Istri Simpanan

Bab 143 - Dilema



Bab 143 - Dilema

0Soo Yin mengeratkan tubuh Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya. Ia merasakan kesedihan yang dirasakannya.     

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku yakin ayah dan ibumu hanya salah paham," ujar Soo Yin untuk mengalihkan pembicaraan sekaligus menenangkannya. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan olehnya pada anak itu.     

Soo Yin tidak menyangka jika anak sekecil Jo Yeon Ho dapat berpikir seperti itu mengenai kedua orang tuanya. Apakah mungkin karena selama ini ia sering mengetahui pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya? Dae Hyun pernah berkata jika hubungannya dengan Aeri memang tidak pernah baik. Mereka hanya bersikap baik jika di depan Jo Yeon Ho saja.     

"Kakak, tolong katakan pada mereka jika aku tidak ingin mereka berpisah," ujar Jo Yeon Ho dengan sesenggukan di sela isak tangisnya.     

Ulu hati Soo Yin terasa teriris mendengar ucapan Jo Yeon Ho yang begitu menyesakkan hati dan perasaannya. Apakah dia masih mau memeluknya seperti ini jika suatu saat nanti ia mengetahui jika dirinyalah penyebab ayahnya akan meninggalkan ibunya.     

Tanpa sadar Soo Yin meneteskan air matanya hingga mengalir di puncak kepala Jo Yeon Ho. Ia sungguh tidak ada niat untuk menyakiti siapapun. Tak pernah disangka jika kisah percintaannya akan seperti ini jadinya.     

"Aku tidak ingin memiliki ibu tiri yang kejam seperti yang dikatakan oleh ibuku," ucap Jo Yeon Ho.     

"Tenanglah, tidak akan terjadi apapun dengan ayah dan ibumu." Hanya kata itu yang bisa diucapkan Soo Yin. Ia merasa dilema saat ini. Sungguh disayangkan Jo Yeon Ho dilahirkan dari rahim seorang ibu yang jahat.     

Soo Yin mengingat bagaimana Aeri yang bermesraan di hotel. Itu sungguh membuatnya sangat muak.     

"Kakak, berjanji akan membujuk ibu dan ayahku?" Jo Yeon Ho melepaskan diri dari pelukan Soo Yin. Ia kemudian mengangkat jari kelingkingnya.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya ketika melihat tatapan Jo Yeon Ho yang penuh harap. Ia menghela napas pelan sembari mengaitkan kelingkingnya di jari Jo Yeon Ho yang kecil.     

"Istirahatlah kembali, ini masih sangat gelap," ujar Soo Yin sembari mengusap rambut Jo Yeon Ho.     

"Baiklah, aku akan ttidur." Jo Yeon Ho kembali berbaring di bantalnya kemudian memejamkan mata.     

Soo Yin menutupi kembali tubuh Jo Yeon Ho dengan selimut. Ia juga berbaring di samping anak itu. Sekarang masih pukul tiga pagi namun Soo Yin tidak kunjung memejamkan matanya. Ia terus memikirkan ucapan Jo Yeon Ho tadi.     

Lelah berguling kesana kemari akhirnya Soo Yin memutuskan untuk bangun saja. Ia membersihkan diri terlebih dahulu sebelum akhirnya ke luar dari kamarnya     

====================================     

Soo Yin melangkahkan kakinya melewati pintu samping. Ia berjalan menuju halaman belakang di bawah cahaya yang masih remang-remang. Sekarang masih pukul setengah enam pagi. Ia ingin menghirup udara pagi yang masih sangat segar. Udara di luar ternyata sangat dingin sehingga Soo Yin menyilangkan kedua tangannya untuk mengusap lengannya agar bisa mengurangi rasa dingin yang dirasakannya.     

Soo Yin terus berkeliling di sebuah taman kecil sambil mengamati bunga-bunga yang masih kuncup yang masih samar-samar terlihat. Ia perlu menenangkan pikirannya sejenak.     

"Kenapa pagi-pagi sudah di sini?"     

Sebuah suara yang tak asing di telinga Soo Yin menggema di antara suara jangkrik yang saling bersahutan. Soo Yin membalikkan tubuhnya untuk melihat pria yang sudah membuatnya jatuh cinta namun saat ini hatinya justru sedang dilema.     

"Cuaca di luar sangat dingin, kembalilah ke dalam," ujar Dae Hyun sembari berjalan mendekat ke arah Soo Yin. Ia memasukkan tangannya di saku celana.     

"Lalu, kenapa kau juga keluar?" Soo Yin balik bertanya sembari mengangkat sebelah alisnya.     

"Aku ingin mengetahui apa yang istri kecilku tengah lakukan di sini padahal masih gelap," ucap Dae Hyun dengan tersenyum sangat menawan.     

"Aku tidak bisa tidur lagi setelah tadi terbangun," sahut Soo Yin singkat.     

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?" Dae Hyun terus melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah Soo Yin hingga mereka kini hanya berjarak satu meter.     

Soo Yin memandang Dae Hyun dengan tatapan yang nanar namun segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ada rasa yang berkecamuk di dadanya saat ini. Kenapa di saat ia sudah mencintai Dae Hyun rintangannya semakin besar. Seperti ada tembok yang menjulang tinggi di antara mereka.     

