaan dari ibu mertuanya.     

Ny. Park juga memilih tidur karena tidak ada teman yang bisa diajak mengobrol. Padahal ia ingin sekali mengobrol dengan Soo Yin.     

Sepanjang perjalanan Kim Soo Hyun beberapa kali melirik Soo Yin. Bahkan ketika lampu merah ia selalu mengamati wajah Soo Yin dari dekat. Setiap itu pula membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Ia semakin tidak sabar untuk menjadikan Soo Yin sebagai istrinya tapi Kim Soo Hyun tidak ingin terburu-buru. Ia akan mendekati Soo Yin secara perlahan sesuai rencananya yang baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.