Istri Simpanan

Bab 159 - Istirahat total



Bab 159 - Istirahat total

0Dae Hyun tertegun mendengar cibiran yang lansung menusuk di rongga dadanya. Begitu tepat sasaran kata-kata hingga membuatnya kini terdiam seribu bahasa.     

Bayangan beberapa hari yang lalu masuk kembali ke dalam ingatannya secara perlahan. Apakah semua yang dialaminya ketika ia merasa mual setiap melihat makanan termasuk salah satu tanda Soo Yin hamil? Ia tidak pernah tahu jika pria bisa mengalaminya. Begitu juga berat badan Soo Yin yang turun drastis.      

Dulu ketika Aeri tengah mengandung Jo Yeon Ho, dia tidak mengalami hali itu sehingga Dae Hyun tidak mengetahuinya. Ditambah lagi dulu ia tidak terlalu peduli dengan Aeri.     

Dae Hyun mengusap wajahnya dengan gusar.     

"Kau ini suami macam apa sehingga tidak tahu jika istrinya sedang hamil!" Dokter Kang kembali membuka suaranya. Ia tidak peduli jika Dae Hyun akan marah ataupun akan mengamuk dengan apa yang dia katakan.      

Dae Hyun memandang Dokter Kang dengan tatapan nanar penuh rasa sesal. Semua cibiran itu memang pantas ia dapatkan sehingga Dae Hyun tidak marah sama sekali. Ia meratapi rasa bersalahnya ketika memaksa Soo Yin untuk menuruti kemauannya hingga beberapa kali.     

Dia hampir saja membuat Soo Yin kehilangan bayinya.     

"Aku benar-benar menyesal," ucap Dae Hyun dengan lirih sambil memejamkan matanya sebentar. Ia memukul dinding untuk meluapkan rasa emosi yang berkecamuk di dadanya.     

"Mulai sekarang, jangan membuatnya kelelahan. Jika sampai kau menghubungiku lagi karena hal ini aku tidak akan segan menghajarmu," ancam Dokter Kang.     

"Baiklah, lalu sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Dae Hyun dengan tatapan sayu.     

"Untuk sementara ia tidak boleh melakukan aktivitas yang membuatnya kelelahan karena kondisi kandungannya lemah. Beruntung belum terjadi sesuatu yang berakibat fatal bagi janin yang dikandungnya," saran Dokter Kang.     

"Aku akan mengikuti apa yang kau katakan,"  ujar Dae Hyun dengan nada rendah. Ia akan melakukan apapun yang terpenting Soo Yin dan calon anaknya baik-baik saja.     

"Satu lagi, setelah dia bangun sebaiknya kau membawanya ke dokter kandungan untuk memastikan lebih akurat apa yang kukatakan. Nanti aku akan membuatkan janji dengan salah satu teman wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan karena jika dokter pria kau pasti tidak akan mengizinkannya memeriksa," sindir Dokternya Kang. Pria itu teringat bagaimana sikap Dae Hyun terhadapnya yang sangat berlebihan.     

"Baguslah kalau kau mengetahui hal itu," ucap Dae Hyun dengan nada datar dan tidak bersalah sama sekali.     

Setelah mengobrol sedikit tentang keadaan Soo Yin Dokter Kang segera pamit karena masih banyak pasien yang telah menunggunya di rumah sakit.     

Dae Hyun kembali ke kamar setelah dokter Kang pergi. Ia duduk di ranjang tempat di samping istri kecilnya. Diusapnya kening Soo Yin beberapa saat lalu mengecupnya dengan lembut.     

Kenapa ia begitu bodoh tidak menyadari keanehan yang terjadi pada istrinya? Dae Hyun menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ada rasa takut untuk mengatakan pada Soo Yin jika ia tengah hamil karena istri kecilnya pernah mengatakan jika umurnya masih terlalu muda untuk mengurus anak.     

Ada rasa yang berkecamuk di dalam hatinya saat ini. Ia sangat senang mendengar kabar jika istri kecilnya sungguh hamil namun. Di sisi lain ia cemas jika Soo Yin tidak menginginkannya.     

Sebelum mengatakan kabar itu sebaiknya Dae Hyun harus memastikan jika Soo Yin bisa menerima semuanya terlebih dahulu.     

