Istri Simpanan

Bab 152 - Roti bakar pedas



Bab 152 - Roti bakar pedas

0Villa Pyeongchang-dong,     

Soo Yin kembali ke villa Pyeongchang-dong ketika hari sudah malam karena ia terlebih dulu pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku lebih banyak lagi.     

Dengan langkah gontai Soo Yin masuk ke dalam rumah. Tubuhnya terasa lelah sekali hari ini.     

"Nona, kau baru pulang?" tanya Bibi Xia yang menghampiri Soo Yin ketika hendak menaiki tangga. Bibi Xia segera mengulurkan tangannya untuk meraih paper bag yang berisi buku-buku milik Soo Yin.     

"Tidak usah, Bibi. Biar aku saja yang membawanya," ujar Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, biarkan bibi membantu. Nona pasti sangat lelah," ujar Bibi Xia sembari tersenyum. Ia hanya cemas jika sampai Soo Yin kelelahan maka akan mengganggu kesehatannya. Terlebih lagi jika sampai dugaannya selama ini benar. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.     

"Terima kasih, Bibi," ucap Soo Yin.     

Ia menaiki tangga secara perlahan namun tiba-tiba saja kepalanya agak pusing. Soo Yin berhenti sebentar di antara anak tangga untuk memijat kepalanya.     

"Apa Nona baik-baik saja?" tanya Bibi Xia yang melihat Soo Yin berjalan dengan sempoyongan.     

"Aku hanya sedikit kelelahan saja," sahut Soo Yin sembari terus melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga.     

Begitu sampai di kamar Soo Yin langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya sangat nyaman karena seharian ini belum istirahat sama sekali.     

"Apa Nona sudah makan malam?" tanya Bibi Xia sembari meletakkan buku-buku itu di atas meja.     

"Belum," sahut Soo Yin sembari merentangkan kedua tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.     

"Apa Nona ingin makan sesuatu?" tanya Bibi Xia.     

Soo Yin berpikir sejenak namun ia tidak memikirkan satu makananpun yang terbersit di kepalanya.      

"Aku tidak ingin apapun," sahut Soo Yin. Ia bahkan tidak merasa lapar sama sekali.     

"Nona harus tetap makan malam. Bibi tidak ingin Nona seperti tadi pagi," ujar Bibi Xia.     

"Baiklah, kalau begitu buatkan saja aku roti bakar dengan isian sayuran dan daging yang pedas," sahut Soo Yin. Baru saja ia memikirkan makanan yang sepertinya enak.     

Bibi Xia mengerutkan keningnya. Sejak kapan roti bakar di isi dengan isian sayuran disertai daging pedas? Bukankah biasanya selainya terasa manis?     

"Bukankah roti bakar enaknya di isi dengan selai yang rasanya manis?" tanya Bibi Xia. Selama ini itulah yang dia tahu.     

"Tapi aku ingin isian yang rasanya pedas," rengak Soo Yin.     

"Baiklah, bibi akan membuatnya tapi bibi harus mencari beberapa bahan ke supermarket terlebih dahulu," ujar Bibi Xia. Meski makanan itu terdengar sangat aneh namun ia akan tetap membuatnya. Barangkali itu adalah bawaan janin yang ada di kandungan Soo Yin sehingga ia meminta makanan yang aneh.      

Saat seseorang hamil muda biasanya ia akan meminta sesuatu yang asing yang terkadang tidak pernah dimakan sebelumnya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan posisi masih telentang.     

Bibi Xia segera pergi ke dapur untuk mempersiapkan semua bahannya.     

Setelah tubuhnya terasa lebih ringan, Soo Yin kini duduk di depan cermin sembari mengamati tubuhnya. Beberapa orang mengatakan ia tampak pucat tapi sepertinya ia cukup baik-baik saja. Namun Soo Yin menyadari jika kini tulang pipinya sedikit menonjol.     

"Mungkin itu hanya perasaan mereka saja," gumam Soo Yin sembari memegang kedua pipinya.     

Soo Yin memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum turun untuk makan malam.     

Soo Yin menghampiri Bibi Xia yang tengah berada di dapur. Ia mencium aroma roti bakar yang pedas. Hidungnya terasa seperti tertusuk sesuatu.     

"Apa Bibi sudah selesai membuatnya?" tanya Soo Yin sembari menghampiri Bibi Xia.     

"Sebentar lagi selesai, Nona," sahut Bibi Xia.     

Tok … tok … tok ….     

Samar-samar terdengar ketukan pintu dari pintu utama. Sepertinya ada seseorang yang berkunjung.     