Dae Hyun membalikkan tubuhnya Soo Yin agar mau menghadapnya. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dengan cara Soo Yin tadi menatapnya.     

"Apa yang kau lakukan? Menjauhlah dariku!" Soo Yin beringsut mundur sembari melihat sekeliling karena takut jika ada pelayan yang tiba-tiba saja memergoki mereka.     

"Sayang, katakan apa yang kau pikirkan? Kau tidak seperti biasanya," ujar Dae Hyun sembari menyipitkan matanya tanpa peduli dangan ucapan Soo Yin yang memintanya untuk pergi menjauh.     

"Jaga sikapmu, lihatlah Kim Soo Hyun sedang berjalan ke arah sini," ujar Soo Yin ketika melihat siluet Kim Soo Hyun yang sudah tidak berada jauh. Soo Yin segera beringsut mundur, saat ini dirinya belum siap jika hubungan mereka sampai ketahuan.     

Dae Hyun membalikkan tubuhnya ke belakang untuk memastikan perkataan Soo Yin. Ia mendengus kesal ketika melihat adiknya yang berjalan sudah semakin mendekat.     

"Selamat pagi, Soo Yin," sapa Kim Soo Hyun sembari menyunggingkan senyum merekah di bibirnya. Melihat pujaan hatinya di pagi membuatnya lebih bersemangat.     

"Pagi, Tuan," sapa Soo Yin sembari tersenyum tipis.     

Dae Hyun hanya memasang wajah masam tanpa sepatah katapun terucap di bibirnya.     

"Apa yang kalian lakukan di sini pagi-pagi buta?" tanya Kim Soo Hyun seraya memandang Dae Hyun dan Soo Yin secara bergantian.     

"Apa kau tidak lihat jika kami tengah berdiri?" sahut Dae Hyun dengan ketus.     

"Kakak, ada apa denganmu? Kenapa beberapa hari ini kau sangat sensitif?" gerutu Kim Soo Hyun.     

Dae Hyun diam saja enggan menanggapi perkataan adiknya.      

'Kau harus tau jika aku bersikap seperti ini karena dirimu,' ~ gerutu Dae Hyun dalam hati.     

"Seharusnya Kakak mencari Jo Yeon Ho bukannya malah bersantai seperti ini," lanjut Kim Soo Hyun. Semua orang yang berada di dalam rumah kini tengah penasaran dimana keberadaan Jo Yeon Ho saat ini.     

"Mencari Jo Yeon Ho?" Soo Yin menautkan kedua alisnya mencoba mencerna ucapan dari Kim Soo Hyun.     

"Semalam Jo Yeon Ho menghilang. Kami semua sampai bingung mencari keberadaannya," sahut Kim Soo Hyun.     

Soo Yin menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal. Ia sama sekali tidak mendengar apapun ketika orang-orang mencari Jo Yeon Ho. Padahal anak itu semalaman tidur bersamanya.     

"Maaf, aku tidak tahu jika kalian semalam mencari Jo Yeon Ho. Ia semalam tidur bersamaku, aku juga tidak tahu jika kalian semua mencarinya. Aku sungguh minta maaf," ucap Soo Yin sembari menunduk.     

"Soo Yin, kau tidak perlu meminta maaf karena ini bukanlah kesalahanmu," ucap Dae Hyun.     

"Dia semalam …." Soo Yin hendak mengatakan sesuatu namun mengurungkan niatnya karena ada Kim Soo Hyun di sana.     

"Syukurlah, yang penting dia baik-baik saja," ucap Kim Soo Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya meski ada rasa bersalah yang dirasakannya.     

"Soo Yin, nanti aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ujar Kim Soo Hyun. Gaya bicaranya yang lebih sopan membuatnya tidak nyaman. Ini seperti bukan dirinya yang lebih agresif kepada wanita. Benar kata ibunya jika sebaiknya ia harus bergerak cepat sebelum terlambat. Mengikuti arahan buku yang dibacanya membuatnya pusing.     

"Dia lelah karena besok harus bekerja! Tidak usah mengajaknya kemanapun," ucap Dae Hyun sembari mendengus kesal.     

"Benar, lain kali saja," ucap Soo Yin menyetujui ucapan Dae Hyun. Ia belum siap jika Kim Soo Hyun mengatakan hal yang bersifat sensitif. Ia harus memikirkan jawaban yang sesuai agar tidak menyakiti perasaan Kim Soo Hyun.     

"Sayang sekali, tapi pekan depan kau harus mau pergi bersamaku." Meski ada rasa kecewa namun Kim Soo Hyun tidak mungkin memaksa Soo Yin. Ia akan sabar untuk menundanya seminggu lagi dan itu tidak boleh gagal.     

"Sudahlah, jangan memaksanya!" sergah Dae Hyun. Ia tahu apa dipikirkan oleh adiknya itu.     

"Sebaiknya, aku kembali ke kamar takut jika Yeon Ho bangun kemudian mencariku." Soo Yin buru-buru melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Jika ia terus berada di sana maka kemungkinan besar pasti akan terjadi perdebatan seperti yang sudah-sudah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.