Istri Simpanan

Bab 139 - Seharusnya aku yang melakukannya



Bab 139 - Seharusnya aku yang melakukannya

0Setelah perjalanan cukup panjang akhirnya mereka sampai di Seoul saat matahari sudah tenggelam.      

Dae Hyun yang sudah sampai terlebih dahulu tengah berdiri di teras sejak sore tadi. Ia sedang menunggu mobil Kim Soo Hyun yang tidak kunjung muncul. Ia berjalan kesana kemari tanpa peduli dengan para pelayan yang merasa heran dengan tuannya.     

"Sayang, tunggulah di dalam. Sebentar lagi pasti mereka sampai," ujar Aeri sembari duduk di salah satu kursi yang berada di teras.     

Dae Hyun sama sekali tidak menanggapi ucapan Aeri. Ia sudah tidak percaya lagi dengan Aeri yang ternyata memfitnah Soo Yin. Beruntung neneknya mengetahui hal itu sehingga ia berhenti untuk menyalahkan Soo Yin. Yang membuat Dae Hyun semakin geram karena wanita itu sama sekali tidak menyesal atas perbuatannya.     

"Kim Soo Hyun tidak akan melakukan apapun pada gadis miskin itu," cibir Aeri. Ia semakin kesal karena Dae Hyun semakin hari lebih mementingkan Soo Yin. Sepertinya ia harus memikirkan cara untuk menyingkirkannya apalagi tampaknya ibu mertuanya juga sangat menyukainya.     

Sebuah mobil berwarna hitam masuk ke halaman. Dae Hyun bernapas lega setelah melihat ternyata itu adalah mobil Kim Soo Hyun. Dae Hyun segera berlari menghampiri mobil Kim Soo Hyun untuk melihat jika istrinya baik-baik saja.     

"Kau lama sekali sampai di Seoul. Sudah seperti mengendarai siput saja," gerutu Dae Hyun ketika Kim Soo Hyun sudah ke luar dari mobil.     

Begitu mobil berhenti Ny. Park langsung turun dari mobil karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil.     

"Untuk apa juga cepat sampai jika aku bisa berlama-lama dengan calon istriku," sahut Kim Soo Hyun dengan santai.     

Kepala Dae Hyun terasa panas dan otaknya rasanya mendidih mendengar Kim Soo Yin menyebut istrinya sebagai calon istri. Ingin rasanya ia katakan pada dunia sekarang juga jika Soo Yin adalah istrinya dan tidak ada yang boleh menyentuhnya.     

Dae Hyun yang tengah kesal segera membuka pintu mobil untuk melihat Soo Yin yang ternyata masih tertidur. Tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat tubuh Soo Yin kemudian mengeluarkannya dari mobil.     

"Kakak, apa yang kau lakukan?" Kim Soo Hyun melebarkan matanya hingga hampir terjatuh melihat saudaranya membopong tubuh Soo Yin. Padahal ia yang akan membawanya masuk ke dalam.     

"Minggir!" ucap Dae Hyun dengan nada dingin.     

Kim Soo Hyun yang mencoba menghalangi Dae Hyun terpaksa menyingkir karena takut jika gadis pujaannya akan terbangun.     

"Dae Hyun, apa yang kau lakukan?" Aeri terperangah melihat Dae Hyun membopong tubuh Soo Yin padahal saat ia tadi masih tertidur ketika sudah sampai Dae Hyun sama sekali tidak ada niat untuk membangunkannya. Dae Hyun hanya membawa Jo Yeon Ho masuk ke dalam sedangkan ia dibiarkan begitu saja di dalam mobil hingga terbangun sendiri.     

Dae Hyun berjalan melewati Aeri tanpa meliriknya sama sekali. Sesuai saran dari neneknya jika ia harus bercerai dahulu sebelum mengumumkan hubungan mereka. Dae Hyun akan bersikap tidak peduli hingga Aeri menyerah dengan usahanya untuk bertahan.     

Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di dalam kamar tamu. Ia mengulurkan tangan untuk meraih selimut yang masih terlipat dengan rapi di sisi ranjang. Dae Hyun pelan-pelan menutupi tubuh Soo Yin dengan selimut karena takut dia akan terbangun.     

