Istri Simpanan

Bab 160 - Adik untuk Jo Yeon Ho



Bab 160 - Adik untuk Jo Yeon Ho

Soo Yin hampir melompat karena terkejut, saat membuka pintu ternyata Dae Hyun masih berdiri di sana. Ia sampai memegangi dadanya karena jantungnya hampir mau copot.     

Tanpa ada rasa bersalah sudah membuat terkejut sang istri, Dae Hyun menyunggingkan senyumnya kemudian kembali mengangkat tubuh Soo Yin pada kedua tangannya.     

"Lepaskan, aku bisa jalan sendiri. Kau pikir aku anak kecil," gerutu Soo Yin sembari terus meronta. Sikap Dae Hyun kali ini sangat berlebihan. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga ia berbuat seperti ini.     

"Jangan memberontak. Aku hanya ingin kau tidak kelelahan saja," ucap Dae Hyun sembari terus melangkah kemudian menurunkan Soo Yin di sisi ranjang. Ia tidak membiarkan Soo Yin untuk bergerak sedikitpun.     

Soo Yin hanya bisa mendengus kesal menghadapi tingkah suaminya kali ini.     

Sebelum Soo Yin bergerak, Dae Hyun bergegas mengambilkan satu mangkuk yang berisi soup untuk Soo Yin. Ada dua mangkuk yang berisi Dongtae Jjigae, soup yang terbuat dari ikan pollock, tahu, lobak putih, daun bawang dan taoge. Soup itu dimasak bersama kaldu ikan yang disajikan dengan taburan daun krisan.     

"Makanlah," ucap Dae Hyun sembari menyodorkan sendok ke mulut Soo Yin.     

"Aku bisa makan sendiri," ujar Soo Yin sembari melotot. Ia merebut sendok dan mangkuk dari tangan Dae Hyun.     

Melihat istrinya kini sudah berselera makan membuat Dae Hyun bisa bernapas lega. Mungkin itu semua karena efek obat yang diberikan oleh Dokter Kang.     

"Apa kau sudah makan?" tanya Soo Yin. Ia terlalu lapar sehingga dengan cepat menikmati semuanya dengan lahap. Kini selera makannya sudah kembali seperti sedia kala.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya dengan cepat.     

"Setelah selesai makan, ayo kita pergi ke dokter," ajak Dae Hyun dengan raut wajah bahagia. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apakah yang dikatakan oleh Dokter Kang.      

"Untuk apa? Aku sekarang sudah baik-baik saja," ujar Soo Yin yang menghentikan kegiatan mengunyahnya. Ia memandang Dae Hyun dengan wajah yang berkerut.     

"Nanti kau juga akan mengetahuinya," ujar Dae Hyun membalas dengan senyuman hangat.     

"Aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Lihatlah, aku bahkan sekarang bisa makan dengan lahap kembali," ujar Soo Yin sembari mengangkat sendok di tangannya. Mangkuk soup itu juga sudah hampir kosong.     

"Tetap saja aku masih merasa cemas. Aku ingin menanyakan sesuatu hal kepadamu," ucap Dae Hyun dengan ragu.     

"Memangnya ada apa?"     

"Menurutmu bagaimana jika suatu saat nanti kita memiliki putra?" ujar Dae Hyun yang ingin mengetahui bagaimana reaksi dari Soo Yin. Agar tahu dia menginginkannya atau tidak.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Soo Yin yang sedang mengunyah suapan terakhir tiba-tiba terasa ada yang menyangkut di tenggorokannya.     

Dae Hyun buru-buru meraih gelas yang berada di atas nakas kemudian menyodorkannya pada Soo Yin. Melihat reaksinya seperti ini membuat Dae Hyun merasa sedikit takut.     

Soo Yin meneguk segelas air putih hingga habis. Ia tadi belum terlalu mengunyah dengan benar sehingga ada salah satu jenis sayuran yang menyangkut di tenggorokannya.     

"Apa kau tidak menginginkannya?" ucap Dae Hyun mengulangi pertanyaannya.     

"Sebenarnya tidak masalah jika aku hamil setelah lulus kuliah karena aku tidak sanggup jika harus memiliki anak sekarang. Itu pasti akan mengganggu kuliahku," sahut Soo Yin sembari mengusap mulutnya dengan tisue.     

