Istri Simpanan

Bab 164 - Tidak bisa dihubungi



Bab 164 - Tidak bisa dihubungi

0Sambil menunggu putranya yang tengah bersiap-siap, Dae Hyun duduk di sofa sambil berulang kali menghubungi Aeri. Nomornya sejak tadi tidak aktif sehingga ia menaruh curiga Aeri bukan di tempat ibunya. Jika saja sekarang tidak acara kelulusan Jo Yeon Ho, sudah dipastikan Dae Hyun akan pergi sendiri ke sana untuk melabrak. Dengan begitu Aeri tidak akan bisa mengelak lagi.     

"Dae Hyun, bagaimana apakah Aeri sudah bisa dihubungi?" tanya Ny. Park sembari duduk di samping putranya.     

"Belum, Bu. Nomor ponselnya tidak aktif," sahut Dae Hyun masih dengan posisi ponsel berada di samping telinganya.     

"Ya ampun, sebenarnya kemana dia? Sudah tahu putranya ada acara namun malah belum kembali sampai sekarang," gerutu Ny. Park yang merasa cukup kesal kepada menantunya.     

"Coba kau hubungi ibunya saja," saran Ny. Park.     

Dae Hyun menuruti perkataan ibunya untuk menghubungi ibu mertuanya namun hasilnya nihil karena tidak ada jawaban sama sekali.     

Selang beberapa lama Jo Yeon Ho sudah selesai memakai pakaiannya dengan rapi. Ditemani Eun Hee Anak itu berjalan menuruni anak tangga.     

"Ayah, Nenek, aku sudah siap," ujar Jo Yeon Ho dengan raut wajah sumringah. Ia saat ini sudah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi beserta dasi kupu-kupu menggantung di lehernya.     

"Wah, cucu nenek sangat tampan sekali," puji Ny. Park dengan antusias sembari beranjak dari duduknya untuk menghampiri cucu kesayangannya.     

"Tentu saja, itu karena aku seperti ayahku yang tampan," ucap Jo Yeon Ho dengan riang.     

"Yeon Ho, ayahmu itu tidak tampan. Masih jauh lebih tampan paman dari pada ayahmu," ujar Kim Soo Hyun dengan penuh percaya diri sembari melirik saudaranya. Entah sejak kapan ia sudah berdiri bersama mereka.     

"Tentu saja lebih tampan ayah, karena ayah sudah memilikiku. Sedangkan Paman, kekasih saja tidak punya," ejek Jo Yeon Ho sembari menjulurkan lidahnya.      

"Kau ini sangat nakal ya." Kim Soo Hyun mengejar Jo Yeon Ho ingin mencubit pipinya yang seperti bakpao. Namun Jo Yeon Ho justru bersembunyi di balik punggung neneknya.     

"Kim Soo Hyun, hentikan! Nanti kau bisa membuat rambut cucuku yang sudah rapi jadi berantakan," ujar Ny. Park sembari melotot ke arah putranya.     

Dae Hyun tidak terlalu mendengarkan perbincangan mereka karena masih sibuk berusaha untuk menghubungi Aeri. Jika bukan karena putranya ia sangat enggan bersusah payah menghubunginya.     

"Kim Soo Hyun, tapi memang benar apa yang dikatakan Jo Yeon Ho. Kapan kau akan mengatakan perasaanmu pada Soo Yin?" Ny. Park sudah tidak sabar karena Kim Soo Hyun sudah terlalu lama menundanya.     

Dae Hyun yang tengah mengotak-atik ponselnya menghentikan kegiatannya begitu mendengar pernyataan ibunya. Kini ekspresinya datar dengan rahang yang tampak menegang.     

"Ibu, bersabarlah sebentar. Saat ini Soo Yin tengah sibuk dengan urusan kuliahnya. Aku tidak ingin mengganggu konsentrasinya untuk belajar karena masuk fakultas kedokteran pasti sangat berat," sahut Kim Soo Hyun sembari menghela nafas pelan. Sebenarnya hatinya juga sudah tidak sabar untuk menunggu namun apalah daya dirinya tidak bisa berbuat banyak.     

"Benarkah, dia masuk fakultas kedokteran?" tanya Ny. Park yang terperangah.     

"Iya, Bu. Jadi jangan mengganggunya terlebih dahulu," sahut Dae Hyun dengan cepat untuk menyerobot Kim Soo Hyun yang baru saja hendak membuka mulutnya.     

"Jika nanti dia kuliah apakah masih bekerja di hotel kita?" tanya Ny. Park yang penasaran.     

"Tentu saja, dia akan bekerja jika tidak ada jadwal kuliah," sahut Dae Hyun. Sudah bisa menebak jika jawabannya tidak maka kemungkinan ibunya akan menyuruh Kim Soo Hyun untuk mengangkat Soo Yin sebagai sekretarisnya.     