"Biarkan aku saja yang membuka pintu," ujar Soo Yin ketika melihat Bibi Xia yang hendak melangkahkan kakinya ke luar.     

Bibi Xia menganggukkan kepalanya karena ia juga belum menyelesaikan pesanan Soo Yin. Sebenarnya ia sudah memasak menu makan malam yang lain karena ia mendapat kabar jika Dae Hyun akan pulang namun pria itu menitip pesan agar jangan mengatakannya kepada Soo Yin terlebih dahulu.     

"Siapa yang malam-malam begini berkunjung?" gumam Soo Yin sembari terus melangkahkan kakinya menuju pintu utama karena orang itu terus saja mengetuk pintu.     

"Sebentar!" seru Soo Yin sembari memutar kunci untuk membuka pintu.     

Ceklek …     

Soo Yin membuka pintu dengan lebar. Ia angsung memasang raut bahagia ketika melihat siapa yang datang.     

Dae Hyun tersenyum menawan dengan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut Soo Yin agar memeluknya.     

Soo Yin langsung berlari kemudian menghambur ke pelukan suaminya. Sungguh ia sangat merindukan sosok Dae Hyun meski terkadang menyebalkan.     

"Kenapa kau tidak bilang jika akan pulang malam ini?" rengek Soo Yin dengan nada manja. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Dae Hyun.     

"Tadinya aku ingin pulang dua hari lagi namun aku sudah tidak tahan ingin bertemu dengan istri kecilku yang manis," sahut Dae Hyun sembari mengeratkan pelukannya. Ia berulang kali mengecup puncak kepala istrinya karena sudah sangat rindu.     

"Kalau begitu, ayo kita ke dalam," ujar Soo Yin sembari melepaskan diri dari pelukan suaminya.     

Soo Yin bergelayut manja memegang lengan Dae Hyun. Ia menyandarkan kepalanya di lengan suaminya . Dae Hyun merasa sangat bahagia melihat Soo Yin yang menyambutnya dengan antusias. Ia pikir Soo Yin akan berubah pikiran lagi setelah waktu itu.     

"Bagaimana dengan ujiannya? Apa sulit?" tanya Dae Hyun sembari merengkuh pinggang istrinya dari samping. Mereka saat ini berjalan beriringan.     

"Hmm, cukup sulit. Aku sangat pusing ketika mengisinya apalagi saat praktek," ucap Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Aku yakin kau pasti lulus," ucap Dae Hyun sembari mengacak-acak rambut Soo Yin.     

"Selamat malam, Tuan. Ternyata anda sudah pulang, bibi pikir siapa yang malam-malam seperti ini berkunjung," ujar Bibi Xia.     

"Iya, Bibi. Aku hanya ingin memberikan kejutan pada istri kecilku. Selama aku pergi istriku tidak berbuat nakal kan, Bibi?" tanya Dae Hyun sembari melirik Soo Yin.     

"Tentu saja tidak, Nona selalu berada di rumah. Nona terlalu bekerja keras untuk masuk ke universitas," sahut Bibi Xia.     

"Hmmm, memangnya apa yang akan aku lakukan tanpamu?" ujar Soo Yin dengan alis berkerut.     

"Aku hanya khawatir kau pergi jalan-jalan bersama pria lain," goda Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Jadi kau tidak percaya padaku?" tanya Soo Yin dangan raut wajah kesal.     

"Aku hanya bercanda. Mana mungkin istriku bisa berpaling dari suami yang sangat tampan seperti diriku," ujar Dae Hyun sembari mencubit hidung Soo Yin.     

"Dasar menyebalkan!" Soo Yin memukul dada bidang Dae Hyun dengan pelan.     

Bibi Xia bahagia melihat kedekatan mereka saat ini. Tidak disangka jika Soo Yin sudah banyak berubah. Dulu saat pertama kali datang ke rumah ini ia tampak sangat membenci Dae Hyun. Tapi lama-lama ternyata luluh juga.     

"Nona, makanan yang anda pesan sudah siap." ujar Bibi Xia.     

"Iya, Bibi. Kalau begitu Bibi sekarang istirahat saja," ujar Soo Yin. Ia mengetahui jika dirinya sangat sering merepotkan wanita paruh baya itu. Padahal tadi ia sudah menyiapkan makan malam namun justru Soo Yin ingin memakan yang lain.     

Bibi Xia menganggukkan kepalanya kemudian segera pergi meninggalkan mereka karena tidak ingin mengganggu romantisme dua orang yang tengah saling melepas rindu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.