Istri Simpanan

Bab 153 - Terlihat berbeda



Bab 153 - Terlihat berbeda

0Soo Yin mengajak suaminya untuk makan makan malam terlebih dahulu. Ternyata dua porsi roti bakar dengan isian sayuran dan daging dengan cita rasa yang pedas sudah ada di atas meja. Meski aneh namun jika dilihat dari bentuknya tidak terlalu buruk.     

Bibi Xia juga sudah menyiapkan makanan lain untuk Dae Hyun.     

Soo Yin menarik kursi ke belakang hendak duduk namun Dae Hyun justru merengkuh pinggang Soo Yin hingga ia terduduk  ke pangkuannya.     

"Duduk di pangkuanku saja," ucap Dae Hyun sembari memeluk istri kecilnya. Ia sudah sangat rindu ingin menghirup aroma tubuhnya yabg yang setiap malam dibayangkannya.     

"Kita tidak akan bisa makan jika dalam posisi seperti ini," ujar Soo Yin sambil memiringkan tubuhnya sedikit ke samping untuk menatap suaminya.     

"Aku tidak ingin kau berada jauh dariku," sahut Dae Hyun seraya menempelkan pipinya di bahu Soo Yin.     

"Biarkan aku duduk sendiri, kau pasti juga lapar," ujar Soo Yin sembari mencoba untuk bangkit berdiri.     

"Tetaplah di sini." Dae Hyun semakin mengeratkan lengannya di pinggang istri kecilnya. Seminggu tidak bertemu baginya  terasa setahun sehingga Dae Hyun tidak ingin Soo Yin jauh darinya.     

Itu rasa rindu terdalam yang pernah dirasakan Dae Hyun kepada seorang wanita. Ia tidak pernah merasakan rasa seperti itu kepada Aeri sebelumnya. Bahkan ketika tidak bertemu Aeri hampir tiga bulan ia baik-baik saja. Namun baru tidak bertemu dengan Soo Yin dua hari membuatnya hampir gila dan tidak bisa tidur.     

"Lalu bagaimana kau akan makan?" tanya Soo Yin sembari menyipitkan matanya.     

"Aku ingin kau menyuapiku," sahut Dae Hyun dengan nada santai.     

"Terserah kau saja." Akhirnya Soo Yin mengalah untuk tetap berada di pangkuan Dae Hyun.     

Soo Yin mulai mengambilkan makanan ke piring suaminya kemudian menaruhnya di depannya. Tak lupa ia juga sudah memotong roti bakar menjadi beberapa potong agar mudah dimakan.     

"Apa yang kau makan?" tanya Dae Hyun sembari mengerutkan keningnya.     

"Roti bakar," sahut Soo Yin sembari mengunyah satu potong roti yang ada di mulutnya. Baginya rasanya tidak terlalu buruk, bahkan ini rasanya lumayan enak setelah merasakannya beberapa potong.     

"Kau juga harus mencicipinya." Soo Yin menyodorkan sepotong roti dengan menggunakan garpu kepada Dae Hyun.     

Dae Hyun membuka mulutnya untuk mencicipi roti itu. Baru saja mengunyah ia merasakan bahwa roti itu rasanya sangat aneh. Sejak kapan roti bakar rasanya pedas? ~ batin Dae Hyun.     

Dae Hyun menjulurkan lidahnya ke luar merasakan sambil bergidik ketika sudah menelannya.     

"Bagaimana rasanya?" tanya Soo Yin ingin meminta pendapat suaminya.     

"Rasanya sangat aneh. Kau tidak boleh memakannya lagi. Ini rasanya sangat tidak enak," ujar Dae Hyun sembari menggeser piring yang berisi roti bakar sedikit menjauh ke tengah.     

"Apa maksudmu? Ini rasanya sangat enak." Soo Yin menarik piring itu kembali ke depannya.     

"Sejak kapan kau suka makanan aneh seperti ini?" tanya Dae Hyun. Ia merasa aneh dengan Soo Yin saat ini, lidah orang waras tidak akan mau memakannya.     

"Entahlah, tiba-tiba saja aku tadi menginginkannya," sahut Soo Yin. Ia kemudian menyuapkan makanan lain untuk Dae Hyun.     

Soo Yin terus makan sambil sesekali menyuapi Dae Hyun. Entah kenapa suaminya menjadi sangat manja seperti itu.     