"Tidak masalah, kau bisa tetap kuliah meski sudah memiliki anak karena ada Bibi Xia yang akan membantumu mengasuh putra kita," ujar Dae Hyun. Sebisa mungkin ia akan membujuk Soo Yin agar menginginkan anak yang dikandungnya saat ini.     

"Bukan itu masalahnya. Jika aku hamil maka aku akan kesulitan untuk belajar. Kemungkinan bahkan harus menunda kuliahku ketika masa melahirkan," ujar Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, kau bisa melanjutkan lagi setelah itu," bujuk Dae Hyun sembari menggenggam tangan Soo Yin.     

"Nanti aku akan memikirkannya," ucap Soo Yin.     

"Kau tidak berniat menyuruhku untuk hamil sekarang, bukan?" lanjutnya sambil menyipitkan mata. Ia menaruh sedikit curiga pada suaminya.     

"Memangnya kenapa? Jika kau menundanya maka aku nanti keburu menua," sahut Dae Hyun.     

"Bukankah ibu menyuruhmu membuatkan adik untuk Jo Yeon Ho? Kenapa kau tidak membuatnya bersama Aeri saja?" ucap Soo Yin tanpa berpikir panjang dengan apa yang dikatakannya.     

"Apa kau rela jika aku tidur bersama wanita itu?" goda Dae Hyun. Ia enggan menyebutkan nama Aeri di bibirnya.     

Soo Yin mencebikkan mulutnya. Bayangan Dae Hyun memeluk wanita licik. Menyentuhnya seperti yang Dae Hyun lakukan padanya membuat perutnya mual.      

Soo Yin meletakkan kembali mangkuk ke atas meja dengan wajah yang ditekuk.     

Dae Hyun terkekeh melihat Soo Yin. Dia yang menyuruhnya namun ia juga yang terlihat kesal. Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin agar menghadapnya. Ia mengangkat dagu Soo Yin agar wajahnya terangkat.     

"Aku hanya menginginkan putra bersama denganmu saja. Aku tidak menginginkannya bersama orang lain. Jo Yeon Ho akan memiliki adik tapi yang berasal dari istriku yang manis," ucap Dae Hyun dengan lembut. Ia tidak ingin membuat suasana hati Soo Yin jadi buruk. Konon katanya seorang wanita yang tengah hamil harus selalu merasakan kebahagiaan. Tidak boleh ada kesedihan di hatinya agar anak itu kelak tumbuh dengan baik.     

Dae Hyun turun dari ranjang kemudian berjongkok tepat di depan Soo Yin. Ia mengusap perut Soo Yin dengan lembut kemudian menciumnya beberapa saat.     

"Tapi aku tidak pandai mengurus bayi," ucap Soo Yin.     

"Bukankah sudah berulang kali kukatakan jika nanti kita akan mencari pengasuh terbaik untuk mengurus putra kita." Dae Hyun merengkuh wajah Soo Yin agar bisa menatap bola matanya yang begitu indah. Berusaha membujuknya sebelum mengetahui kebenaran agar Soo Yin tidak kecewa.     

"Tapi kau juga harus memberikan perhatian kepadanya. Aku tidak ingin putraku tidak diperhatikan oleh ayahnya," ujar Soo Yin masih dengan wajah cemberut.     

"Kau tidak perlu khawatir dengan hal itu. Tentu saja aku akan memperhatikan dan menyayanginya dengan sepenuh jiwaku," sahut Dae Hyun yang akan berusaha keras untuk meyakinkan Soo Yin.     

"Lalu bagaimana dengan Jo Yeon Ho?" tanya Soo Yin. Ia merasa takut jika anaknya kelak tidak mendapatkan kasih sayang seperti yang terjadi pada Jo Yeon Ho.     

"Dia adalah putraku sehingga aku akan menyayanginya. Aku tidak akan membeda-bedakan keduanya." Dae Hyun mengusap pipi Soo Yin.     

"Aku takut dia membenciku jika sampai mengetahui aku adalah ibu tirinya," ucap Soo Yin dengan lirih. Ada kesedihan yang terdengar dari ucapannya.     

"Jangan dipikirkan. Mulai sekarang kau tidak boleh memikirkan hal yang membuatmu merasa sedih. Lebih baik pikirkan saja hal-hal yang membuatmu bahagia," ujar Dae Hyun.     

Setelah sedikit bisa meyakinkan istri kecilnya. Dae Hyun mengajak Soo Yin agar bersiap-siap karena Dokter Kang sudah membuat janji temu pukul tiga sore. Jangan sampai mereka datang terlambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.