Ia segera ke luar dan menutup pintu rapat-rapat.     

"Jangan mengganggunya!" ucap Dae Hyun ketika bertemu Kim Soo Hyun di depan pintu.     

Kim Soo Hyun ingin sekali meninju kepala saudaranya itu. Ia sangat kesal karena yang seharusnya menjadi tugasnya malah didahului Dae Hyun.     

Kedua pria itu akhirnya ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri terlebih dahulu.     

================================     

Soo Yin berguling kesana kemari merasakan tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Dengan mata masih terpejam ia meraba-raba kasur yang begitu lembut dan sangat nyaman.      

Bukankah aku masih ada dalam perjalanan? Kenapa aku bisa berguling seperti ini? ~ batin Soo Yin dengan mata yang masih sangat mengantuk.     

Soo Yin masih merasa kalau dirinya pasti tengah bermimpi. Ia membuka matanya ketika perutnya keroncongan.      

"Kenapa aku ada di sini?" gumam Soo Yin sembari mengamati sekeliling ruangan yang tampak tidak asing namun karena baru saja bangun tidur dengan kondisi lapar membuat otaknya bekerja dengan lambat.     

Soo Yin melihat jam yang menempel di dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh malam.     

"Ini pagi atau malam?" gumam Soo Yin yang belum sepenuhnya tersadar. Ia memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing dan perutnya seperti diaduk-aduk.     

Soo Yin bergegas turun dari ranjang buru-buru berlari ke kamar mandi. Ia sudah tidak tahan ingin memuntahkan semuanya.     

"Ugh, kenapa perutku mendadak tidak enak seperti ini?" gerutu Soo Yin sembari memegang perutnya. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding karena merasa lemas.     

Ini mungkin karena magh yang dideritanya. Jika terlambat makan sedikit saja maka ia akan mengalami mual dan nyeri di ulu hatinya. Soo Yin membasuh wajahnya setelah perutnya sudah mulai membaik. Ia membutuhkan makanan jika tidak ingin sakitnya bertambah parah.     

Setelah selesai mencuci muka dan pikirannya juga sudah jernih Soo Yin mulai mengenali kamar yang ditempati olehnya saat ini berada di UN Village. Tidak salah lagi karena Soo Yin pernah tidur di sana saat itu.     

Soo Yin ke luar dari kamarnya dengan berjalan mengendap-endap sambil menenteng tasnya. Ia celingukan kesana kemari untuk memastikan tidak ada orang sehingga aman untuk kabur secara diam-diam. Bukan tidak ingin bertemu dengan suaminya tapi mengingat percakapan saat dalam perjalanan pulang membuat kepalanya berdenyut.     

"Soo Yin, ternyata kau sudah bangun."      

Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar membuat Soo Yin terlonjak kaget hingga ia memegang dadanya. Soo Yin yang sudah hendak melangkah ke luar segera berbalik.     

"I … iya, Bu," sahut Soo Yin sembari menggaruk rambutnya yang masih berantakan. Ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu begitu tau berada di UN Village. Tidak ada waktu untuk merapikan rambutnya.     

"Kau mau kemana?" tanya Ny. Park seraya mengerutkan keningnya ketika melihat Soo Yin menenteng tas yang berisi pakaiannya.     

"Aku ingin pulang, Bu," sahut Soo Yin dengan jujur.     

"Sebaiknya kau menginap di sini saja. Kau bisa kembali besok pagi," ujar Ny. Park.     

"Apa ini masih pukul tujuh malam?" tanya Soo Yin. Ia pikir sudah tidur semalaman.     

"Tentu saja, sekarang taruh lagi tasmu di dalam kamar. Kau harus makan malam bersama kami," ujar Ny. Park.     

Sebenarnya Soo Yin ingin menolak namun perutnya terus berbunyi sehingga mau tidak mau Soo Yin menurut permintaan ibu mertuanya. Ia hanya bisa berharap tidak ada keributan yang ditimbulkan Dae Hyun dan Kim Soo Hyun seperti yang sudah-sudah.     

Soo Yin kembali ke kamar untuk menaruh tasnya di ranjang dan merapikan rambutnya dengan menguncirnya menyerupai ekor kuda. Setelah selesai ia bergegas ke luar dari kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.