"Kenapa kau tidak cari yang baru saja? Biarkan Soo Yin membantu adikmu agar hubungan mereka menjadi lebih dekat," bujuk Ny. Park dengan penuh harap.     

"Tidak." Itulah jawaban singkat yang dilontarkan bibir Dae Hyun dengan penuh penekanan. Ternyata memang benar seperti dugaannya.     

Ny. Park mendengus mendengar jawaban Dae Hyun yang tidak mungkin bisa dibantah karena sangat sulit membujuk anak pertamanya itu yang sangat keras kepala.     

"Jo Yeon Ho, ayo kita berangkat sekarang," ajak Dae Hyun sembari melihat arloji di pergelangan tangannya yang sudah pukul sembilan.     

"Lalu, bagaimana dengan ibu?" ucap Jo Yeon Ho sembari memajukan bibirnya ke depan.     

"Biarkan nanti ibumu menyusul," sahut Dae Hyun sembari menggandeng tangan putranya.     

"Kim Soo Hyun, kau sebaiknya sekarang juga berangkat bekerja. Sebagai pimpinan kau harus datang lebih pagi. Jangan sampai mengajarkan pada karyawan sesuatu yang tidak baik." Dae Hyun menatap tajam ke arah adiknya. Berdasarkan informasi dari Chang Yuan, Kim Soo Hyun seringkali datang terlambat semenjak Soo Yin tidak masuk kerja.     

"Sebentar lagi juga aku akan berangkat," ucap Kim Soo Hyun membela dirinya.     

"Betul kata kakakmu. Kau harus bekerja keras agar Soo Yin semakin tertarik kepadamu karena seorang gadis pekerja keras akan memilih pekerja keras juga untuk menjadi pendamping hidupnya," saran Ny. Park.     

"Tapi aku memang tidak bersemangat jika tidak ada Soo Yin," sahut Kim Soo Hyun.     

"Cepat berangkat, sekarang hari sudah siang! Jangan sampai pekerjaan yang aku berikan kepadamu terbengkalai," ucap Dae Hyun dengan nada sedikit meninggi.     

"Baiklah, Kau ini sangat cerewet sekali," gerutu Kim Soo Hyun.     

Setelah berpamitan Dae Hyun segera membawa Jo Yeon Ho untuk pergi ke sekolahnya.     

================================     

Suasana sekolah tempat Jo Yeon Ho menimba ilmu sudah mulai ramai oleh kedatangan para orang tua dan siswa. Sepanjang mata memandang kebanyakan para siswa sudah datang bersama dengan ayah dan ibunya. Hal itu membuat Jo Yeon Ho menjadi minder ketika melihat teman-temannya datang bergandengan tangan dengan ayah dan ibu di sisi mereka.     

"Ayah, kapan ibu datang?" ujar Jo Yeon Ho sembari menengadahkan wajahnya untuk memandang ayahnya. Ini sudah ke sekian kalinya Jo Yeon Ho menanyakan ibunya sejak dalam perjalanan. Sampai Dae Hyun kehilangan kata-kata untuk menjawabnya.     

"Mungkin sebentar lagi. Bisa saja ibumu ingin membuat kejutan untukmu." Dae Hyun masih berusaha meyakinkan Jo Yeon Ho jika Aeri akan datang padahal dirinya juga tidak yakin mengenai hal itu.     

"Lihatlah, teman-temanku berfoto bersama keluarga mereka," ucap Jo Yeon Ho sembari menunjuk area mengambil foto. Di sana sudah banyak teman-temannya yang bergantian mengambil foto bersama mereka.     

Dae Hyun memandang ke arah area yang ditunjuk putranya. Setengah jam lagi acara akan dimulai sehingga mungkin masih ada waktu meski sedikit. Dae Hyun tiba-tiba memikirkan sesuatu.     

"Bagaimana jika ayah meminta seseorang untuk menggantikan ibumu?" ujar Dae Hyun sembari berjongkok.     

"Memangnya siapa?" tanya Jo Yeon Ho dengan dahi berkerut.     

"Ayah yakin kau juga menyukainya karena kalian sudah sering bertemu," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.     

"Tapi aku ingin ibuku di sini." Jo Yeon Ho menundukkan kepalanya dengan wajah yang kembali meredup.     

"Ini hanya untuk berjaga-jaga jika ibumu tidak datang," bujuk Dae Hyun.     

"Baiklah," ucap Jo Yeon Ho dengan ekspresi wajah yang masih ditekuk.     

====================================     

Bersambung ....     

Terima kasih saya ucapkan kepada semua readers yang sudah mendukung cerita ini dengan memberikan power stone..     

Yang ingin kenal dengan saya bisa cek     

FB : Nayya Phrustazies     

IG : Nayya_Phrustazies     

Terima kasih :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.