"Sayang, seminggu tidak bertemu kau terlihat berbeda," ucap Dae Hyun ketika perlahan menyadari jika tubuh istrinya terlihat lebih kurus. Ia bahkan merasa seperti tengah memangku anak kecil.     

"Apa yang membuatku berbeda? Apa aku sekarang terlihat jelek?" Soo Yin bangkit dari duduknya. Ia berdiri di samping Dae Hyun.     

"Bukan," sahut Dae Hyun dengan cepat. Jangan sampai ucapannya menyinggung perasaan Soo Yin.     

"Pasti kau akan mengatakan jika aku tidak secantik Aeri, iya kan?" ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.      

"Tidak, kau tetap cantik," ujar Dae Hyun dengan lembut. Sejak kapan istri kecilnya menjadi sensitif seperti ini?     

"Kau pasti bohong!" ucap Soo Yin sambil menyipitkan matanya.      

"Sungguh, aku tidak berbohong. Meski banyak wanita yang jauh lebih cantik di luar sana. Bagiku kaulah yang paling cantik." Dae Hyun berdiri kemudian merengkuh wajah istrinya dengan kedua tangan. Dia ingin Soo Yin mengetahui jika tidak ada kebohongan di matanya.     

"Lalu, apa yang berbeda denganku?" ucap Soo Yin masih dengan wajah ditekuk.     

"Apa kau terlalu merindukanku sehingga kau jauh lebih kurus sekarang?" goda Dae Hyun sembari mengulum senyum.     

"Setelah kau pergi aku sama sekali tidak berselera untuk makan. Aku juga tidur hingga larut malam karena harus belajar," ucap Soo Yin sembari memainkan dasi Dae Hyun dengan menggulungnya di jari telunjuknya.     

"Wah, sepertinya istri kecilku tampak lebih bersemangat untuk masuk universitas," ucap Dae Hyun.     

"Entahlah, aku tidak yakin dengan hal itu," ucap Soo Yin sembari menghela nafas pelan. Ia teringat kembali bagaimana tadi bertemu dengan Li Sa dan juga Hyo Rin. Untuk ke depan sepertinya ia tidak akan bisa kuliah dengan tenang jika satu kampus dengan mereka.     

"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Dae Hyun.     

"Apa kau ingat dengan wanita yang dulu bertengkar denganku di bioskop?" tanya Soo Yin sembari memandang Dae Hyun.     

Dae Hyun berpikir sejenak untuk mengingat kejadian yang sudah beberapa bulan yang lalu. Samar-samar ia dapat mengingat kejadian waktu itu meski masih belum seratus persen.     

"Hmmmm." Dae Hyun menganggukan kepalanya.     

"Wanita itu ternyata kuliah di sana juga. Yang lebih parahnya lagi dia kenal dengan Li Sa," ujar Soo Yin.     

"Lalu?" Dae Hyun belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh istri kecilnya.     

"Lalu, apanya?" tanya Soo Yin dengan kesal.     

"Maksudku apa hubungan wanita itu dengan Li Sa?" tanya Dae Hyun.     

"Wanita itu ternyata masih mengingatku. Bahkan tadi ia bersama Li Sa hampir saja mempermalukanku," ujar Soo Yin dengan memasang wajah cemberut.     

"Tenanglah, jika mereka berbuat macam-macam aku akan turun langsung untuk menghadapinya," ucap Dae Hyun untuk menenangkan keresahan di hati Soo Yin.      

"Aku tidak akan tenang jika satu kampus dengan mereka. Mereka berdua bahkan masih saja mengatakan jika aku simpanan om-om," ucap Soo Yin menatap Dae Hyun dengan tatapan nanar. Ada kecemasan yang terlihat dari wajahnya. Meski sejak kecil sudah terbiasa mendengar orang-orang menghinanya tapi ia hanya manusia biasa yang masih bisa merasakan sakit hati.     

"Kalau begitu kau bisa pindah saja ke tempat yang lain," ujar Dae Hyun.     

"Jika aku pindah maka aku harus melakukan tes masuk lagi. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi," rengek Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Ia merasa putus asa jika harus mendaftar ke tempat lain.     

"Sudah, tenanglah. Nanti aku akan membuat perhitungan jika mereka sampai berbuat sesuatu yang merugikanmu." Dae Hyun memegang pundak Soo Yin. Is merasa bersalah karena dirinya Soo Yin harus mengalami bullying.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.