Dae Hyun beranjak dari ranjang untuk mengambil laptopnya karena banyak pekerjaan yang sudah tertunda. Meski Soo Yin baik-baik saja tapi Dae Hyun tidak tega jika harus pergi meninggalkannya sendirian. Ia tidak akan tenang sebelum membawa Soo Yin ke dokter kandungan. Ia harus memastikan keadaan Soo Yin serta janin yang dikandungnya baik-baik saja.     

Dae Hyun mengerjakan pekerjaannya di ranjang tepat di samping istri kecilnya. Sudah hampir tiga jam ia tertidur namun belum bangun juga. Soo Yin hanya sesekali menggeliatkan tubuhnya kemudian tidur lagi.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar suara ketukan pintu sehingga Dae Hyun menghentikan aktivitasnya sebentar.     

"Masuk!" serunya.     

Bibi Xia masuk sembari membawa nampan berisi makanan di tangannya. Ini sudah ketiga kalinya Bibi Xia datang ke kamar mereka.     

"Tuan, sebaiknya anda makan siang terlebih dahulu. Bukannya sejak pagi anda belum makan?" ujar Bibi Xia sembari meletakkan nampan di atas meja      

"Aku akan makan nanti bersama istriku," ucap Dae Hyun dengan pandangan yang masih fokus menatap layar laptopnya. Rasa bersalahnya membuat perutnya tidak merasa lapar.     

Bibi Xia hanya bisa menghela nafas pelan sebelum akhirnya memilih untuk ke luar. Ia tetap membiarkan makanannya berada di atas nakas. Barangkali bosnya berubah pikiran.     

Soo Yin memiringkan tubuhnya ke samping ketika membuka mata ternyata ada Dae Hyun di sisinya. Ia memandang Dae Hyun yang masih saja berkutat pada laptopnya. Jari-jarinya sibuk menari-nari di atas keyboard. Dae Hyun bahkan tidak menyadari ketika Soo Yin duduk kemudian menggeser tubuhnya mendekatinya.     

Soo Yin memeluk Dae Hyun dari belakang kemudian menempelkan pipinya di punggung Dae Hyun.     

Dae Hyun menghentikan pekerjaannya kemudian menoleh ke belakang. Segera menutup laptopnya kemudian menggeser tubuhnya agar menghadap Soo Yin.     

Ia mendekap Soo Yin ke dalam pelukannya kemudian mengecup puncak kepalanya berulang kali dengan bibir yang masih terkatup rapat.     

"Apa kau sudah merasa baikan?" tanya Dae Hyun akhirnya membuka suara.     

Soo Yin menganggukan kepalanya kemudian menengadahkan wajahnya untuk menatap mata elang Dae Hyun yang tampak murung tidak seperti biasanya.     

"Apa yang Dokter Kang katakan padamu?" tanya Soo Yin yang ingin memastikan jika tidak ada masalah yang serius.     

"Tidak ada, Dokter Kang mengatakan jika kau harus istirahat total terlebih dahulu. Kau tidak boleh melakukan aktivitas apapun."     

"Kenapa?" Soo Yin mengerutkan keningnya.     

"Karena kau …." Dae Hyun tidak jadi melanjutkan ucapannya.     

"Mulai sekarang kau tidak melakukan apapun yang membuatmu lelah. Sekarang makanlah terlebih dahulu." Dae Hyun melepaskan tubuh Soo Yin dari pelukannya.     

Soo Yin baru ingat jika perutnya belum diisi sehingga ia menganggukan kepalanya.     

"Aku ingin ke kamar mandi terlebih dahulu," ujar Soo Yin menggeser tubuhnya sedikit hendak turun dari ranjang. Baru saja Soo Yin menapakkan kakinya di lantai, Dae Hyun sudah mengangkat tubuhnya hingga terasa seperti melayang di udara.     

"Apa yang kau lakukan?" ujar Soo Yin.     

Tanpa menjawab Dae Hyun membopong tubuh Soo Yin hingga ke kamar mandi. Sangat pelan-pelan ia menurunkannya di lantai.     

"Untuk apa kau masih berdiri di sini?" Soo Yin mengerutkan keningnya karena Dae Hyun tak kunjung pergi.     

"Tentu saja aku menunggumu," sahut Dae Hyun.     

"Keluarlah, kau membuatku malu saja." Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun agar ke luar dari kamar mandi. Ia belum mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh suaminya. Tidak mungkin dia menginginkannya lagi setelah semalam yang membuat tubuhnya remuk.     

Dae Hyun terpaksa keluar sambil menggaruk kepalanya bagian belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.